Eternal Love - Bab 92 Bermesraan Dengan Kakak

Karena deadline desain yang dipercepat, Miranda yang tadinya sudah sibuk pun menjadi lebih sibuk, lagi-lagi ia melewati hari-hari di mana pergi pagi dan pulang malam.

Sehari-hari ia jarang bertemu dengan Alberto, sedangkan Bernando hampir setiap malam membantunya menyediakan air untuk mandi.

Meski kadang sudah dingin, tapi bagi Miranda ini adalah sebuah hal yang menghangatkan.

Bagaimana pun juga bagi seseorang yang IQ nya hanya seumuran anak 6 tahun, bisa melakukan hal sehangat ini, dan bertahan melakukannya setiap hari, benar-benar membuatnya terharu dan merasa hangat, segala kelelahan sehabis bekerja, tubuh dan hatinya pun bisa santai.

Akhir minggu ini, pagi-pagi Miranda sudah pergi ke perusahaan mengambil sketsa desain, di jalan pulang, ia khusus pergi membeli beberapa cemilan yang enak, membawanya untuk semua Keluarga Ji, termasuk Alberto.

Ia membawa cemilan dengan Bahagia sambil berjalan masuk, tapi ketika melihat yang duduk di ruang tengah adalah Violet, sesaat senyuman di wajahnya pun terhenti.

Violet duduk di sebelah Joyce, mengobrol bahagia dengan Ibu Mertua, terlihat sopan.

Tapi Miranda tahu yang sebenarnya, bagaimana sifat asli Violet, ia lebih jelas dari siapa pun.

Juga karena jelas, jadi setiap ia bertemu Violet, Miranda merasa seperti menelan lalat, sangat jijik.

Tapi karena ada Ibu Mertua, ia juga tidak berani menunjukkannya.

Hanya ketika berjalan melewati, ia berkata dengan tersenyum: “Aku membawa beberapa cemilan, kalian cobalah.”

Bernando dan Adelina yang mendengar ada cemilan, langsung berlari menghampiri, kedua matanya berbinar memandangi cemilan di tangan Miranda.

“Istri Miranda, Bernando mau makan.” Bernando menengadah memandang Miranda, ekspresi di wajahnya seperti binatang kecil yang tidak sabar menunggu disuapi, sangat imut.

“Kakak Ipar, aku juga kamu makan.” Adelina mengikuti.

Miranda tersenyum lembut, “Baiklah, aku akan mengambilkannya untuk kalian.”

Setelah berbicara, ia mengambilkan mereka masing-masing satu cemilan dari dalam plastic, keduanya senang seperti anak kecil, tidak sabar dan berlari ke sisi satunya untuk memakannya.

“Ibu, ini adalah milikmu.”

Ia mengambil satu dan meletakkannya di hadapan Violet, tatapannya menyapu Violet, terpancar secercah kelicikan di matanya, ia sengaja meminta maaf dan berkata: “Maaf, Nona Qin, aku tidak tahu kamu datang, juga tidak membeli jatahmu.”

“Tidak apa-apa.” Ucap Violet sambil tersenyum, ia melihat Miranda mengambil seporsi cemilan dan meletakkannya di hadapan Alberto, matanya pun langsung bersinar, “Aku makan satu porsi dengan Alberto saja.”

Miranda terpaku, hah! Ternyata wanita ini ingin makan satu porsi cemilan dengan kakak?!

Ia menengadah dan diam-diam menatap Alberto, ingin melihat apa reaksinya, apakah mengiyakan? Atau menolak?

Hanya terlihat Alberto memandang Violet dengan dingin, “Aku tidak suka makan yang manis, kamu makanlah.”

Nada bicaranya sangat dingin.

Miranda melihat senyuman di wajah Violet langsung membeku, hatinya pun senang, Kakak benar-benar baik, menolaknya dengan baik.

Tapi dengan cepat Violet pun kembali normal, ia mengambil cemilan, tersenyum dan berkata: “Kalau begitu aku tidak sungkan lagi, ini adalah Alberto yang memberiku untuk di makan.”

Ketika mengucapkan bagian akhir kalimatnya, ia menatap Miranda dengan maksud.

Tidak tahu apakah dirinya yang terlalu sensitif, ia merasa mengapa tatapan Violet menantang.

Aneh!

Miranda cemberut, ketika melihat Violet mulai memakan cemilannya, hatinya pun tidak senang, itu ia beli untuk di makan Kakak, sekarang wanita ini yang memakannya, sungguh menyia-nyiakannya.

Ia mengambil cemilannya sendiri, memandang Alberto, “Kak, kalau tidak kamu makanlah punyaku, ini tidak terlalu manis.”

Alberto terdiam selama 3 detik, lalu setuju, “Beri aku setengah saja.”

Mendengar ia mau memakannya, tidak tahu mengapa Miranda pun merasa sedikit senang.

Sedangkan Violet tidak mengira Alberto akan setuju, meski wajahnya tetap mempertahankan ekspresinya, tapi sangat jelas menjadi jauh lebih kaku, tatapannya yang memandang Miranda menjadi lebih gelap.

Miranda memotong cemilan menjadi dua, setengahnya ia berikan pada Alberto, setengahnya ia makan sendiri.

Ia mengambil sesuap besar dan memasukkannya ke dalam mulut, tatapannya puas, hm, sungguh manis.

Tadinya ia masih sedikit takut Kakak akan menyanggahnya, menolak idenya, tapi untung saja Kakak sangat tidak mempermalukannya.

Selesai memakan cemilan, Miranda teringat ia ada pekerjaan yang harus diselesaikan, ia pun berkata pada Joyce: “Ma, aku naik dulu menyelesaikan pekerjaan.”

Joyce mengangguk ringan, tidak begitu tertarik dengan hal yang akan dilakukannya.

Sudah terbiasa dengan sikap Ibu Mertuanya, Miranda menaikkan alisnya dengan tidak peduli, berbalik dan naik ke lantai atas.

Saat itu, Alberto juga berdiri, “Ada dokumen yang harus diselesaikan, aku naik dulu.”

Melihat ia akan naik, bagaimana mungkin Violet membiarkan Alberto meninggalkannya sendiri, ia buru-buru menggandeng tangannya, berkata manja: “Alberto, apakah kamu tidak menemaniku pergi jalan-jalan?”

Miranda yang sudah berjalan menaiki tangga, mendengar ini, ia langsung menghentikan langkahnya dan menoleh, tatapannya mendarat pada tangan Violet yang ada di atas lengan Alberto, alisnya sedikit mengerut, hatinya sedikit tidak nyaman.

Alberto melepaskan tangan Violet, nada bicaranya dingin: “Aku sangat sibuk.”

Ekspresi Violet sedih, ia memandang Alberto dengan sedikit kesal, mengata setiap hari ia selalu sibuk, tidak mau menemaninya?

Anak ini!

Mendengar anaknya lagi-lagi menolak orang lain, rona wajah Joyce langsung berubah padam: “Alberto, kamu jangan setiap hari hanya tahu bekerja, jika saja kamu sehari tidak bekerja, perusahaan juga tidak akan hancur.”

Lalu ia memandang Violet yang tampak sedih, ia pun menunjukkan ekspresi yang penuh cinta dan berkata: “Tidak mudah Violet datang, kamu temanilah dia, ia adalah calon istrimu, nanti akan menikah, akan baik jika banyak berhubungan.”

Wajah Alberto dipenuhi dengan ketidak relaan, tidak usah dibilang ia benar ada pekerjaan yang harus dikerjakan, ditambah lagi meski Violet adalah calon istrinya, tapi ia tidak memiliki perasaan pada Violet, semakin tidak ada keharusan menemaninya jalan-jalan.

“Bernando mau pergi, Bernando mau pergi, Kakak bawa Bernando pergi bermain, bawa Bernando pergi bermain.” Saat ini, tiba-tiba Bernando merengek, berlari ke sisi Alberto, memandangnya dengan gembira.

Mendengar Bernando mau pergi, Miranda pun tahu masalah ini tidak akan sama lagi, bagaimana pun juga Kakak sangat menyayangi Bernando.

“Bagaimana jika …….” Violet menoleh memandang Miranda yang berdiri di tangga, tersenyum dan memberi ide: “Bernando dan Adik Ipar juga pergi saja bersama.”

Ia juga pergi? Miranda tidak tahan dan ingin memutar matanya, untuk apa ia dan Bernando pergi, melihat Violet romantis dengan Kakak atau bagaimana?

Belum sempat Miranda menolak, ia Sudha mendengar ucapan Ibu Mertuanya: “Ide Violet tidak buruk.”

Setelahnya, ia memandang Miranda, memburu-burunya: “Mengapa masih berdiri diam, cepat temani Alberto dan mereka pergi jalan-jalan.”

Novel Terkait

Harmless Lie

Harmless Lie

Baige
CEO
5 tahun yang lalu
Istri Direktur Kemarilah

Istri Direktur Kemarilah

Helen
Romantis
4 tahun yang lalu
My Charming Wife

My Charming Wife

Diana Andrika
CEO
4 tahun yang lalu
Cinta Dibawah Sinar Rembulan

Cinta Dibawah Sinar Rembulan

Denny Arianto
Menantu
5 tahun yang lalu
1001Malam bersama pramugari cantik

1001Malam bersama pramugari cantik

andrian wijaya
Merayu Gadis
4 tahun yang lalu
Cinta Tak Biasa

Cinta Tak Biasa

Susanti
Cerpen
5 tahun yang lalu
Balas Dendam Malah Cinta

Balas Dendam Malah Cinta

Sweeties
Motivasi
5 tahun yang lalu
Menantu Luar Biasa Bangkrut

Menantu Luar Biasa Bangkrut

Menantu
4 tahun yang lalu