Eternal Love - Bab 284 Kamu Sungguh Berlebihan

Melihat ekpresi Miranda yang seperti itu, Alberto pun tidak dapat menahan tawanya. Saat ini terdapat kehangatan pada wajah cantiknya itu: "Apakah kamu telah minum hari ini? Bukankah aku sudah berkata kepadamu untuk meneleponku jika kamu pulang larut malam?"

Miranda menggelengkan kepalanya. Entah bagaimana, di dalam benaknya muncul kembali bayangan Violet yang keluar dari kamar Alberto.

"Tidak perlu, kakak ..."

Dengan melihat Miranda yang tampak seperti itu, akankah Alberto tidak mengerti apa yang sedang wanita itu pikirkan? Dia pun tertawa, lalu berkata kepada Miranda: "Violet tadi datang ke kamarku hanya untuk memberikan beberapa dokumen. Lihatlah apa yang sudah kamu pikirkan di otak kecilmu itu."

Ucapan Alberto menunjukkan bahwa dia sedang memberi penjelasan, takut Miranda akan salah paham terhadapnya.

Mendengar kata-kata Alberto itu, tampak ada lengkungan indah di bibir Miranda. Miranda pun tidak menyadari ketidaknormalannya itu, soalah dirinya memiliki hak untuk marah, dan merasa cemburu akan semuanya itu.

Dalam benaknya, Miranda terus-menerus mengingatkan dirinya bahwa Alberto hanyalah kakak laki-laki nya , hanya kakak laki-laki nya.

Setelah kedua orang itu mengobrol dalam beberapa waktu, mereka pun kembali ke hotel. Awalnya, Miranda bermaksud pergi keluar untuk memikirkan apakah ada alasan yang dapat membuat orang-orang mempercayainya, tetapi pada akhirnya dia melupakan tujuannya itu.

Pada di saat yang bersamaan, setelah kedua orang itu kembali ke kamar mereka, munculah seseorang dengan wajah yang penuh dengan kecemburuan, menatap ke arah kamar Miranda. Ternyata itu adalah Violet. Baru saja ketika Alberto keluar untuk mencari Miranda, dia dengan diam-diam membutinya dari belakang.

Melihat kedua orang itu saling berbicara dan tertawa, rasa benci di dalam dada Violet meledak-ledak, "Miranda, aku tidak akan melepaskanmu." Violet tidak bisa membantu, tetapi mengeluarkan celotehannya itu.

Keesokan harinya, setelah bangun di pagi hari, semua orang menyantap sarapan bersama.

Sadar bahwa ada dua orang yang hilang dari segrombolan orang itu, Miranda pun melirik ke arah Elisha, lalu bertanya: "Dimana Bernessa dan Sherly?"

Mendengar pertanyaan Miranda itu, Elisha segera memberi penjelasan: "Ketika aku mengetuk pintu kamar mereka tadi pagi, aku kebetulan bertemu dengan seorang petugas yang sedang bersih-bersih. Dia berkata mereka sudah check-out sejak tadi malam."

Setelah mendengar perkataan Elisha itu, Miranda pun masih merasa sedikit bingung. Jika memang mereka ingin pergi itu tidak apa, tetapi seharusnya tidak perlu terlalu terburu-buru, "Mengapa mereka berdua pergi begitu cepat?"

Elisha tidak memberikan jawaban tetapi hanya menatap Miranda dalam sejenak, lalu berkata, "Apa lagi alasannya, kalau bukan karena masalah dengan Kiara? Jika aku berada di posisi mereka, maka aku pun juga akan pergi lebih awal, itu sungguh memalukan." Elisha lah orang yang tidak menyukai kedua orang itu. Sekarang sudah waktunya mereka pergi, lagipula dengan begitu mereka tidak akan mengganggunya.

"Baiklah."

Pada saat ini, Violet tiba-tiba bangkit berdiri, lalu berkata kepada semua orang, "Cepatlah makan. Setelah makan, kita harus berangkat ke bandara."

Jika bukan karena Violet telah mengingatkannya, maka Miranda hampir saja akan melupakannya. Jika dia pergi ke bandara, mungkin dia tidak akan bisa melarikan diri. Miranda tidak bisa menahan diri, tetapi menoleh, lalu memberi tatapan kepada Zayn dengan wajah yang masam.

Zayn menggaruk kepalanya, berpura-pura tampak seolah dirinya masih menyisakan rasa mabuk tadi malam, lalu berkata kepada semua orang: "Haduh, kepalaku benar-benar terasa sakit." Usai berkata dia menoleh, lalu menatap Miranda, kemudian berkata: "Miranda, beberapa hari ini aku selalu pergi minum, sehingga tidak sempat untuk berjalan-jalan di Kota New York. Ini sungguh sangat disayangkan."

Mendengar ucapan Zayn itu, Miranda pun tampak kesal, lalu mengeluarkan beberapa keluhan, "Siapa yang menyuruhmu untuk mabuk tadi malam? Mengapa kamu menyalahkan aku?"

Zayn membuat ekspresi yang tampak sedih, seolah dia tidak ingin kembali sebelum pergi jalan-jalan di Kota New York. "Tidak bisa seperti ini. Kakak sepupu, berikanlah aku dan Miranda cuti beberapa hari. Aku ingin bersenang-senang bersamanya di New York. Kalian semua dapat pulang lebih dulu."

Gerak-gerik yang baru saja dilakukan oleh Zayn dan Miranda itu telah diamati sepenuhnya oleh Alberto. Melihat penampilan mereka berdua, munculah firasat buruk di dalam hati Alberto.

Alberto mengketapkan bibirnya. Zayn telah memintanya untuk mengizinkan mereka berdua untuk tinggal di sini lebih lama? Apakah Zayn bercanda? itu dapat terjadi hanya jika dia juga ikut tinggal di sini. "Kalau begitu aku akan menemani kalian juga. Kita dapat pergi jalan-jalan seberapa lama yang kamu mau. Aku menyetujui liburan ini."

Mendengar kata-kata Alberto itu, Miranda pun mengedipkan matanya padanya, lalu berkata: "Kakak, ada begitu banyak pekerjaan yang menunggumu di perusahaan. Bukankah tidak baik jika kamu tetap tinggal di sini?"

Melihat ekspresi Miranda itu, Alberto pun membenarkan gagasan di dalam hatinya, "Miranda, apakah kamu menyuruhku untuk pergi?"

Melihat penampilan Alberto seperti itu, Miranda pun tak bisa menahan, tetapi berceloteh dalam hatinya. Jika tahu bahwa akhirnya akan seperti ini, Miranda pun tidak akan mengatakan hal seperti itu, "Aku, aku tidak bermaksud ..."

Alberto mengangkat alisnya, lalu berkata: "Karena kamu tidak mengusirku, maka begini saja, kalian semua dapat kembali lebih dulu. Aku akan tetap tinggal bersama dengan Miranda dan Zayn."

Sadar bahwa mereka bertiga akan tetap tinggal, bagaimana bisa Violet bersedia untuk kembali seorang diri? Dia pun dengan terburu-buru berkata kepada Alberto: "Aku, aku juga ingin tinggal."

Mendengar kata-kata Violet itu, Alberto pun tidak segera menjawabnya dalam beberapa saat. Setelah memikirkannya, dia berkata: "Oke, kamu dapat tinggal." Dalam benak Alberto Ji, jika ada orang yang ikut, maka itu tidak masalah. Terlebih lagi, hubungan Violet dan Miranda tidak terlalu baik, sehingga jika ada sesuatu yang tidak beres, pasti itu akan segera terungkap.

Kata-kata Alberto seperti bom yang dilemparkan ke dalam pikiran Miranda. Ditambah lagi saat ini Violet pun juga ingin ikut tetap tinggal. Apa yang bisa dia lakukan jika situasinya menjadi seperti ini?

Tepat ketika Miranda ingin mengatakan sesuatu dan melihat apakah dia bisa memutar waktu, Zayn membuka mulutnya, "Oke, Kakak sepupu."

Merasakan tatapan Miranda yang terlihat bingung, Zayn pun memberinya tatapan yang menenangkan. Kali ini akan lebih baik jika sedikit berkata-kata, daripada akhirnya mendapat banyak masalah.

Itu memang benar, tapi jika seperti ini bagaimana bisa dia menyingkirkankan anak itu? Bukankah ini menjadi masalah besar? Miranda menatap Zayn, memintanya memikirkan cara untuk menghadapinya. Tidak bisa hanya duduk diam menunggu seperti ini

Melihat kedua orang itu saling menatap, Violet pun memberi tatapan yang memiliki niat jahat, lalu berkata: "Zayn, kamu tidak memiliki perasaan terhadap Miranda bukan? Tidak baik jika kalian berdua saling menatap seperti itu setiap hari. Kamu harus tahu, walaupun Miranda..."

Meskipun kata-kata Violet itu ditujukan kepada Zayn, tetapi matanya menatap ke arah Alberto. Violet hanya menatap ke arah Alberto dalam sesaat.

"Apa yang kamu bicarakan Violet? Apakah kamu tidak tahu identitas Miranda? Kamu sungguh berlebihan jika mengatakan bahwa aku menyukainya."

Novel Terkait

Nikah Tanpa Cinta

Nikah Tanpa Cinta

Laura Wang
Romantis
3 tahun yang lalu
Istri ke-7

Istri ke-7

Sweety Girl
Percintaan
4 tahun yang lalu
The Richest man

The Richest man

Afraden
Perkotaan
4 tahun yang lalu
The Break-up Guru

The Break-up Guru

Jose
18+
4 tahun yang lalu
Istri Direktur Kemarilah

Istri Direktur Kemarilah

Helen
Romantis
3 tahun yang lalu
Hei Gadis jangan Lari

Hei Gadis jangan Lari

Sandrako
Merayu Gadis
4 tahun yang lalu
Love And Pain, Me And Her

Love And Pain, Me And Her

Judika Denada
Karir
3 tahun yang lalu
You're My Savior

You're My Savior

Shella Navi
Cerpen
5 tahun yang lalu