Eternal Love - Bab 155 Senang diatas penderitaan orang lain

Melihat Zayn yang sedang kesal, Miranda pun tidak dapat menahan tawanya, ia tertawa dengan sangat senang, "Zayn, aku kan tidak akan memberitahukan hal ini padamu, apakah harus marah seperti ini?"

"Huh!" kata Zayn sambal menghela napas dengan kencang.

Bahkan Alberto juga tidak dapat menahan untuk tidak tersenyum, ia merasa lucu melihat Zayn yang sedang kesal.

Miranda mengeluarkan suara batuk ringan, ia berkata dengan perlahan, "Menghentikan produksi, karena aku tidak ingin karya Giselle menjadi sebuah barang pasaran yang berserakkan, aku ingin barangnya berada di entri barang mewah, jadi tidak boleh terlalu banyak. Dengan membatasi jumlahnya, baru menandakkan kita menghormati karyanya itu. Selain itu, dengan membatasi jumlahnya, lebih meningkatkan ketertarikkan wanita untuk membeli barang, wanita mana yang tidak suka barang edisi terbatas?"

Setelah Miranda berkata demikian, Zayn pun mengerti, dalam sekejap ia lupa atas kekesalannya barusan, "Ckck" kata Zayn sambal menggelengkan kepala, "Miranda, kamu benar-benar membuatku kagum!"

Dari tatapan Alberto terlihat bahwa ia juga setuju, waktu itu asistennya menyampaikan berita ini padanya, Alberto langsung mengerti cara berpikir Miranda, sekarang ia sudah mendengar dari mulutnya Miranda sendiri tentang kebijakkan itu, perasaan itu menjadi berbeda saat mendengar dari orang lain dan dari sumbernya sendiri.

Miranda semakin percaya diri, dan juga semakin kompeten.

"Jangan puji aku, kalau begitu aku bisa jadi besar kepala." canda Miranda pada Zayn sambil mengangkat alisnya.

Tiba-tiba terdengar suara "Hoammm.", "Aku tidak akan memujimu lagi."

"Akan kubalas kamu!" kata Miranda sambil melemparkan tatapan candaan pada Zayn, lalu ia menundukkan kepalanya dan mengocok dadu.

"Apa rencanamu selanjutnya?" saat itu, Alberto yang terus diam pun mulai berkata-kata.

Miranda mencapit bendera dan menjalankannya beberapa kotak, barulah ia menengadahkan kepala dan melihat ke arah Alberto, "Tentu sudah ada rencana, dalam beberapa hari ini kami akan mulai bergerak."

"Apa benar sudah ada rencana?" tanya Zayn ragu.

Miranda menatap Zayn dengan tatapan sinis, "Pergi! BIsakah kamu tidak berada di sini untuk menguping rahasia perusahaan orang lain?"

Mendengar hal itu, Zayn hampir muntah darah, "Miranda, perkataanmu itu sangat menyakiti hatiku, aku juga adalah manajer di sebuah perusahan, aku adalah seniormu."

"Itu hanya sementara waktu saja." kata Miranda yang menambahkan kata-kata yang menusuk itu.

Zayn memegang dadanya, sambil berakting menyedot ingus dalam hidungnya ia berkata dengan memelas, "Miranda, hubungan kita selama ini ternyata kamu...."

Zayn memang sengaja berpura-pura seolah seperti orang yang sakit hati, pundaknya gemetar, seperti sedang menangis.

"Kakak Zayn kenapa?" tanya Bernando penasaran.

"Dia sedang kejang-kejang, kita lanjutkan permainan saja." kata Miranda sambil tersenyum padanya.

"Miranda!" kata Zayn yang tiba-tiba menoleh ke arah Miranda, tidak ada bekas kesedihan yang terlihat pada wajahnya.

Miranda menutup gendang telinganya, dengan dingin ia berkata, "Kita sedekat ini, tidak perlu berteriak sekencang itu, aku dapat mendengarnya."

Ia terkejut melihat sikap Miranda, setelah itu ia menolehkan kepala ke arah Alberto, "Kakak sepupu, Miranda menganiayaku."

Zayn ingin mencari pembelaan dari Alberto, tapi siapa sangka dari bibir tipis Alberto keluar kalimat seperti ini. "Yang Miranda katakan benar, lebih baik kamu kembali, jangan menguping rahasia perusahaan."

Seketika raut wajah Zayn menjadi muram, ia pun berdiri dan menunjuk ke arah mereka, "Baiklah, kalian benar-benar membuatku sakit hati."

Setelah mengatakan itu ia benar-benar membalikkannya dan berjalan pergi.

Miranda terdiam sejenak, sesudahnya ia langsung tertawa dengan sangat kencang, ia sampai memegangi perutnya karena tertawa dengan sangat gembira, "Zayn menganggap ini serius! Apakah dia bodoh?"

Alberto juga tidak dapat menahan tawanya.

Miranda mengelap air mata yang jatuh dari matanya karena tertawa, ia melihat ke arah Alberto lalu diam-diam berkata, "Kak, tidak disangka kakak juga bisa mempermainkan orang."

Hal ini sangat tidak disangka oleh Miranda.

Alberto tersenyum kecil, ia mengganti topik pembicaraan, "Bagaimana persiapan tempat kerja barumu?"

"Hmmm... tempatnya sudah ada, desainernya juga, beberapa hari lagi Elisha akan bergabung untuk membantu." kata Miranda menjelaskan dengan ringkas keadaannya sekarang.

Alberto mengangguk, "Ya. Jangan terlalu kelelahan, jaga diri baik-baik."

Miranda tersenyum dan mengangguk, "Aku tahu."

Sesudahnya, mereka tidak banyak berbicara lagi, hanya menemani Bernando bermain dengan tenang.

Setelah Bernando tertidur karena kelelahan, barulah mereka kembali ke kamar masing-masing.

.......

Setelah produk dari karya Giselle berhenti diproduksi, tidak terduga, penjualannya terus menurun. Tapi penjualan untuk produk karya Kiara malah semakin meningkat, bahkan telah mengalahkan rekor penjualan tertinggi yang pernah dicatatkan oleh perusahaan.

Hal ini membuat Bernessa dan pengikutnya merasa sangat puas, mereka merasa seperti telah menang dari Miranda.

"Selamat, Kiara, sudah memecahkan rekor perusahaan."

"Kiara, karyamu akan dicatat di dalam sejarah perusahaan."

"Kiara, Kamu benar-benar hebat, tidak heran karena kamu adalah seorang desainer terkenal."

Mendengar ucapan dan pujian ini, Kiara menjadi sangat puas, tapi ia tetap tidak melupakan Bernessa, Kiara pun berkata pada orang-orang itu, "Ini semua adalah hasil dari kerja keras Kak Bernessa."

Mendengar hal itu, Bernessa merasa terlebih puas lagi pada Kiara, ia tidak bisa menyembunyikan kepuasan itu dari wajahnya.

Bernessa melihat Giselle yang sedang duduk dan menggambar di tempatnya, dengan tatapan jijik ia mengeraskan suaranya dan berkata, "Sayang sekali ada seseorang yang sepertinya sudah berusaha semaksimal mungkin tapi hanya bisa menghasilkan karya yang seperti itu."

Mendengar perkataan Bernessa, semua orang tahu bahwa ia sedang mencela Giselle, tidak sedikit orang yang tertawa di atas penderitaan Giselle.

Bagi orang-orang ini, dengan penjualan dari karya Kiara yang seperti sekarang, maka posisi Miranda sebagai direktur, cepat atau lambat akan segera berakhir, jadi mereka berusaha memanfaatkan momen ini untuk mendekati Bernessa, dengan seperti ini mungkin karir mereka kedepannya akan lebih baik.

Karena itu banyak orang-orang yang turut mencela Giselle.

"Bukankah katanya pernah bekerja menjadi desainer di sebuah perusahaan perhiasan besar? Mengapa karya desain yang dihasilkan sangat rendahan?"

"Karya miliknya yang seperti itu, benar-benar biasa, tapi ia masih memberikan pesan moral bagi karyanya itu? Aku melihatnya hanya sebagai pengisi kekosongan produk."

"Ternyata level dari desainer terkenal itu hanya seperti ini, lebih baik desain milik kita kan?"

"Desain hasil karya Kiara memiliki level yang lebih tinggi, sekali melihat karyanya langsung terlihat bahwa itu alah barang mewah."

Mereka membawa nama Kiara saat sedang mencela Giselle, benar-benar sangat picik.

"Masih ada juga seseorang lagi, siapa namanya, Lili? Apakah dia mengira dengan memihak pada Direktur Miranda maka levelnya akan meningkat? Aku lihat, asal tidak terbebani juga sudah bagus."

Mendengar hal ini Lili mengangkat alisnya, ia ingin berdiri dan melawan mereka, tapi saat itu Giselle menahannya, Giselle menggelengkan kepala padanya.

Barulah Lili duduk dengan kesal, pensil yang ada di tangannya pun tidak terasa sudah digenggam dengan sangat erat.

Perkataan orang-orang itu benar-benar tidak enak didengar, entah apakah tadi pagi mereka sudah menggosok gigi atau belum, kalau hanya dengan ekor penjualan tertinggi di perusahaan saja mereka bisa merasa sangat puas, bagaimana kalau penjualan itu dicatat dalam rekor dunia, bisa-bisa mereka semua akan terbang.

Kalau bukan karena perintah dari Direktur Miranda untuk menghentikan produksi dari Giselle, apakah penjualan dari produk Kiara juga akan setinggi ini. Bodoh sekali.

Berpikir sampai di sini, Lili menggulung bibirnya, dalam hati ia sangat penasaran mengapa Direktur ingin menghentikan proses produksi?

Dipikirkan bagaimanapun ia tetap tidak mengerti, tapi meskipun masih tidak mengerti, Lili tetap tidak mencurigai Miranda, dia tetap yakin bahwa apa yang Direktur lakukan pasti sudah melalui pertimbangan yang matang.

Mereka hanya perlu percaya pada Direktur.

Novel Terkait

Husband Deeply Love

Husband Deeply Love

Naomi
Pernikahan
4 tahun yang lalu
Marriage Journey

Marriage Journey

Hyon Song
Percintaan
3 tahun yang lalu
Thick Wallet

Thick Wallet

Tessa
Serangan Balik
4 tahun yang lalu
Villain's Giving Up

Villain's Giving Up

Axe Ashcielly
Romantis
3 tahun yang lalu
My Beautiful Teacher

My Beautiful Teacher

Haikal Chandra
Adventure
3 tahun yang lalu
Precious Moment

Precious Moment

Louise Lee
CEO
3 tahun yang lalu
After Met You

After Met You

Amarda
Kisah Cinta
4 tahun yang lalu
Menunggumu Kembali

Menunggumu Kembali

Novan
Menantu
4 tahun yang lalu