Eternal Love - Bab 410 Harus Menemukan Dirinya

Alberto Ji langsung bereaksi dan berbalik untuk berjalan keluar, namun ia baru saja selesai mengecek tiketnya, dan ada sederet orang menunggu pemeriksaan tiket di belakangnya, lorong sempit itu membatasi pergerakannya.

Melihat Alberto Ji akan berbalik, petugas tiket buru-buru mengulurkan tangannya untuk menghalangi jalannya dan mengingatkan: "Tuan, kamu sudah memeriksa tiketmu. Kamu harus naik ke pesawat sekarang. Jika kamu keluar, maka kamu akan ketinggalan penerbangan ini dan harus menunggu penerbangan berikutnya, dan maskapai penerbangan kami tidak akan mengganti rugi."

Teguran dari petugas tiket itu tidak berguna untuk Alberto Ji. Ia mengalihkan pandangannya ke petugas tiket dan berkata dengan dingin, "Tolong minggir, aku ingin keluar."

Melihat Alberto Ji tidak mendengar bujukannya, petugas tiket pun tidak menghentikannya lagi. Dia menarik tangannya yang menghalangi Alberto Ji dan tersenyum sopan padanya, "Maaf."

Setelah mendengar kata petugas tiket itu, Alberto Ji mengangguk padanya, lalu berjalan keluar melewati petugas itu.

Petugas tiket itu melihat masih ada antrian panjang di belakang, merasa sedikit tidak berdaya, "Tuan, kamu bisa menunggu disini sebentar, mungkin akan lebih nyaman jika kamu keluar setelah tiket selesai diperiksa."

Setelah mendengar apa yang dikatakan oleh petugas tiket, Alberto Ji menoleh ke belakang dan menemukan bahwa antreannya memang masih panjang, lalu melihat keluar dan menemukan sosok yang mirip Miranda Wen itu sudah mau pergi. Alberto Ji menjadi panik, tetapi dia tidak bisa bergerak.

Jadi sepanik apapun Alberto Ji, dia hanya bisa perlahan berjalan keluar lewat samping, saat akhirnya keluar, dia tidak bisa lagi melihat Miranda Wen. Setelah itu, Alberto Ji tiba-tiba merasakan perasaan yang tak terlukiskan, seolah-olah telah kehilangan sesuatu yang sangat penting.

Sambil berdiri di tempat, Alberto Ji melihat sekelilingnya dengan panik. Namun, ada begitu banyak orang yang datang dan pergi di bandara, kesempatan untuk menemukan seseorang di tempat sebesar itu sangatlah kecil. Meski begitu, dia sangat yakin orang itu benar-benar sangat mirip dengan Miranda Wen.

Berpikir tentang hal ini, Alberto Ji memutuskan untuk melihat ruang monitoring bandara, dia berjalan menuju ruang monitoring bandara, para petugas di ruang monitoring sedang bermain dengan santai.

Pintu tiba-tiba terbuka dan seorang pria dengan aura yang sangat kuat masuk, para petugas terguncang oleh aura Alberto Ji sampai melongo di tempat.

“Maaf, ada apa?” Salah satu petugas perlahan menghampiri dan bertanya kepada Alberto Ji dengan gemetar.

“Aku ingin melihat kamera pengawas.” Alberto Ji menjawab dengan dingin setelah mendengar pertanyaan orang itu.

Setelah mendengar percakapan di antara keduanya, semua orang segera sadar satu demi satu, “Apakah kamu punya persetujuan?” Petugas itu lanjut bertanya.

"Persetujuan apa?"

"Persetujuan pemantauan. Jika tidak punya, kami tidak dapat membiarkan kamu melihatnya."

Setelah mendengar kata-kata orang itu, Alberto Ji mengerutkan kening dengan tidak puas. Bagaimana dia bisa kembali untuk mendapatkan persetujuan apa itu.

Setelah menarik kembali pemikirannya, daerah sekitar Alberto Ji terasa dingin, di musim panas begini orang-orang itu benar-benar merasa agak kedinginan sampai mengulurkan tangan untuk menyentuh lengan mereka yang merinding.

Kemudian mereka mengalihkan pandangan kembali ke Alberto Ji lagi, "Tuan, jika kamu tidak memiliki persetujuannya, kami benar-benar tidak dapat memperlihatkan kamera pengawasan untukmu. Ini adalah aturan kami di sini." Seorang petugas berkata dengan gemetar meski merasakan tekanan udara dingin yang dikeluarkan oleh Alberto Ji.

Namun, tidak hanya kata-katanya tidak berpengaruh, tetapi efeknya bahkan lebih buruk lagi. Orang-orang di sekitar merasa bahwa suhu di dalam ruangan semakin rendah dan rendah, mereka merasa darah mereka hampir membeku.

Setelah saling menatap satu sama lain, mereka dengan suara bulat memutuskan untuk memperlihatkan kamera pengawas padanya, mereka tidak bisa membiarkan dia melepaskan hawa dingin lagi, jika tidak mereka akan menjadi orang pertama yang mati beku di musim panas.

“Tuan, kamu ingin melihat yang mana dan jam berapa, tolong beritahu aku dengan jelas.” Saat berbicara dengan Alberto Ji, seorang petugas duduk di sebelah komputer sambil mencari rekaman kamera pengawasan.

“Lima menit yang lalu, di luar pintu ruang tunggu area A.” Alberto Ji mengangkat pergelangan tangannya untuk memeriksa waktu, lalu berbicara kepada anggota petugas.

Setelah mendengarkan perkataan Alberto Ji, petugas tersebut buru-buru menyetel kamera pengawasannya, seperti yang diharapkan, Alberto Ji melihat sosok yang familiar di layar monitor.

Namun, hasilnya agak jauh, hanya sosoknya yang bisa ditangkap, tapi tidak bisa melihat wajahnya dengan jelas, sorot ketidakpuasan pun terlihat di matanya.

Dia mengarahkan jarinya ke tempat Miranda Wen, dan bertanya kepada petugas: "Lokasi tempat dia berada, apakah ada CCTV yang dapat melihat wajahnya dengan jelas."

Petugas itu mengikuti jari-jari Alberto Ji dan menemukan bahwa ada seorang wanita oriental yang berbadan kecil di dalam layar, dia menggeser mouse untuk memunculkan beberapa gambar, dan menemukan bahwa setiap gambar tidak bisa secara jelas menangkap wajah wanita tersebut.

Entah hanya bagian belakang yang keambil, atau bagian samping, bagian depan semuanya terlihat jauh. Setelah melihat semua video pengawasan, Alberto Ji pun meninggalkan ruang monitoring.

Begitu Alberto Ji pergi, petugas di ruang monitoring tiba-tiba merasa seolah-olah mereka telah hidup kembali, mereka semua menghirup udara dengan ngeri dan saling memandang.

“Aura orang tadi begitu besar sampai-sampai aku tidak berani berbicara.” Seorang petugas berkata dengan ketakutan sambil mengelus jantungnya yang berdebar kencang.

"Ya, dan tekanan udara dingin yang dia keluarkan benar-benar akan membuat kita membeku sampai mati."

"Untungnya, kita menyetel video pengawasan untuknya, kalau tidak aku

pikir kita mungkin akan menjadi patung es hari ini." Seorang anggota petugas mencoba menenangkan suasana hatinya dengan lelucon.

Pembicaraan tentang Alberto Ji di ruang monitoring begitu berkobar-kobar, tapi orangnya yang telah berjalan keluar malah tidak mengetahuinya sama sekali.

Meski tak melihat wajah Miranda Wen, tapi dia merasa orang itu adalah Miranda Wen. Setelah memastikan pemikirannya tersebut, Alberto Ji langsung menepis gagasan untuk kembali ke China. Dia ingin tinggal di sini, dia ingin menemukan wanita itu.

Ia mengeluarkan ponselnya dan menelepon asistennya untuk memberitahukan bahwa rencana perjalanan pulangnya telah berubah, asisten itu langsung ingin menangis ketika mendengar info dari Alberto Ji.

Dia sangat berharap Alberto Ji bisa kembali. Sudah waktunya untuk naik pesawat, tapi dia malah berkata pada dirinya sendiri bahwa rencananya telah berubah? Melihat banyak file di meja, Winsen Yan hanya bisa menghela nafas dengan sedih, kemudian kembali bekerja.

Alberto Ji kembali ke hotel setelah menelepon asistennya. Meski sudah dua tahun berlalu, dia tahu dia tidak bisa melupakan Miranda Wen. Kali ini akhirnya dia menemukan harapan, bagaimana dia bisa menyerah.

Dalam dua tahun terakhir, entah sudah berapa kali dia salah mengenali orang di jalan, tetapi tidak semirip dengan sosok yang barusan.

Novel Terkait

The Campus Life of a Wealthy Son

The Campus Life of a Wealthy Son

Winston
Perkotaan
4 tahun yang lalu
Craving For Your Love

Craving For Your Love

Elsa
Aristocratic
4 tahun yang lalu
Menantu Bodoh yang Hebat

Menantu Bodoh yang Hebat

Brandon Li
Karir
4 tahun yang lalu
My Superhero

My Superhero

Jessi
Kejam
4 tahun yang lalu
Doctor Stranger

Doctor Stranger

Kevin Wong
Serangan Balik
4 tahun yang lalu
His Second Chance

His Second Chance

Derick Ho
Practice
4 tahun yang lalu
Dark Love

Dark Love

Angel Veronica
Percintaan
5 tahun yang lalu
My Secret Love

My Secret Love

Fang Fang
Romantis
5 tahun yang lalu