Eternal Love - Bab 160 Hubungan Yang Kacau

Dia, tampaknya telah menjadi lebih kurus, tetapi bentuk wajahnya masih terlihat sempurna dan menawan, dengan alis tipis yang melengkung seperti daun willow, bulu mata panjang, dan matanya tertutup rapat, hidungnya yang mancung, bibir yang selembut ceri, menghembuskan nafas yang menggoda.

Mata Alberto Ji menggelap, dan ingatan di malam itu muncul di dalam benaknya, hatinya seperti tergerak karena sesuatu, tanpa bisa mengendalikan dirinya, dia mencondongkan tubuhnya.

Tiba-tiba, kedua pupilnya menegang, dan dengan cepat posisi nya kembali ke posisi awal, awalnya mengira bahwa dia sudah bangun, tetapi melihatnya menarik mantel yang dia tutupi lalu tertidur lebih dalam lagi.

Tapi barusan dia benar-benar kehilangan akal, dia mengangkat tangannya dan membelai dahinya, lalu tersenyum, dia adalah istri Bernando, bagaimana dia bisa begitu terobsesi padanya...

Memikirkan perilakunya yang absurd tadi, tiba-tiba dia merasa sangat berdosa...

TIba-tiba suasana di dalam mobil menjadi lebih menekan, jadi dia melepaskan dasinya, menarik nafas dalam-dalam, lalu membuka pintu dan keluar dari mobil, meninggalkan Miranda Wen sendiri di dalam mobil.

Dia berjalan ke arah garasi dan lalu mengendarai mobil lain.

Tidak tahu berapa lama sebelum akhirnya Miranda Wen terbangun, dia membuka mata dan melihat sekeliling, dia menyadari bahwa dirinya tertidur di dalam mobil, tanpa sadar dia duduk dan mantelnya terjatuh.

Dia mengambilnya dan melihat bahwa itu adalah pakaian kakak laki-lakinya.

Benar juga, dia pulang bersama kakak.

Lalu ke mana kakak?

Dia melirik arlojinya, tiba-tiba matanya terbuka lebar, ya Tuhan, dia benar-benar tertidur dan waktu menunjukkan hampir jam sepuluh, dan dia tertidur hampir tiga jam.

Mengapa Kakak tidak membangunkannya?

Mungkin itu karena dia tidur terlalu nyenyak, jadi dipanggil pun dia tidak terbangun.

Dia mengutuk, mengambil mantel di tangannya, membuka pintu dan keluar dari mobil.

……

Di tengah malam, saat keluarga Ji tertidur, keadaan rumah utama begitu sunyi sehingga hanya terdengar bunyi jam dinding tua di ruang tengah yang "berdetak".

Alberto Ji berjalan ke dalam rumah utama sambil menggosok pelipisnya yang sakit.

Dia hampir saja membuat kesalahan, lalu minum bir, dan tanpa sengaja dia minum terlalu banyak, kadar alkoholnya mulai naik, dan seluruh kepalanya terasa sakit.

Dia berjalan canggung menuju tangga, tetapi saat hampir setengah jalan, sekilas dari sudut matanya, dia melihat ada seseorang di sofa ruang tamu.

Dia berbalik, dan berjalan mendekat dan menyadari bahwa itu adalah Miranda Wen.

Dia melihatnya membuka botol berisi obat, menuangkan beberapa pil ke dalam mulutnya, dan menyesap air di cangkirnya.

Setelah melihat ini, dia tidak bisa menahannya dan i berkata, "Mengapa kamu minum obat?"

Awalnya terdengar sangat sunyi, tetapi tiba-tiba terdengar suara, dan membuat Miranda Wen terkejut, obatnya hampir tercekat di tenggorokannya.

Dengan cepat dia meminum air di mulutnya, lalu menoleh dan menatap tajam kea rah Alberto Ji, “Kak, bisakah kamu membuat suara saat berjalan?"

Sepertinya Alberto Ji masih belum mendengar perkataannya, dan mengulang pertanyaannya: "Mengapa kamu minum obat?"

“Bukan apa-apa, saat malam, lambung ku tidak enak, lalu memuntahkan semua makanan.” Miranda Wen menyentuh perutnya, warna wajahnya terlihat tidak baik.

Berpikir bawa dirinya ingin membawa baskom, dan muntah-muntah, dia hampir saja memuntahkan seluruh makanan yang ada di perutnya.

Perasaan seperti itu benar-benar ... Mengerikan!

"Aku akan membawamu ke rumah sakit."

Mendengar kata-kata Alberto Ji, dengan cepat, Miranda Wen menolaknya, "Tidak perlu, Kak, lambung ku tidak enak, aku merasa lebih baik setelah minum obat."

Sudah terlalu larut dan harus pergi ke rumah sakit, ini akan sangat merepotkan kakak, dan besok dia harus bekerja!

Dan ... Sepertinya dia terlihat sangat lelah, dan pandangan di matanya seperti terlihat biru.

Dia mengendus-endus, mencium bau alkohol yang kuat, dia mengerutkan alisnya, "Kakak, apa kamu pergi minum?"

Alberto Ji tidak menjawab pertanyaannya, hanya mengangkat tangannya dan menggosok-gosok dahinya, terlihat sangat tidak nyaman.

Melihat gelagat ini, Miranda Wen berdiri, "Aku akan membuat secangkir teh untuk pencehar mabuk, kalau tidak, besok kepala mu akan sakit.”

Alberto Ji membuka mulutnya ingin menolak, tetapi dia sudah berjalan ke dapur, dan dia hanya bisa menelannya kata-katanya kembali.

Dia duduk di sofa, menutup matanya dan tertidur.

Setelah sekitar beberapa menit, Miranda Wen datang membawa cangkir, lalu dengan lembut, dia meletakkan cangkir itu di atas meja kopi, dan berbalik melihat Alberto Ji.

Alisnya terangkat ke atas, warna wajahnya tidak terlihat baik.

Bibir Miranda Wen tertekuk, badannya penuh dengan bau alkohol, dia bisa membayangkan berapa banyak alkohol yang diminumnya.

"Kak, minumlah teh pencehar mabuk, kamu akan merasa lebih nyaman."

Terdengar suara lembut di telinganya, Alberto Ji membuka matanya, dan pandangan mata mereka bertemu, dia merasa sedikit terkejut.

Apa yang hampir saja terjadi di mobil terlintas di benaknya, matanya menggelap, dan dia memalingkan muka.

Pada saat ini, Miranda Wen mengambil gelas dan menyerahkannya kepada Alberto. "Kak, ini sudah tidak terlalu panas, cepat minum selagi masih hangat, biar pengaruhnya lebih efektif."

Alberto Ji melirik kea rah teh pencehar mabuk yang masih terlihat mengepul, mengulurkan tangan untuk mengambilnya.

Miranda Wen tersenyum, lalu bangkit dan berjalan di belakangnya, "Kak, pasti kepalamu terasa sakit, biarkan aku membantu memijat kepala mu."

Dia mengulurkan tangannya untuk menekan pelipisnya, punggung Alberto Ji menegang, dan ketika dia mengulurkan tangan, dia menepis tangannya.

Miranda Wen tertegun, lalu mendengar suaranya berkata dengan dingin: "Tidak perlu."

Lalu, dia meletakkan cangkir itu di atas meja kopi, berdiri, berbalik dan berjalan menuju tangga, meninggalkannya dengan sosok dingin.

Miranda Wen merasa bingung, apakah dia melakukan sesuatu yang salah?

……

Pagi berikutnya, Miranda Wen, seperti biasa, turun untuk sarapan setelah mencuci wajahnya.

Begitu dia berjalan ke ruang makan, sebelum duduk, dia melihat Alberto Ji meletakkan sandwich yang baru dimakan setengah, dia bangkit, dan berjalan keluar tanpa melihat ke belakang.

Miranda Wen mengerutkan keningnya, matanya tertuju pada separuh sandwich yang baru dimakannya, dan mau tak mau bertanya-tanya apakah Kakak tertua tidak melanjutkan memakan sarapannya karena dia.

Jika seperti ini, di tambah tindakannya kemarin malam, hati Miranda Wen terasa sesak, dan dia merasa bahwa kakak lelaki bertingkah agak aneh.

Kadang sikapnya menghangatkan hati, terkadang dingin, sebenarnya apa yang terjadi?

Dia menggigit sandwichnya dengan marah, suasana hatinya tidak baik, karena perilaku kakaknya.

Setelah menyantap sarapannya, dia tidak langsung pergi ke perusahaan, tetapi ke rumah Giselle Ning.

Dia khawatir tentang keadaan Giselle Ning, dan ingin melihatnya sendiri.

Ketika tiba, dia menemukan pintu rumah Giselle Ning tidak tertutup, dia sedikit mengernyitkan alisnya, ketika dia bertanya-tanya, terdengar suara tangisan dari ruangan.

"Kak Giselle, aku mohon pada mu, maukah kamu membiarkan aku untuk melahirkan bayi itu?"

"Kak Giselle, anak itu tidak bersalah, aku tahu kamu tidak menyukai ku, tetapi anak itu milik Stanley Xu..."

"Kak Giselle, selama kamu membiarkan aku melahirkan anak itu, aku akan meninggalkan Stanley Xu dan tidak akan mengganggu kalian..."

"Kakak Giselle, percayalah padaku, oke?"

Miranda Wen berdiri di depan pintu, mendengarkan suara yang memanggil "Kak Giselle " berulang-ulang, di dalam hatinya ada banyak tanggapan soal ini, Evie Tang ini benar-benar bermuka tebal untuk memanggil Giselle dengan sebutan “Kakak”.

Novel Terkait

My Goddes

My Goddes

Riski saputro
Perkotaan
4 tahun yang lalu
My Cold Wedding

My Cold Wedding

Mevita
Menikah
5 tahun yang lalu
Mi Amor

Mi Amor

Takashi
CEO
5 tahun yang lalu
Pengantin Baruku

Pengantin Baruku

Febi
Percintaan
4 tahun yang lalu
My Charming Lady Boss

My Charming Lady Boss

Andika
Perkotaan
5 tahun yang lalu
My Superhero

My Superhero

Jessi
Kejam
4 tahun yang lalu
Yama's Wife

Yama's Wife

Clark
Percintaan
4 tahun yang lalu
Cinta Presdir Pada Wanita Gila

Cinta Presdir Pada Wanita Gila

Tiffany
Pernikahan
4 tahun yang lalu