Eternal Love - Bab 34 Sebuah Kesalahan Harus Dibayar

Keseluruhan hal itu terjadi secara tiba-tiba, Miranda Wen yang tiba-tiba tersadar pun bergegas membantu Bernando Ji berdiri, dan melihatnya dengan panik sambil bertanya, "Bernando, bagaimana perasaanmu?"

Bagaimana pun juga dia juga tidak berpikir bahwa anak kecil bertubuh besar ini yang selalu menarik tangannya untuk mengajaknya bermain bisa melindunginya di saat dia sedang diganggu, dan juga masih terluka, dalam sesaat dia merasa terharu dan pedih.

"Miranda sayang, kepalaku sakit sekali....." Bernando Ji mengusap kepalanya, matanya berkaca-kaca, seakan dia akan menangis sewaktu-waktu.

"Bernando pintar, turunkan tanganmu dan biarkan aku melihat lukamu sebentar....." Miranda Wen membujuk.

Bernando Ji menurut dan menganggukkan kepala, dan kemudian menurunkan tangannya, telapak tangan dan dahi nya pun penuh dengan warna merah segar, Miranda Wen tertegun sesaat, jelas-jelas terkejut.

Kemudian beberapa orang itu pun bergegas datang dan melihat kejadian itu.

Mata Alberto Ji tertutup embun beku, kemarahan terlukis pekat di wajahnya, dengan tekanan awan gelap di atasnya, membawa suara gemuruh amarah dia bertanya, "Apa yang terjadi?"

Begitu dia membuka mulut, suhu udara di ruangan tersebut tiba-tiba turun dengan drastis.

Begitu melihat Alberto Ji, Sisca Wen terkejut bukan main, hatinya menciut merasa bersalah dan dia segera memalingkan pandangannya, hatinya takut setengah mati.

Sebelum Miranda Wen sempat berkata apa-apa, Bernando Ji sudah berlari ke depan Alberto Ji, dan dengan jelas menunjuk ke arah Sisca Wen.

"Kak, perempuan jahat itu memukul Miranda sayang, aku tidak membolehkannya, dia lalu mendorongku sampai jatuh, kepalaku sakit sekali......"

Mendengarnya, mata Alberto Ji perlahan mengarah kepada Sisca Wen, pandangannya semakin dingin, seluruh tubuhnya pun mengeluarkan aura dingin, seakan bisa membekukan orang hidup-hidup.

Melvin Wen dan Joyce Qin yang mendengar perkataan Bernando Ji, seketika terkejut hingga wajah mereka pun pucat pasi.

Meskipun Bernando Ji adalah seorang idiot, dia juga masih adalah Tuan Muda Kedua Keluarga Ji, siapa pun juga tahu bahwa Tuan Muda Kedua Keluarga Ji adalah skala terbalik Alberto Ji, jika hari ini terjadi hal seperti itu di depan matanya, konsekuensinya jelas-jelas jauh lebih mengerikan!

"Ini hanyalah sebuah kecelakaan, aku tidak sengaja mendorongnya, masalah ini sungguh tidak bisa menyalahkanku....." Sisca Wen yang mendengar perkataan Bernando Ji, wajahnya pun pucat pasi, tapi masih juga membela diri sendiri, tidak ingin mengakui kesalahannya.

Joyce Qin secara natural mengerti sifat anak perempuannya, dia begitu emosi hingga ingin memaki benda tak berotak itu, tapi itu juga adalah darah dagingnya sendiri, ada masalah sekali pun juga harus dilindunginya.

Dia pun bergegas berdiri dan membela anaknya, "Apakah ada suatu kesalahpahaman di sini, meskipun Sisca Wen kami biasanya memang sedikit galak, tapi juga tidak akan melakukan hal seperti itu......."

Sambil berkata dia pun menoleh ke arah Miranda Wen, mengisyaratkan agar Miranada Wen berbicara baik-baik kepada Alberto Ji.

Miranda Wen berpura-pura tidak melihatnya, dan menyibukan diri untuk menghentikan darah Bernando Ji.

Dalam hati dia tertawa dingin, wanita ini menganggapnya apa, masih pula mengingingkannya menambahkan kata-kata bagus untuk membela anak perempuannya, apakah otaknya bermasalah.

Melihat Miranda Wen tidak berkooperasi, Joyce Qin geram dan menggertakan gigi, tapi tidak menimbulka efek apa pun kepada pihak lainnya.

"Maksudmu Bernando jatuh karena terpeleset?" Dengan wajah dingin dan suara sedingin es Alberto Ji bertanya.

Begitu Joyce Qin mendengarnya, dia pun segera menjelaskan, "Kamu salah paham, aku.... bukan begitu maksudku, maksudku adalah Sisca dia tidak sengaja melakukannya, hal ini......."

Sebelum selesai berkata, Bernando Ji pun berteriak keras, "Anjing pembohong, wanita itu sengaja melakukannya! Dia juga berkata aku cacat mental........"Sambil berkata dia pun menatap ke arah Alberto Ji, dan dengan suara kecil bertanya, "Kak, cacat mental itu apa, Miranda sayang itu istriku bukan, dia bukan ibu asuh ku kan......"

Begitu mendengarnya, seluruh tubuh Sisca Wen gemetaran, karena begitu terkejutnya hingga semua darah meninggalkan wajahnya, dimana lagi arogansi yang biasanya, kini dia hanya berdiri gemetar.

Melihat sosok Sisca Wen yang seperti itu, Melvin Wen pun segera memberinya tamparan, dan memaki dirinya sendiri bagaimana dia bisa melahirkan anak sialan seperti itu, masa depan perusahaan berada sepenuhnya di tangan wanita itu!

Melvin Wen pun segera memohon maaf, "Semua karena kesalahanku mendidik anak, Sisca, cepat minta maaf kepada Bernando!"

"Ma.... maaf." Mana pernah Sisca Wen mengalami hal seperti ini, dia begotu terkejut hingga kata-katanya pun tersendat, karena takut membuat Alberto Ji semakin marah, dia pun mengulang perkataannya lagi.

Alberto Ji tidak mempedulikannya, tatapan matanya setajam pisau, yang siap untuk membelah tubuh orang hidup-hidup.

Melukai anggota keluarga Ji, lebih-lebih dia adalah adik kesayanganya, dengan sepatah kata maaf yang sederhana begitu saja bisa menyelesaikannya, sungguh suatu pemikiran yang terlalu bagus!

"Ternyata ada yag tidak tahu apa konsekuensi melukai keluarga Ji, dan ingin mencobanya." Alberto Ji berkata dengan dingin, matanya menatap tajam ke arah Sisca Wen.

Begitu kata-kata itu berkumandang, satu per satu anggota keluarga Wen pun kehilangan tenaga, terutama Sica Wen, dia begitu terkejut hingga kedua kakinya pun tidak mempunyai kekuatan, ingin menangis pun juga tidak mampu.

"Kak, lebih baik kita bawa Bernando dulu ke rumah sakit." Miranda Wen membujuk.

Dia berkata demikian bukanlah untuk keluarga ini, tapi sekarang bukanlah saat untuk mengurus orang-orang ini, di matanya luka Bernando Ji lah yang terpenting saat ini, harus segera membawanya ke rumah sakit.

Alberto Ji sebenarnya tidak ingin melepaskan keluarga itu dengan begitu mudahnya, tapi hatinya mengkhawatirkan luka adiknya, jika demi orang-orang ini dia harus terlambat mengobatinya, itu tidak layak, setelah berpikir sampai sini dia pun setuju.

Sebelum pergi, Alberto Ji melirik dengan dingin ke arah Sisca Wen, "Suatu saat, sebuah kesalahan harus dibayar."

Kemudian barulah dia pergi bersama dengan Bernando Ji dan Miranda Wen.

Melihat mereka keluar dari pintu, mereka pun menghela nafas lega, Sisca Wen tak bisa menahan lagi, dan menangis dengan suara keras, hingga tubuhnya bergemetar.

"Kamu masih punya muka untuk menangis, lihatlah hasil kelakuanmu!" Melvin Wen menghardik dengan keras, setelah berkata demikian dia pun segera ikut turun.

Joyce Qin marah hingga tak mampu berkata-kata, dan hanya bisa memeluk dan menenangkan anaknya.

.......

Di sisi lain, Miranda Wen dan Alberto Ji segera bergegas mengantarkan Bernando Ji ke rumah sakit, setelah melakukan pemeriksaan, untung saja hanyalah sebuah luka ringan, dan tidak menimbulkan efek apa pun.

Mendengar hal ini, Miranda Wen pun bisa menghela nafas dengan lega, dan dengan penuh rasa bersalah dia berkata kepada dua orang itu, "Maaf."

"Mengapa kamu meminta maaf padahal bukan kamu yang mendorong?" Alberto Ji mengernyitkan dahi.

"Tapi hal itu terjadi karena aku......"

Jika bukan karena terjadi pertikaian di antara dia dan Sisca Wen, bagaimana bisa Bernando Ji terluka?

Semakin memikirkannya Miranda Wen merasa semakin bersalah, dia menundukan kepala tidak berani menatap lawan bicaranya, jika bisa memilih, dia lebih memilih dia sendiri yang terluka.

"Memang benar karena kamu." Suara Alberto Ji terdengar dingin dan datar, kemudian dia menambahkan, "Karena kamu sudah menikah masuk ke dalam keluarga Ji, maka Keluarga Ji adalah pendukungmu, setelah ini jika bertemu dengan masalh seperti itu lagi, kamu harus tahu bagaimana menyelesaikannya, bertemu masalah, aku keluarga Ji akan menanggung segalanya."

Mendengarnya, Miranda Wen menganggukan kepala kuat-kuat, "Aku mengerti, setelah ini aku tidak akan membiarkan orang lain menindasku."

Bernando Ji juga ikut menghibur di sebelahnya, "Miranda sayang jangan takut, aku akan melindungimu, kamu jangan sedih, semua ini salah wanita jahat itu!"

Melihat ekspresi tulus di wajah Bernando Ji, Miranda Wen pun tertawa, hatinya merasa begitu hangat.

Kedua kakak beradik ini, yang satu dingin dan satu lainnya bodoh, tapi keduanya sama-sama memancarkan kehangatan yang sama.

Keseluruhan hal itu terjadi secara tiba-tiba, Miranda Wen yang tiba-tiba tersadar pun bergegas membantu Bernando Ji berdiri, dan melihatnya dengan panik sambil bertanya, "Bernando, bagaimana perasaanmu?"

Bagaimana pun juga dia juga tidak berpikir bahwa anak kecil bertubuh besar ini yang selalu menarik tangannya untuk mengajaknya bermain bisa melindunginya di saat dia sedang diganggu, dan juga masih terluka, dalam sesaat dia merasa terharu dan pedih.

"Miranda sayang, kepalaku sakit sekali....." Bernando Ji mengusap kepalanya, matanya berkaca-kaca, seakan dia akan menangis sewaktu-waktu.

"Bernando pintar, turunkan tanganmu dan biarkan aku melihat lukamu sebentar....." Miranda Wen membujuk.

Bernando Ji menurut dan menganggukkan kepala, dan kemudian menurunkan tangannya, telapak tangan dan dahi nya pun penuh dengan warna merah segar, Miranda Wen tertegun sesaat, jelas-jelas terkejut.

Kemudian beberapa orang itu pun bergegas datang dan melihat kejadian itu.

Mata Alberto Ji tertutup embun beku, kemarahan terlukis pekat di wajahnya, dengan tekanan awan gelap di atasnya, membawa suara gemuruh amarah dia bertanya, "Apa yang terjadi?"

Begitu dia membuka mulut, suhu udara di ruangan tersebut tiba-tiba turun dengan drastis.

Begitu melihat Alberto Ji, Sisca Wen terkejut bukan main, hatinya menciut merasa bersalah dan dia segera memalingkan pandangannya, hatinya takut setengah mati.

Sebelum Miranda Wen sempat berkata apa-apa, Bernando Ji sudah berlari ke depan Alberto Ji, dan dengan jelas menunjuk ke arah Sisca Wen.

"Kak, perempuan jahat itu memukul Miranda sayang, aku tidak membolehkannya, dia lalu mendorongku sampai jatuh, kepalaku sakit sekali......"

Mendengarnya, mata Alberto Ji perlahan mengarah kepada Sisca Wen, pandangannya semakin dingin, seluruh tubuhnya pun mengeluarkan aura dingin, seakan bisa membekukan orang hidup-hidup.

Melvin Wen dan Joyce Qin yang mendengar perkataan Bernando Ji, seketika terkejut hingga wajah mereka pun pucat pasi.

Meskipun Bernando Ji adalah seorang idiot, dia juga masih adalah Tuan Muda Kedua Keluarga Ji, siapa pun juga tahu bahwa Tuan Muda Kedua Keluarga Ji adalah skala terbalik Alberto Ji, jika hari ini terjadi hal seperti itu di depan matanya, konsekuensinya jelas-jelas jauh lebih mengerikan!

"Ini hanyalah sebuah kecelakaan, aku tidak sengaja mendorongnya, masalah ini sungguh tidak bisa menyalahkanku....." Sisca Wen yang mendengar perkataan Bernando Ji, wajahnya pun pucat pasi, tapi masih juga membela diri sendiri, tidak ingin mengakui kesalahannya.

Joyce Qin secara natural mengerti sifat anak perempuannya, dia begitu emosi hingga ingin memaki benda tak berotak itu, tapi itu juga adalah darah dagingnya sendiri, ada masalah sekali pun juga harus dilindunginya.

Dia pun bergegas berdiri dan membela anaknya, "Apakah ada suatu kesalahpahaman di sini, meskipun Sisca Wen kami biasanya memang sedikit galak, tapi juga tidak akan melakukan hal seperti itu......."

Sambil berkata dia pun menoleh ke arah Miranda Wen, mengisyaratkan agar Miranada Wen berbicara baik-baik kepada Alberto Ji.

Miranda Wen berpura-pura tidak melihatnya, dan menyibukan diri untuk menghentikan darah Bernando Ji.

Dalam hati dia tertawa dingin, wanita ini menganggapnya apa, masih pula mengingingkannya menambahkan kata-kata bagus untuk membela anak perempuannya, apakah otaknya bermasalah.

Melihat Miranda Wen tidak berkooperasi, Joyce Qin geram dan menggertakan gigi, tapi tidak menimbulka efek apa pun kepada pihak lainnya.

"Maksudmu Bernando jatuh karena terpeleset?" Dengan wajah dingin dan suara sedingin es Alberto Ji bertanya.

Begitu Joyce Qin mendengarnya, dia pun segera menjelaskan, "Kamu salah paham, aku.... bukan begitu maksudku, maksudku adalah Sisca dia tidak sengaja melakukannya, hal ini......."

Sebelum selesai berkata, Bernando Ji pun berteriak keras, "Anjing pembohong, wanita itu sengaja melakukannya! Dia juga berkata aku cacat mental........"Sambil berkata dia pun menatap ke arah Alberto Ji, dan dengan suara kecil bertanya, "Kak, cacat mental itu apa, Miranda sayang itu istriku bukan, dia bukan ibu asuh ku kan......"

Begitu mendengarnya, seluruh tubuh Sisca Wen gemetaran, karena begitu terkejutnya hingga semua darah meninggalkan wajahnya, dimana lagi arogansi yang biasanya, kini dia hanya berdiri gemetar.

Melihat sosok Sisca Wen yang seperti itu, Melvin Wen pun segera memberinya tamparan, dan memaki dirinya sendiri bagaimana dia bisa melahirkan anak sialan seperti itu, masa depan perusahaan berada sepenuhnya di tangan wanita itu!

Melvin Wen pun segera memohon maaf, "Semua karena kesalahanku mendidik anak, Sisca, cepat minta maaf kepada Bernando!"

"Ma.... maaf." Mana pernah Sisca Wen mengalami hal seperti ini, dia begotu terkejut hingga kata-katanya pun tersendat, karena takut membuat Alberto Ji semakin marah, dia pun mengulang perkataannya lagi.

Alberto Ji tidak mempedulikannya, tatapan matanya setajam pisau, yang siap untuk membelah tubuh orang hidup-hidup.

Melukai anggota keluarga Ji, lebih-lebih dia adalah adik kesayanganya, dengan sepatah kata maaf yang sederhana begitu saja bisa menyelesaikannya, sungguh suatu pemikiran yang terlalu bagus!

"Ternyata ada yag tidak tahu apa konsekuensi melukai keluarga Ji, dan ingin mencobanya." Alberto Ji berkata dengan dingin, matanya menatap tajam ke arah Sisca Wen.

Begitu kata-kata itu berkumandang, satu per satu anggota keluarga Wen pun kehilangan tenaga, terutama Sica Wen, dia begitu terkejut hingga kedua kakinya pun tidak mempunyai kekuatan, ingin menangis pun juga tidak mampu.

"Kak, lebih baik kita bawa Bernando dulu ke rumah sakit." Miranda Wen membujuk.

Dia berkata demikian bukanlah untuk keluarga ini, tapi sekarang bukanlah saat untuk mengurus orang-orang ini, di matanya luka Bernando Ji lah yang terpenting saat ini, harus segera membawanya ke rumah sakit.

Alberto Ji sebenarnya tidak ingin melepaskan keluarga itu dengan begitu mudahnya, tapi hatinya mengkhawatirkan luka adiknya, jika demi orang-orang ini dia harus terlambat mengobatinya, itu tidak layak, setelah berpikir sampai sini dia pun setuju.

Sebelum pergi, Alberto Ji melirik dengan dingin ke arah Sisca Wen, "Suatu saat, sebuah kesalahan harus dibayar."

Kemudian barulah dia pergi bersama dengan Bernando Ji dan Miranda Wen.

Melihat mereka keluar dari pintu, mereka pun menghela nafas lega, Sisca Wen tak bisa menahan lagi, dan menangis dengan suara keras, hingga tubuhnya bergemetar.

"Kamu masih punya muka untuk menangis, lihatlah hasil kelakuanmu!" Melvin Wen menghardik dengan keras, setelah berkata demikian dia pun segera ikut turun.

Joyce Qin marah hingga tak mampu berkata-kata, dan hanya bisa memeluk dan menenangkan anaknya.

.......

Di sisi lain, Miranda Wen dan Alberto Ji segera bergegas mengantarkan Bernando Ji ke rumah sakit, setelah melakukan pemeriksaan, untung saja hanyalah sebuah luka ringan, dan tidak menimbulkan efek apa pun.

Mendengar hal ini, Miranda Wen pun bisa menghela nafas dengan lega, dan dengan penuh rasa bersalah dia berkata kepada dua orang itu, "Maaf."

"Mengapa kamu meminta maaf padahal bukan kamu yang mendorong?" Alberto Ji mengernyitkan dahi.

"Tapi hal itu terjadi karena aku......"

Jika bukan karena terjadi pertikaian di antara dia dan Sisca Wen, bagaimana bisa Bernando Ji terluka?

Semakin memikirkannya Miranda Wen merasa semakin bersalah, dia menundukan kepala tidak berani menatap lawan bicaranya, jika bisa memilih, dia lebih memilih dia sendiri yang terluka.

"Memang benar karena kamu." Suara Alberto Ji terdengar dingin dan datar, kemudian dia menambahkan, "Karena kamu sudah menikah masuk ke dalam keluarga Ji, maka Keluarga Ji adalah pendukungmu, setelah ini jika bertemu dengan masalh seperti itu lagi, kamu harus tahu bagaimana menyelesaikannya, bertemu masalah, aku keluarga Ji akan menanggung segalanya."

Mendengarnya, Miranda Wen menganggukan kepala kuat-kuat, "Aku mengerti, setelah ini aku tidak akan membiarkan orang lain menindasku."

Bernando Ji juga ikut menghibur di sebelahnya, "Miranda sayang jangan takut, aku akan melindungimu, kamu jangan sedih, semua ini salah wanita jahat itu!"

Melihat ekspresi tulus di wajah Bernando Ji, Miranda Wen pun tertawa, hatinya merasa begitu hangat.

Kedua kakak beradik ini, yang satu dingin dan satu lainnya bodoh, tapi keduanya sama-sama memancarkan kehangatan yang sama.

Novel Terkait

My Greget Husband

My Greget Husband

Dio Zheng
Karir
4 tahun yang lalu
1001Malam bersama pramugari cantik

1001Malam bersama pramugari cantik

andrian wijaya
Merayu Gadis
4 tahun yang lalu
Kisah Si Dewa Perang

Kisah Si Dewa Perang

Daron Jay
Serangan Balik
4 tahun yang lalu
See You Next Time

See You Next Time

Cherry Blossom
CEO
5 tahun yang lalu
Cutie Mom

Cutie Mom

Alexia
CEO
5 tahun yang lalu
Cintaku Yang Dipenuhi Dendam

Cintaku Yang Dipenuhi Dendam

Renita
Balas Dendam
5 tahun yang lalu
You Are My Soft Spot

You Are My Soft Spot

Ella
CEO
4 tahun yang lalu
Craving For Your Love

Craving For Your Love

Elsa
Aristocratic
4 tahun yang lalu