Eternal Love - Bab 316 Tidak akan tidak mempedulikan kamu

Tiba-tiba ruangan pasien menjadi hening, udara juga bagaikan membeku.

Miranda Wen bersandar di ranjang, tatapannya terpaku pada ranjang yang putih bersih, pikirannya juga kosong.

Saat ini Alberto Ji juga terdiam, seolah memang sengaja memberikan Miranda Wen waktu untuk menerima, sehingga dia ikut diam.

Detik demi detik berlalu, Miranda Wen bagaikan tenggelam dalam mimpi, meskipun sudah merasakan Alberto Ji punya perasaan dengannya, tapi rasanya tetap berbeda ketika secara langsung keluar dari mulutnya.

“Miranda, apa yang sedang kamu pikirkan?”

Suara yang lembut terdengar di telinga Miranda Wen, dia tersadar dari lamunannya dan menoleh ke pria yang di samping ranjang.

“Tidak apa-apa, hanya saja dalam hatiku merasa agak tidak tenang.” Miranda Wen tersenyum datar, wajah tenangnya menunjukkan kecemasan.

Bagi Miranda Wen, semakin dekat hati mereka, maka bahaya juga semakin banyak.

Di depan cinta dan hierarki keluarga, dia ragu-ragu untuk maju dan tidak pasti.

Mata Alberto Ji yang sejuk menyuram, ia menyadari permasalahan dalam hati Miranda Wen yang susah disembunyikan.

Jari panjangnya mengusap pipi Miranda Wen dengan lembut, dengan sedih Alberto Ji berkata, “Jangan banyak berpikir lagi, tanggung jawab kamu sekarang adalah menjaga kesehatanmu, menjaga bayi dalam kandunganmu.”

“Aku mengerti, aku tidak akan membuatnya mendapat bahaya lagi.” Miranda Wen menjawab datar.

Usai menjawab, Miranda Wen memejamkan mata, bulu mata yang lentik menutupi bola mata yang jernih, wajahnya menoleh ke samping dan terpaku ke sana.

Alberto Ji memandang dari samping, tindakan ini membuat dia mendadak menyadari ucapan tadi, apakah Miranda Wen mengira dirinya sedang menyalahkan dia.

“Miranda, kamu jangan salah paham dengan perkataan aku, aku tidak bermaksud menyalahkan kamu, aku hanya tidak ingin kamu mencemaskan hal-hal yang tidak penting.” Alberto Ji menggenggam tangan kecil Miranda Wen di telapak tangannya, serta mengusapnya dengan lembut.

Miranda Wen masih memejamkan kedua mata, bibirnya tersenyum kecil : “Aku tahu kamu tidak menyalahkan aku, tapi hal ini bagi aku bukan tidak penting, malah adalah hal yang paling membingungkan aku.”

Alberto Ji mengangguk, kemudian menghela nafas.

“Aku paham, tapi aku juga berharap kamu tidak banyak berpikir, gunakan energimu untuk menjaga kandungan.”

Sambil bicara, Alberto Ji bangkit dan berjalan ke lemari yang tidak jauh di sana untuk mengambil pisau buah, kemudian kembali lagi ke ranjang.

Namun dia tidak mengerti, menjaga kandunganlah hal yang paling membuat Miranda Wen pusing.

Bernando Ji sebagai suami dia yang sah, sedangkan mereka berdua tidak punya hubungan suami istri, perut yang semakin hari semakin besar ini harus bagaimana menjelaskannya.

Seringkali Miranda Wen akan memimpikan hal yang sama, ia bermimpi Keluarga Ji mempertanyakan kehamilannya dan memaksanya mengatakan ayah kandung dari bayi.

Sedikit demi sedikit kerisauan kembali memenuhi hatinya, Miranda Wen merenung sambil menunduk, tiba-tiba wangi buah tercium oleh hidungnya.

Dia menoleh pelan, tampak Alberto Ji sedang mengupas buah di samping ranjang, gerakannya anggun dan teliti, kulit apel yang tipis terkelupas dengan bentuk melingkar.

“Miranda, jangan berpikir sembarangan lagi.” Dari sudut matanya, Alberto Ji melihat Miranda Wen menoleh, dia menengadahkan kepala dan berkata dengan halus, “Kamu harus banyak makan buah, tidak hanya bagus untuk kulitmu, aku dengar makan apel saat hamil, nanti kulit bayinya akan putih.”

Alberto Ji menyunggingkan senyum bahagia, seolah dia sudah naik level dari calon ayah menjadi ayah yang sebenarnya.

Mendengar ini, Miranda Wen mengangkat alis, dalam hatinya merasa Alberto Ji berpikir sampai terlalu jauh.

Usai mengupas apel, dia memotong apel tersebut menjadi lebih kecil, dengan hati-hati menyuapkannya ke mulut Miranda Wen.

“Miranda, kamu harus dengarkan perkataan aku, bagaimana pun juga bayi ini harus dipertahankan. Aku tahu perut kamu akan semakin besar, kamu sangat cemas, tapi percaya sama aku, biar aku yang urus masalah ini, aku akan secepatnya membuat kamu membatalkan pernikahan dengan Bernando, kemudian aku akan mempertimbangkan untuk mengatur kamu melahirkan di luar negeri……”

Sambil menyuapinya apel, Alberto Ji mengutarakan maksud yang sudah lama dia pertimbangkan.

Sebenarnya kekhawatiran dalam hati Alberto Ji tidak lebih sedikit dari Miranda Wen sejak dia mengetahui masalah ini.

Setiap ada waktu luang, pikirannya dipenuhi oleh Miranda Wen dan bayi dalam kandungan.

Apel yang renyah dikunyah dalam mulut Miranda Wen, awalnya hatinya sudah mulai tenang, tapi mendengar perkataan Alberto Ji, mendadak hatinya tersentak dan merasa tidak menyangka.

Ia telan apelnya, dan menjerit kecil dengan kaget, “Membatalkan pernikahan dengan Bernando? Ini tidak mungkin sama sekali!”

Alberto Ji menghentikan gerakan di tangannya, apel yang sudah dia potong di tangan berhenti di udara, tatapan matanya tampak yakin, dengan tenang ia balik bertanya : “Kenapa tidak mungkin? Menurutku aku adalah orang yang akan melakukan apa yang kuucapkan, hari ini aku sudah bilang seperti itu ke kamu, maka pasti akan bisa kulakukan.”

Miranda Wen mengerutkan dahi, dia tidak meragukan kemampuan Alberto Ji, tapi masalahnya membatalkan pernikahan bukanlah suatu permainan, meskipun dibatalkan, akan lebih banyak lagi masalah yang muncul setelahnya.

Dia menatap Alberto Ji dengan ragu-ragu, suaranya datar, “Aku tahu kamu dapat melakukannya, tapi apakah pernah memikirkan apa akibatnya kalau berbuat seperti itu? Sekali kamu mewakili aku membatalkan pernikahan, bagaimana Keluarga Ji akan menganggap kamu?”

Melihat kecemasan di mata Miranda Wen, dalam hati Alberto Ji merasa hangat. Dia sedang mengkhawatirkan dirinya, dia sedang mempedulikan keselamatan dirinya.

Di dunia ini, seberapa banyak sapaan dan perhatian dari orang asing pun tidak akan bisa melebihi kepedulian dari orang yang disukai.

Alberto Ji tertawa, diletakkannya apel ke samping, kemudian mengecup kening Miranda Wen.

“Bodoh, tadi aku sudah bilang, kamu tidak perlu mencemaskan hal-hal ini, sekarang aku hanya mau kamu baik-baik menjaga diri dan bayi.”

Miranda Wen merasakan rasa sejuk dari bibir yang mengecupnya, lembut dan halus, tanpa sadar hatinya jadi gugup.

Bagaikan gadis muda yang berbunga-bunga, di saat yang bersamaan ketika merasa hatinya bergetar, Alberto Ji mendaratkan ciuman lagi.

Kemudian Miranda Wen berkata, “Bagaimana boleh seperti ini? Aku tidak akan tidak mempedulikan kamu.”

Sekali lagi Alberto Ji menghibur dengan senyuman, dengan lembut ia mengusap rambut Miranda Wen : “Jujur saja, aku tidak peduli sedikit pun, beberapa hari ini sejak kamu pindah keluar, aku memikirkan banyak hal, dan aku juga tahu apa yang paling penting di dalam hatiku. Aku hanya mau kamu dan bayi baik-baik saja, mengenai pandangan orang lain, aku tidak keberatan sama sekali.”

Usai mengatakan ini, Miranda Wen merasa ingin menangis, sebuah rasa aman yang tidak pernah ada pun muncul di hatinya.

Ditatapnya mata Alberto Ji yang penuh cinta, tatapannya penuh dengan cinta yang dalam.

Saat ini, tidak ada lagi alasan Miranda Wen untuk membohongi diri sendiri dan orang lain, juga untuk menghindari perasaan dia ke Alberto Ji yang sebenarnya.

Bagi dia, pria di depannya ini bagaikan cahaya harapan dalam kehidupan yang gelap.

“Baik……aku percaya sama kamu, aku pasti akan baik-baik menjaga diri dan bayi, tidak akan membuat kamu cemas.”

Miranda Wen menjawab dengan yakin, tidak tahu sejak kapan pipinya mulai memerah.

Novel Terkait

Pernikahan Kontrak

Pernikahan Kontrak

Jenny
Percintaan
5 tahun yang lalu
Pengantin Baruku

Pengantin Baruku

Febi
Percintaan
4 tahun yang lalu
Jika bertemu lagi, aku akan melupakanmu

Jika bertemu lagi, aku akan melupakanmu

Summer
Romantis
5 tahun yang lalu
Kembali Dari Kematian

Kembali Dari Kematian

Yeon Kyeong
Terlahir Kembali
4 tahun yang lalu
Istri Direktur Kemarilah

Istri Direktur Kemarilah

Helen
Romantis
4 tahun yang lalu
Cinta Adalah Tidak Menyerah

Cinta Adalah Tidak Menyerah

Clarissa
Kisah Cinta
5 tahun yang lalu
The Serpent King Affection

The Serpent King Affection

Lexy
Misteri
5 tahun yang lalu
Uangku Ya Milikku

Uangku Ya Milikku

Raditya Dika
Merayu Gadis
4 tahun yang lalu