Eternal Love - Bab 402 Suruh Dia Pergi

Setelah Alberto Ji berpesan beberapa hal kepada asistennya, dia pun menyuruh asistennya keluar.

Asisten melangkah keluar dari kantor, di saat baru saja mau berjalan ke kantornya yang berada di lantai bawah, tiba-tiba dia melihat punggung orang yang familiar.

Setelah dilihat lebih jelas lagi, menyadari orang itu adalah Violet Qin. Melihat wanita itu masih belum melihatnya, dia pun berbalik dan hendak pergi.

"Asisten Yan, tunggu sebentar." namun belum berjalan beberapa langkah, suara Violet Qin terdengar.

Mendengar itu, hati Winsen Yan terasa sedikit tidak berdaya. Dia hanya bisa menghentikan langkah, menoleh dan pura-pura tidak melihat wanita itu, "Nona Qin, kamu datang ya. Ada masalah apa?"

"Iya, aku datang mencari Alberto. Apakah dia ada di kantor?"

"CEO ada, tapi sedang sibuk." Winsen Yan benar-benar merasa sangat tidak berdaya dalam hati. Kalau dia membiarkan Violet Qin masuk begini saja, dia pasti akan dipecat.

"Iya, kalau begitu tolong ya." Violet Qini berkata dengan wajah akrab. Asisten ini adalah orang yang selalu bersama dengan Alberto. Kalau dia bersikap tidak baik di hadapan pria itu. Maka Alberto pasti akan langsung tahu.

Violet Qin berjalan mengikuti Winsen Yan masuk ke kantornya. Winsen Yang telepon kepada Alberto Ji dengan perasaan tidak rela.

Sejak Winsen Yan pergi keluar, Alberto Ji juga tidak bekerja. Duduk di sofa samping jendela, menikmati pemandangan di bawah, sambil memikirkan Miranda Wen.

Memikirkan semua hal tentang wanita itu. Pikirannya perlahan-lahan melayang jauh. Tiba-tiba telepon berbunyi. Lamunannya tiba-tiba terputus, mata Alberto Ji memancarkan rasa tidak senang.

"Apa."

Winsen Yan begitu mendengar suara Alberto Ji, mendadak merinding. Perkataan yang sampai di mulutnya, terhenti di sana. Winsen Yan menoleh melihat Violet Qin, terakhir memaksakan diri untuk bicara, sekalian memencet tombol loudspeaker.

"CEO, Nona Qin datang mencarimu, sekarang di kantorku, apakah..."

"Suruh dia pergi!" Winsen Yan belum selesai berkata, Alberto Ji sudah memutuskan perkataannya dengan dingin. Kemudian terdengar dering nada putus sambungan.

Winsen Yan seketika tidak ingin membalikkan kepala lagi. Tanpa berpikir pun dia tahu wajah Violet Qin sekarang pasti sangat masam. Rasanya apapun yang dia katakan sangat tidak cocok. Tapi kalau dia tidak katakan apapun, rasanya semakin tidak cocok.

Setelah ragu sebentar, Winsen Yan menolehkan kepala. Benar saja melihat senyum canggung di wajah Violet Qin.

"Nona Qin, CEO sedang sibuk, tidak bisa bertemu denganmu." Winsen Yan menolak dengan halus. Meskipun dia juga tidak ingin melihat Violet Qin, tapi dia bukan Alberto Ji. Tidak mempunyai keberanian untuk menyuruh wanita itu pergi.

Setelah Violet Qin mendengar Alberto Ji menyuruhnya pergi, dia berdiri tersentak di sana. Dia begitu menantikan untuk bertemu dengan pria itu, pria itu malah menyuruhnya pergi? Selain itu berkata kepada orang lain. Wajahnya mau ditaruh kemana?

Setelah mendengar perkataan Winsen Yan, Violet Qin langsung memilih untuk pura-pura tidak mendengar perkataan Alberto Ji, "Ok, aku sudah tahu. Terima kasih. Kalau begitu aku pergi dulu ya."

Setelah itu Violet Qin tidak menunggu jawaban Winsen Yan, seperti kabur, meninggalkan kantor Winsen Yan. Setelah menunggu Violet Qin tidak kelihatan lagi, Winsen Yan baru menghela napas lega dan dalam hati tanpa bisa ditahan merasa sedikit bingung. Tadi saat dia meninggalkan kantor CEO, bosnya bukan seperti itu.

Kenapa dalam waktu yang singkat, suasana hati CEO berubah tidak baik? Setelah berpikir lama, Winsen Yan tetap tidak mengerti dan akhirnya memilih untuk menyerah saja, kemudian lanjut bekerja.

Setelah Violet Qin keluar dari kantor Winsen Yan, dia segera naik ke lift dan turun. Benar-benar terlalu memalukan. Semakin dipikirkan, dia semakin merasa malu. Benar-benar tidak terpikir Alberto Ji akan berkata seperti itu. Tidak bisa. Dia tidak bisa pergi begini saja. Dia harus bertanya pada Alberto Ji kenapa bersikap seperti itu padanya. Berpikir seperti ini, Violet Qin menghentikan langkah kaki. Setelah mencari tempat duduk di hall, dia pun duduk ke sana.

Setelah pulang kerja, Alberto Ji membereskan pekerjaan terakhirnya, mengambil kunci dan mau pergi dari sana. Naik ke lift khusus CEO turun ke lantai satu. Baru saja keluar dari lift, di hadapannya muncul seseorang.

"Alberto, aku ada urusan mencarimu. Kita cari tempat untuk bicarakan baik-baik." di saat Violet Qin sudah tidak sabar menunggu, akhirnya sampai di jam pulang kerja. Ketika melihat lift khusus CEO menyala, dia segera berdiri dan berlari ke sana.

Setelah Alberto Ji mendengar suara Violet Qin, dia mengerutkan dahi dengan tidak senang. Kemudian memutari wanita itu, hendak berjalan keluar. Tapi baru berjalan beberapa langkah, jalannya dihalangi oleh Violet Qin.

"Alberto, kamu dengar perkataanku tidak!" suara Violet Qin sedikit tajam. Hatinya sudah mau meledak sangking kesalnya. Tadi menyuruhnya pergi, sekarang juga tidak mempedulikannya. Sebenarnya apa kesalahannya?

"Minggir." Alberto Ji menatap Violet Qin dengan kesal. Dia benar-benar tidak mengerti, kenapa wanita ini begitu mengesalkan.

Ekspresi wajah Alberto Ji yang kesal dan nada bicaranya yang dingin, menusuk hati Violet Qin, "Alberto, sudah dua tahun. Aku sudah menemanimu selama dua tahun. Meskipun sebuah batu juga sudah seharusnya memanas kali. Kenapa hatimu begitu kejam. Kenapa kamu harus berbuat seperti ini padaku!" sebenarnya Violet Qin juga sangat mengerti dalam hati. Alberto Ji bukan berhati kejam. Pria itu hanya memberikan semua kelembutannya kepada Miranda Wen. Tapi dia tidak berani bertanya pada Alberto Ji apakah masih berpikir tentang wanita itu.

"Bagaimana sikapku padamu, itu adalah kebebasanku. Tolong kamu jangan muncul di hadapanku lagi ya? Kamu benar-benar tidak tahu berapa jelek tampangmu seperti ini." Alberto Ji menatap Violet Qin dan menyindir.

"Tidak. Berdasarkan perkataanmu itu, kemanapun aku pergi, itu adalah kebebasanku. Alberto, seberapa jelekpun aku, aku tetap adalah tunanganmu. Kalau mau aku tidak muncul lagi di hadapanmu, itu tidak mungkin. Kecuali aku sudah mati!" Violet Qin menatap Alberto Ji dengan serius. Perkataan Alberto Ji seperti pisau, terus-menerus menyayat hatinya, membuatnya kesakitan sampai bernapas pun terasa sedikit sulit. Dia benar-benar tidak pernah terpikir, perkataan sederhana saja bisa menyakiti hatinya sesakit ini.

Sedangkan perkataannya tidak mendapat reaksi apapun dari Alberto Ji.

Setelah Alberto Ji mendengar perkataan Violet Qin, dia juga tidak mempunyai keinginan untuk lanjut bicara lagi. Dia sudah sangat jijik pada tampang jelek Violet Qin yang sombong itu. Selain itu dia juga merasa dia tidak pernah bisa nyambung dengan Violet Qin. Mereka berdua seperti orang dari dunia yang berbeda. Violet Qin tidak pernah mengerti maksud perkataannya, juga tidak mengenal statusnya sendiri.

Setelah menarik pandangannya, Alberto Ji tidak mempedulikan Violet Qin, langsung memutari wanita itu dan pergi.

Setelah naik ke atas mobil, awalnya Alberto Ji ingin pulang ke rumah, tapi hatinya malah sangat kesal, membuka beberapa kancing kemeja, lalu memutar balik setir, dan pergi ke bar.

Novel Terkait

His Soft Side

His Soft Side

Rise
CEO
4 tahun yang lalu
Menantu Hebat

Menantu Hebat

Alwi Go
Menantu
4 tahun yang lalu
Love Is A War Zone

Love Is A War Zone

Qing Qing
Balas Dendam
5 tahun yang lalu
Waiting For Love

Waiting For Love

Snow
Pernikahan
5 tahun yang lalu
Cinta Yang Paling Mahal

Cinta Yang Paling Mahal

Andara Early
Romantis
4 tahun yang lalu
Takdir Raja Perang

Takdir Raja Perang

Brama aditio
Raja Tentara
4 tahun yang lalu
Suami Misterius

Suami Misterius

Laura
Paman
4 tahun yang lalu
Sang Pendosa

Sang Pendosa

Doni
Adventure
5 tahun yang lalu