Eternal Love - Bab 104 Tak Berdaya Dan Kacau

Sekembalinya dari bandara, Miranda Wen membawa Zayn Shen ke tempat dimana mereka biasa makan barbekyu bersama sebagai makan malam penyambutannya.

“Enak!” Zayn Shen memakan sate kambing dengan lahap dan tidak memikirkan penampilannya lagi, rasa itu membuatnya menunjukkan ekspresi yang puas.

Miranda Wen tertawa melihatnya, “Enak, kan, pasti di luar negeri kamu tidak bisa makan makanan se-enak ini.”

“Tentu saja. Saat di luar negeri, makan barbekyu inilah yang paling aku rindukan, terutama makan barbekyu bersamamu.”

Miranda Wen mengangkat alis mendengar ucapannya ini, “Kalau begitu, kamu pasti sangat merindukanku, ya.”

“Benar.” Zayn Shen meliriknya sinis, lalu menyesap bir-nya, dan kemudian bertanya, "Kalau kamu, apa kamu merindukanku?"

Mendengar pertanyaan ini, Miranda Wen bergidik, "Zayn Shen, bisakah kita mengubah pertanyaannya? Orang-orang bisa mengira kalau aku adalah pacarmu.”

“Tidak apa, kamu bisa menjadi pacarku.” Ucap Zayn Shen setengah bercanda.

“Sialan.” Miranda Wen memutar bola matanya, dan mengetuk tepi cangkir dengan sumpit, lalu berkata dengan serius: "Kita teman baik, oke?"

Setelah mengatakan itu, Miranda Wen menundukkan kepalanya dan tidak melihat tatapan kecewa di mata Zayn Shen ketika dia mendengar kata "teman baik", kemudian Zayn Shen berkata sambil tersenyum: "Untuk apa kita pedulikan tentang hal-hal ini. Katakanlah, apakah kamu merindukanku atau tidak?”

“Kamu mau mendengar kebenaran atau kebohongan?” Miranda Wen menengadah menatapnya.

“Miranda Wen!”

Miranda Wen melengkungkan senyum di bibirnya, dan menjawabnya kasual: “Rindu, aku sangat merindukanmu.”

Zayn Shen tersenyum, kedua mata indahnya seketika berbinar, dia mengulurkan tangan menepuk pundak Miranda Wen, “Karena kamu begitu merindukanku, hari ini aku akan membawamu bermain game.”

Bermain game? Kata yang asing sekaligus familier baginya.

Miranda Wen menunduk, dan tersenyum pahit di bibirnya, dulu dia suka bermain game dan memiliki kepribadian yang ceria, sejak dia masuk ke Keluarga Ji, semuanya telah ditekan mati.

Tapi, kemunculan Zayn Shen, membuatnya merasa seperti hidup kembali, kembali menjadi dirinya yang ceria lagi.

“Baiklah, tapi kamu tidak bisa menyerah dan curang lagi.” Miranda Wen menatap Zayn Shen memberinya peringatan.

Zayn Shen mengangkat bahu dan berkata dengan polos, "Aku tidak menyerah, kamu yang curang."

“Zayn Shen!” Miranda Wen menatapnya marah, dan kemudian dia mengambil semua sate kambing di tangannya, "Kamu tidak boleh makan lagi hari ini, aku akan memakannya sendiri."

Melihat hal ini, Zayn Shen mengulurkan tangannya merebut kembali, “Miranda, jangan mengambilnya semua. Aku sudah bersusah payah pulang, kamu malah berebut makanan denganku, apa kamu tidak kasihan padaku.”

“Apa itu kasihan? Apa bisa di makan?” Miranda Wen membungkung menghindari tangan Zayn Shen.

Keduanya rebutan makanan, tertawa dan bersenang-senang.

……

Setelah selesai makan barbekyu, Miranda Wen dan Zayn Shen menuju ke tempat tinggan Zayn Shen, Miranda Wen sangat terkejut dan melebarkan mata ketika masuk, “Boleh juga, Zayn, kamu sudah menyuruh orang datang bersih-bersih sebelum pulang, ya.”

“Tentu saja, harus.” Zayn Shen mendorong kopernya masuk ke kamar, sedangkan Miranda Wen langsung menyerbu sofanya, dan bersandar dengan nyaman.

Dulu dia sangat suka bersandar di sofa dan bermain game dengan Zayn Shen, keduanya saling menghina skill satu sama lain, mengingat kembali masa-masa itu sangat membuatnya senang.

Zayn Shen keluar dari kamar, dia mengkerutkan keningnya saat melihat Miranda Wen sedang melamun entah memikirkan apa, lalu menghampirinya dan menepuk kepala Miranda Wen, “Apa yang kamu pikirkan?”

Miranda Wen terkejut, dan menatapnya dengan sedih, “Apa kamu bisa sedikit lembut padaku? Jantungku hampir saja copot.”

Zayn Shen tertawa, “Dasar pecundang!” kemudian kembali bertanya: “Apa yang kamu pikirkan tadi? Serius sekali.”

Miranda Wen bangkit duduk dan memeluk bantal, kemudian menjawab: “Memikirkan hari-hari sedih ketika kita bermain game dan saling curang."

“Saling curang?” Zayn Shen mengetuk kepalanya, dan berkata dengan marah: “Saat itu hanya kamu yang curang, aku, Tuan Muda memiliki skill terbaik.”

Miranda Wen tertawa sarkas “he he”, kemudian mengeluarkan ponsel, dan mengangkat alisnya menatap Zayn Shen, “Ayo, kita main, kita lihat siapa yang lebih cupu setelah sekian lama tidak main.”

“Ayo, siapa takut.”

Zayn Shen juga mengeluarkan ponselnya, mereka berdua saling memandang dengan senyum cerah.

Sudah berapa lama? Mereka tidak duduk bersama dan bermain game seperti ini?

Perasaan seperti ini benar-benar menyenangkan!

……

Keduanya bermain game sampai lupa waktu, langit diluar sana sudah sepenuhnya gelap, di ruang tamu, terdengar seruan bersemangat Zayn Shen yang tanpa henti, dan keluhan-keluhan Miranda Wen yang mengimbangi.

Tiba-tiba terdengar suara ketukan pintu yang menghancurkan suasana mereka bermain game.

Miranda Wen berkata tanpa mengalihkan pandangannya dari ponsel: “Tuan Muda Shen, sana buka pintu.”

Zayn Shen mengerutkan alisnya, dia berpikir dalam hati, dia baru saja pulang dari luar negeri, selain asisten dan Miranda, tidak ada orang lain lagi yang tahu, lalu siapa yang datang mencarinya?

Dia melihat layar game, dirinya telah dibunuh oleh musuh, dia dengan enggan mendesah, dan meletakkan ponselnya, bangkit untuk membuka pintu.

Dia mengintip terlebih dahulu melalui lubang kecil, ketika melihat orang yang berdiri di luar, dia tidak kuasa untuk memaki dalam hati “Sial”, mengapa orang ini bisa datang? Bagaimana dia bisa tahu aku sudah pulang?

Orang yang ada diluar adalah sepupunya, Alberto Ji, kedatangannya yang tiba-tiba sangat membuatnya terkejut, tapi dia tetap membukakannya pintu.

Zayn Shen terdiam sejenak, kemudian bertanya dengan ragu: “Kakak, kenapa kamu kesini?”

“Mama menyuruhku membawakan barang-barang ini untukmu.” Alberto Ji menatapnya dengan wajah datar.

“Oh.” Zayn Shen melirik barang yang dibawanya, kemudian menggeser tubuhnya, “Kakak, ayo masuk dulu.”

Alberto Ji berjalan masuk dan langsung melihat Miranda Wen yang sedang duduk bersila di sofa, yang tidak bisa menahan untuk tidak memperhatikan ponselnya di satu tangan dan minum di tangan lainnya.

Melihat ekspresi kehabisan kata-kata sepupunya, Zayn Shen batuk pelan, tepat saat dia akan menjelaskan, Miranda Wen menoleh, dan ketika dia melihat Alberto Ji, dia menyemburkan jus di mulutnya.

“Miranda Wen, kamu jorok sekali!” Zayn Shen segera mendekat dan mengelap sisi meja yang kotor karenanya.

“Kakak!” Miranda Wen bangkit berdiri, dan menatap Alberto Ji sedikit malu.

Alberto Ji mengerutkan keningnya, “Kenapa kamu bisa disini?”

“Aku…… aku……” Miranda Wen melirik Zayn Shen yang sedang membersihkan meja, berpikir keras bagaimana cara menjelaskan pada Alberto Ji.

“Dia adalah teman mainku dari kecil sampai sekarang.” Zayn Shen menjawab untuknya, tapi mengapa dia merasa ada yang aneh.

Oh iya! Mata Zayn Shen melebar, dia berbalik badan menoleh pada Miranda Wen dan bertanya, “Miranda, tadi kamu memanggil kakakku apa?”

Miranda Wen tertegun, “Kakak.”

Apa ada yang salah?

“Kakak?” Mata terkejut Zayn Shen melebar, dia memandang Alberto Ji dan Miranda Wen bergantian. Dia kembali bertanya dengan ragu: "Kalian saling kenal?"

Miranda Wen menganggukkan kepalanya, “Iya, dia adalah kakak dari suamiku.”

Zayn Shen tiba-tiba seperti dilanda guntur, dirinya benar-benar tercengang, dia terus mengulangi kalimat itu di telinganya: dia adalah kakak suamiku.

Novel Terkait

Waiting For Love

Waiting For Love

Snow
Pernikahan
5 tahun yang lalu
I'm Rich Man

I'm Rich Man

Hartanto
Merayu Gadis
4 tahun yang lalu
Seberapa Sulit Mencintai

Seberapa Sulit Mencintai

Lisa
Pernikahan
4 tahun yang lalu
Craving For Your Love

Craving For Your Love

Elsa
Aristocratic
4 tahun yang lalu
 Istri Pengkhianat

Istri Pengkhianat

Subardi
18+
4 tahun yang lalu
Doctor Stranger

Doctor Stranger

Kevin Wong
Serangan Balik
4 tahun yang lalu
Everything i know about love

Everything i know about love

Shinta Charity
Cerpen
5 tahun yang lalu
More Than Words

More Than Words

Hanny
Misteri
4 tahun yang lalu