Eternal Love - Bab 487 Tiba-tiba hati sakit sekali

Alberto Ji? Ada apa dia mencarinya saat ini? Meskipun sangat kebingungan, tapi bagaimana pun juga kenal dekat dengannya, kalau dipikir-pikir dia juga tidak akan berbuat sesuatu terhadapnya, Miranda Wen pun dengan patuh mengikuti bawahannya.

Sepanjang perjalanan, walaupun hati Miranda Wen tegang, tapi dia berusaha menenangkan diri, serta mengamati keadaan di luar jendela sana.

Hari sudah malam, langit sudah gelap, lampu-lampu di perkotaan terang benderang, kendaraan yang padat di jalan, suara tertawa gembira di sekeliling. Miranda Wen menatap orang-orang tersebut, ia tersenyum kecil, ketegangan di hatinya pun perlahan berkurang.

“Nona Wen, sudah sampai.” Asisten tersebut mendekat dan perlahan membukakan pintu mobil. Miranda Wen mengangguk dan keluar dari mobil. Baru saja keluar, tampak Alberto Ji berdiri di depan pintu dan menatapnya dengan berseri-seri, tidak tahu kenapa Miranda Wen merasa hatinya berdebar kencang.

“Ayo, masuk, sudah lama menunggu kamu.” Alberto Ji mendekat dan menarik tangan Miranda Wen, membuat Miranda Wen telan kembali pertanyaan yang ingin dilontarkan.

Miranda Wen refleks menatap tangan mereka berdua yang tergenggam erat, ingin melepaskannya, tapi setiap ia bergerak, genggaman Alberto Ji semakin erat, sehingga ia pun menyerah untuk melepaskan tangannya dan mengikuti Alberto Ji masuk ke restoran.

Awalnya mengira restoran akan ramai pengunjung karena sekarang jam pulang kerja dan makan malam, tapi malah di luar dugaan Miranda Wen. Tidak ada seorang pun di dalam restoran itu, bahkan pelayan pun sedikit yang mondar mandir di sana, otomatis muncul tanda tanya dalam benak Miranda Wen.

“Kenapa? Kenapa berhenti?” Tanya Alberto Ji sambil menatap Miranda Wen yang kebingungan dan masih diam berdiri mengamati di depan pintu restoran.

“Tidak kenapa-kenapa, hanya merasa bingung saja, tidak disangka ternyata tidak ada seorang pun di restoran.” Miranda Wen tertawa canggung, tapi dia tidak menyadari Alberto Ji juga menunjukkan senyum misterius.

Seiring dengan dia perlahan masuk ke dalam, yang tampak di depan mata membuat Miranda Wen lebih terkejut lagi, dinding dipenuhi balon warna warni dan membentuk gambar hati, juga ada tergantung tirai warna pink yang terkesan fantasi. Di sekelilingnya penuh dengan bunga segar, satu ruangan tersebut penuh dengan keharuman.

Miranda Wen terkaget-kaget dengan yang ia lihat sampai menganga, matanya agak berkaca-kaca, meskipun tidak tahu kenapa dihias sedemikian cantiknya, tapi mau tidak mau harus dikatakan ini benar-benar memuaskan impian indah setiap gadis.

Setelah agak terisak, akhirnya Miranda Wen membuka mulut : “Ini apa? Kenapa begitu tiba-tiba?” Dia mengamati Alberto Ji dengan teliti, tanpa di luar dugaan sekali, dia menyadari kedua pipi Alberto Ji tampak merah.

“Apakah kamu suka? Miranda, ini aku persiapkan secara khusus untukmu. Kamu tidak perlu pedulikan hal lain, cukup beritahu aku kalau kamu menyukainya.” Alberto Ji menatap Miranda Wen dengan penuh perasaan.

Miranda Wen mengangguk dengan malu, ia tidak berani menatap mata Alberto Ji, karena ia merasa tatapan Alberto Ji sekarang bagaikan sebuah sumber mata air, yang akan membuat dia jatuh jauh ke dalam sana sekali bertatapan.

“Baguslah kalau kamu suka, kejutan ini aku siapkan semalam, tapi semalam kamu tidak bisa datang, kamu lihat, bunganya pun sudah tidak segar, kalau kemarin kamu bisa datang, pasti bisa melihat yang lebih indah daripada ini.” Ujar Alberto Ji, bagaikan anak kecil yang mengeyel dan ingin permen.

Miranda Wen tampak ingin tersenyum, “Maaf sekali, tidak tahu kalau kamu akan memberiku kejutan sebesar ini! Terima kasih, tapi bunganya hari ini tetap sangat cantik, dan juga wangi!” Sambil bicara, Miranda Wen menunduk mencium bunga yang terikat di kursi.

“Iya iya iya, tidak bicara begitu banyak lagi, asalkan kamu bisa datang. Sudah lapar bukan? Ayo kita masuk sekarang, aku sudah memesan makanannya.” Alberto Ji menarik tangan Miranda Wen, perlahan menuju meja makan yang dikelilingi bunga tersebut.

Tadi Miranda Wen hanya memperhatikan dekorasi di satu ruangan, tidak melihat yang ada di atas meja makan, dan sekarang dia sangat terkejut melihatnya.

Di atas meja situ ada dua botol wine, makanan sudah tersaji semua di situ, benar-benar mewah dan lengkap. Di bawah cahaya dua lilin itu, Alberto Ji tampak luar biasa tampan, tanpa sadar Miranda Wen sampai termangu.

“Kenapa? Apakah ada sesuatu di wajahku?” Melihat Miranda Wen terpaku ke dirinya, Alberto Ji pun meraba wajahnya sendiri.

“Tidak, tidak.” Miranda Wen menundukkan kepala dengan salah tingkah.

“Sudah, cepatlah makan!” Alberto Ji menatap Miranda Wen makan dalam diam dengan berseri-seri, tampangnya lucu sekali. Setelah makan sudah lumayan cukup, Alberto Ji menepuk tangannya, Miranda Wen kebingungan melihat tindakannya ini.

Seiring dengan tepukan tangan Alberto Ji tadi, muncul musik lembut di satu ruangan, pemain biola juga perlahan masuk dan memainkan musik yang begitu indah, di saat Miranda Wen tenggelam dalam keindahan musik tersebut, tampak sebuah tangan perlahan terulur di hadapannya.

“Nona yang cantik, bolehkah aku mengajak kamu berdansa?” Alberto Ji mengulurkan tangannya ke hadapan Miranda Wen dan menatapnya dengan penuh harapan.

Tanpa bisa menolak Alberto Ji yang demikian, Miranda Wen perlahan meletakkan tangannya ke telapak tangan dia. Keduanya saling bergandengan dan mendansakan Love Waltz, tenggelam dalam detik yang indah dan membahagiakan.

Miranda Wen merasa jantungnya berdegup kencang, sekarang sekali dia mengangkat kepala bisa melihat wajah tampan Alberto Ji, jadi dia bahkan tidak berani menengadahkan kepala. Suasana terkesan mesra sekali, keduanya tidak ada yang bersuara dan hanya berdansa.

Miranda Wen secara total menyerahkan dirinya ke Alberto Ji, tidak tahu kenapa, dia begitu percaya dengan Alberto Ji, detak jantungnya sudah tidak terkendalikan. Selesai satu tarian dansa, Miranda Wen menyandarkan kepalanya ke Alberto Ji.

Akhirnya dia tidak bisa menahan penasaran dalam hatinya, Miranda Wen membuka mulut : “Apakah dulu aku mengenal kamu? Atau mungkin memang seperti yang kamu katakan, kita adalah sepasang kekasih.” Miranda Wen menatap mata Alberto Ji, ingin segera mendapatkan jawaban.

Tapi Alberto Ji tidak menjawabnya, matanya tampak agak berkaca-kaca dan ia tersenyum kecut, “Apakah ini semua penting?” Satu kalimat tersebut membuat Miranda Wen membisu.

Benar, apakah ini semua penting? Tidak peduli dulu itu bagaimana, sekarang dirinya benar-benar sudah melupakannya, tidak ingat dia lagi. Tapi tiba-tiba hati terasa sangat sakit, ada apa ini.

Alberto Ji membawa Miranda Wen untuk duduk, menyodorkan segelas air kepadanya agar dia beristirahat sejenak. Miranda Wen menerima air tersebut serta diteguknya, tapi ketidakberdayaan dan kebingungan di dalam hatinya sama sekali tidak terjawab.

Novel Terkait

Cinta Tapi Diam-Diam

Cinta Tapi Diam-Diam

Rossie
Cerpen
4 tahun yang lalu
Wonderful Son-in-Law

Wonderful Son-in-Law

Edrick
Menantu
3 tahun yang lalu
Pengantin Baruku

Pengantin Baruku

Febi
Percintaan
3 tahun yang lalu
The Comeback of My Ex-Wife

The Comeback of My Ex-Wife

Alina Queens
CEO
4 tahun yang lalu
Cinta Yang Dalam

Cinta Yang Dalam

Kim Yongyi
Pernikahan
3 tahun yang lalu
Sederhana Cinta

Sederhana Cinta

Arshinta Kirania Pratista
Cerpen
4 tahun yang lalu
The Sixth Sense

The Sixth Sense

Alexander
Adventure
3 tahun yang lalu
Get Back To You

Get Back To You

Lexy
Percintaan
4 tahun yang lalu