Akibat Pernikahan Dini - Bab 135 Tumbuhnya Perasaan (1)

“Halo, ada apa?” Panggilan telepon tersambung. Tapi begitu Yesi mendengar hingar bingar suara musik dan suara orang-orang yang berisik, Yesi langsung mematikan sambungan telepon tersebut.

Ivan Lim menatap nomor yang tertera di dalam ponselnya. Yesi. Kenapa wanita itu menelponnya? Apakah mungkin wanita itu merindukan dirinya?

Ivan Lim terkekeh , wajahnya memunculkan senyuman nakal. Ivan Lim berdiri lalu berjalan menjauhi kebisingan. Setelah pria itu sampai di tempat yang agak sepi, pria itu menelpon balik Yesi.

“Halo! Yesi yang cantik, kamu belum mengatakan apapun dan dengan egoisnya mematikan telepon. Itu tidak sopan tahu!” setelah panggilan teleponnya tersambung, Ivan Lim langsung berbicara pada Yesi.

Yesi mengerutkan alisnya. Pria ini, begitu menjengkelkan!

“Aku tidak mau mengganggumu yang sedang bersenang-senang dengan para gadis!”

Ucapan Yesi membuat Ivan Lim yang mendengarnya merasa ganjil. Ivan Lim mengernyitkan alisnya, lalu begitu sadar bibir Ivan Lim langsung menyunggingkan sebuah senyum jahil:”Kenapa? Kamu cemburu?”

Yesi memutar matanya sebal, “Ivan, bisakah kamu tidak terlalu narsis?!”

“Nah coba kamu katakan, kenapa kamu mencariku?” Ivan Lim menelpon Yesi di dalam toilet. Di depan cermin, Ivan Lim mengusap-usap dagunya, pria itu merasa bahwa pesona dirinya begitu besar.

Dengan wajah tanpa ekspresi Yesi melihat kuku jarinya lalu meniup atas kukunya yang sama sekali tidak berdebu, “Aku ingin berterima kasih karena kamu telah membantu ayahku. Kamu seperti tokoh Lei Feng, membantu orang tanpa memperlihatkan identitasmu. Aku ingin mengajakmu makan bersama, tidak berlebihan, kan?”

Dengan ekspresi ‘aku tahu’ Ivan Lim menganggukkan kepalanya:”Baiklah. Kapan? Aku akan datang sekalipun itu mempertaruhkan nyawaku!”

Yesi untuk kesekian kalinya memutar matanya sebal. Pria ini, bisakah tidak bodoh seperti ini?

“Jam 2 siang di Restoran Lombok, bagaimana?”

“Baiklah, aku bisa. Kamu harus memegang janjimu sampai saatnya tiba!” Jawab Ivan Lim dengan suara gembira sambil tangannya pelan-pelan menaikkan rambutnya yang ada di depan dahi.

Mendengar pria itu setuju, Yesi ingin mematikan telepon tetapi tiba-tiba terdengar suara teriakan wanita dari telepon.

“Aaaaaaa!!!!! Mesum!!!!”

“Ah maaf, maaf. Aku salah masuk toilet!”

“Sialan!!!”

“Duk!!”

“Akhh...” Yesi menahan tawanya sekuat tenaga hanya karena mendengar suara tendangan keras itu. Anak ini benar-benar bodoh! Pergi ke toilet saja salah jalan, rasakan!

Ivan Lim mengusap-usap tempurung lututnya yang kesakitan, dengan nada suara marah meraung pada Yesi:”Ini semua salahmu! Demi menelponmu, aku sampai berlari ke toilet yang salah! Aww.. ini sakit sekali! Siang nanti aku harus memberimu pelajaran! Hal itu baru bisa menghibur hatiku yang luka. Ah bukan! Lututku yang luka!”

Yesi hampir menyemburkan tawanya, dengan suara menahan tawa Yesi berkata, “Cukup, cukup. Siang nanti terserah kamu ingin makan apa, intinya jangan sampai membuatku kekenyangan. Sampai jumpa!”

Selesai bicara, Yesi langsung mematikan teleponnya tanpa menunggu jawaban Ivan Lim, lalu Yesi langsung tertawa dengan puas. Pria bodoh...

Di samping itu, dengan wajah kesal Ivan Lim menatap layar ponselnya. Wanita tidak punya hati! Dia tidak bertanya tentang lukaku!

Tunggu, sejak kapan dirinya jadi suka mendebat seperti ini? Ivan Lim menepuk dahinya. Ivan Lim, kamu sudah berubah!

Setelah kembali ke private room, Ivan Lim melihat teman-teman brengseknya menampakkan wajah tidak puas, “Ck ck ck, putra pewaris keluarga Lim bagaimana bisa menjadi penurut begini? Pasti sang istri menelpon ya!”

“Pastinya! Sebelumnya tuan Ivan Lim akan membutuhkan kehangatan dari kumpulan wanita cantik. Sekarang? Tidak disangka satu wanita pun tidak dia panggil. Ck ck ck, dia berubah.”

“Menurutku dia akan berubah menjadi budak istrinya hahaha....”

Seorang pria muda kaya yang dikelilingi banyak wanita tertawa mengejek ke arah Ivan Lim. Di dalam ruangan ini, pria dan wanita duduk bersama. Aroma rokok dan alkohol tiba-tiba membuat Ivan Lim jijik.

Ivan Lim melirik sebentar beberapa temannya yang tertawa mengejek ke arahnya. Tanpa suara Ivan Lim mengambil segelas alkohol di atas meja, meneguknya. Sebenarnya Ivan Lim sedang menutupi sesuatu, yaitu menutupi pertentangan yang ada di dalam hatinya.

Ivan Lim juga tidak tahu bahwa dirinya benar-benar berubah. Mau bagaimanapun, di dalam otaknya hanya ada bayangan wanita itu, tidak ada tempat lain untuk wanita lain di dalam otaknya.

Ivan Lim merasa, ini bukanlah rasa suka. Cairan dingin itu mengalir masuk ke dalam tenggorokannya. Rasa dingin itu tiba-tiba membuat tubuhnya bergetar, otaknya juga seperti sudah banyak mengerti.

“Cukup. Kalian lanjut bermain saja. Aku harus pergi... menemani kekasihku!” Ivan Lim terdiam sebentar lalu sambil menaruh gelas di atas meja sambil bicara. Ivan Lim melambaikan tangannya ke kumpulan orang-orang yang ada di dalam ruangan lalu memutar tubuhnya melangkah pergi.

Sudut bibir Ivan Lim menyunggingkan senyuman dengan arti lain.

Saat tiba waktu pertemuan, ketika Yesi datang ke restoran, Yesi sudah melihat Ivan Lim diam-diam sudah duduk di restoran, menunggunya.

Yesi agak terkejut melihat pria itu lalu berjalan menghampirinya. Setelah duduk di hadapan Ivan Lim dan melihat Ivan Lim yang melamun, Yesi menggoyangkan tangannya di depan wajah Ivan Lim.

“Hei, sadar!”

Tiba-tiba tangan Yesi digenggam oleh sebuah tangan besar. Yesi dan Ivan Lim sama-sama terdiam. Ivan Lim yang sedang memikirkan sesuatu menggunakan instingnya untuk menggenggam sesuatu yang bergoyang-goyang di hadapan matanya.

Novel Terkait

Cinta Dibawah Sinar Rembulan

Cinta Dibawah Sinar Rembulan

Denny Arianto
Menantu
4 tahun yang lalu

Beautiful Lady

Elsa
Percintaan
3 tahun yang lalu

Asisten Bos Cantik

Boris Drey
Perkotaan
3 tahun yang lalu

Villain's Giving Up

Axe Ashcielly
Romantis
3 tahun yang lalu

Menantu Hebat

Alwi Go
Menantu
4 tahun yang lalu

Cinta Seorang CEO Arogan

Medelline
CEO
4 tahun yang lalu

Revenge, I’m Coming!

Lucy
Percintaan
4 tahun yang lalu

Anak Sultan Super

Tristan Xu
Perkotaan
3 tahun yang lalu