Eternal Love - Bab 345 Orang yang Paling Dia Cintai

Waktu berlalu begitu cepat, setelah beberapa jam kemudian, kondisi Elisha terlihat jauh lebih baik, sungguh tampak berbeda dari awalnya.

Usai tidur beberapa waktu, dia kembali membuka matanya lagi, lalu menemukan bahwa hari sudah sore, tetapi masih terdapat Miranda dan Zayn yang berada di samping menemaninya.

"Mengapa kamu tidak tidur lagi? Kamu terlalu cepat untuk kembali bangun!" Melihat Elisha yang kembali terbangun, Miranda pun menjadi sangat bersemangat, segera menggenggam tangannya menyambutnya.

"Cederaku ini tidak begitu serius, jadi untuk apa aku tidur begitu lama?" Sambil tersenyum, dia bangkit dari ranjangnya, tampak seolah ingin duduk.

Melihat hal ini, Miranda dan Zayn segera membantunya bangkit.

Sadar bahwa mereka memperlakukan dirinya seperti pasien, Elisha pun merasa tidak nyaman.

Elisha adalah orang yang sangat ceria. Dia sama sekali tidak merasakan sakit apapum, dia hanya sedikit terkejut, baginta itu bukanlah masalah besar.

"Baiklah, saat ini aku sudah tidak apa-apa. Kalian kembalilah pulang!" Ketika mengatakannya, Elisha memberi isyarat kepadai mereka untuk segera pergi dengan tangannya.

Dapat terlihat jelas bahwa Elisha tidak ingin membuang waktu mereka berdua.

Kata-katanya ini malah membuat Miranda merasa aneh.

"Tapi bagaimana bisa seperti itu? Bagaimana kami bisa pergi begitu saja dengan mengetahui keadaanmu yang seperti ini?! Lagipula aku masih ingin menemanimu..."

Lagipula, jika bukan Elisha, maka mungkin dirinyalah yang terluka. Sehingga jika pergi sekarang, hati Miranda pasti akan merasa tidak tenang, sebaliknya dia malah akan merasa semakin bersalah.

Setelah mendengar kata-katanya itu, Elisha menggelengkan kepalanya tanpa daya, dengan senyum tipis di wajahnya menepuk tangan Miranda.

Tampak jelas bahwa Elisha tidak ingin dia merasa bersalah. Tidak ada siapapun yang menyangka akan terjadi hal seperti itu.

"Sudahlah, kembaliah pulang, kalau tidak tidak ada orang yang mengurus perusahaan, itu sungguh tidak baik! Aku sungguh merasa sudah lebih baik saat ini. Kalian berdua, kembalilah, jangan tinggal di sini untuk menemaniku lagi, aku tidak ingin menjadi bocah besar!"

Perasaan seperti ini benar-benar membuatnya merasa sangat tidak nyaman, yang dia sukai ialah kebebasan. Jika ada dua orang di sini menjaganya, maka dia akan merasa tidak nyaman, seolah-olah dia adalah bocah cilik yang belum dewasa.

Kata-katanya itu membuat Miranda dan Zayn tertawa. Mereka merasa gadis itu sangat imut, sehingga mengatakan hal seperti itu.

"Jika di pikir-pikir itu benar juga. Cukup satu orang saja yang menjaganya di sini. Miranda, kamu dapat pulang terlebih dahulu. Aku akan menjaganya di sini ..." Dengan sangat berinisiatif Zayn berkata.

Setelah itu, Elisha pun kembali menyuruh Miranda untuk segera pergi. Dibandingkan dengan Miranda, Zayn lebih memiliki banyak waktu luang. Sehingga akan lebih baik membiarkan Zayn yang tinggal di sini daripada Miranda.

Pada akhirnya, setelah didorong oleh kedua orang itu, Miranda pun tidak punya pilihan selain pergi untuk pulang.

Ketika sampai di gerbang rumah, Miranda pun turun dari mobilnya. Hembusan angin malam itu membuatnya sedikit kedinginan. Dia tidak bisa membantu tetapi mempercepat langkahnya, lalu berjalan masuk.

"Akhirnya kamu kembali juga. Apakah kamu tahu bahwa aku sudah lama menunggumu? Nada suara itu terdengar tinggi, suara itu memang adalah suara Alberto.

Sambil berkata, dia pun mengenakan pakaiannya kepada Miranda. Melihat Miranda tampak sedikit pucat, lalu tidak mengatakan apa-apa, dia pun menjadi khawatir.

"Sebenarnya apa yang telah terjadi?" Secara alami, dia dapat merasakan ada sesuatu yang telah terjadi, kalau tidak Miranda tidak akan kembali begitu larut, bahkan tampak ada sedikit raut kesedihan di alisnya.

Setiap gerakan Miranda tidak bisa lepas dari pandangannya, jadi Alberto tentu dapat menebak apa yang terjadi dengan hanya melihat penampilannya.

Setelah ditanya olehnya, Miranda tanpa daya menghela nafasnya, lalu bersandar di dalam pelukan pria itu, dengan begitu dia merasa sangat nyaman.

"Sulit untuk mengatakannya, ada sesuatu yang terjadi pada Elisha!"

Setelah mengatakan hal ini, Miranda berjalan menuju ruang tamu. Setelah meletakkan pakaiannya di salah satu sisi pengait, dia pun segera duduk di sofa tanpa daya, dia tampak begitu sangat sedih.

Kata-kata Miranda itu mengejutkan Alberto. Dia pun merasa sangat khawatir, sehingga segera bertanya.

"Apa yang terjadi dengan Elisha?" Ini adalah pertanyaan yang paling ingin dia tanyakan sekarang, tapi yang paling dia khawatirkan apakah ada sesuatu yang terjadi dengan Miranda.

"Coba aku lihat apa yang terjadi padamu ..." Usai berkata, Alberto mulai memeriksa tubuh Miranda, karena takut dia terbentur sesuatu.

Karena Miranda adalah orang yang sangat dicintainya, oleh karena itu jika dia terluka sedikitpun, Alberto akan merasakan pilu di hatinya. Secara alami, dia tidak ingin Miranda mengalami suatu kesalahan apapun.

Setelah diperlakukan seperti itu, Miranda pun tersenyum tak berdaya. Dia merasa bahwa seharusnya Alberto tidak perlu merasa begitu khawatir, karena jelas-jelas dirinya masih hidup, bahkan masih dapat berjalan dan berlari. Tentu saja tidak terjadi apa-apa pada dirinya.

"Sudahlah, tidak ada sesuatu yang terjadi padaku. Masalah ini terjadi pada Elisha!" Setelah memegang tangannya, Miranda merasa agak geli, lalu memintanya duduk di sampingnya dan diam.

"Sebenranya masalah ini dapat terjadi karena aku. Jika korbannya itu bukan Elisha, maka pasti akulah yang menjadi korbannya. Orang-orang itu sangat penuh dengan kebencian, ternyata..."

Berkata sampai sini, Miranda pun tidak dapat melanjutkannya. Dia pun masih merinding setelah mengingat apa yang telah terjadi. Jika hal itu ternjadi pada dirinya, maka dia benar-benar tidak tahu harus bagaimana menghadapinya.

Kata-katanya itu telah membangkitkan amarah Alberto. Meskipun Miranda tidak mengatakan apa-apa lagi, tetapi Alberto dapat membayangkan apa yang terjadi.

"Untungnya, Elisha baik-baik saja, dia hanya mengalami cedera ringan ..." Miranda masih mau menjelaskan semuanya itu kepada Alberto.

Usai memberi penjelasan, Miranda pun menghela napas panjang. Dia tampak merasa lebih tenang dan ada senyum tipis yang muncul di bibirnya.

Mendengar hal ini, dapat terlihat jelas bahwa Alberto juga menghela nafas lega. Dia memeluk Miranda dengan sangat erat, seolah ingin melekatkan dirinya dengan tubuhnya, dia tidak ingin melepaskannya.

Karena pelukan Alberto itu terlalu erat, Miranda pun merasa sedikit kesakitan. Namun dia tetap tidak mau melepaskan dirinya dari pelukannya.

"Lain kali jika kamu menghadapi hal semacam ini, orang paling pertama yang harus kamu cari adalah aku, tolong jangan mengambil keputusan sendiri, apakah kamu mengerti? Jika ada sesuatu terjadi padamu, kamu mau aku bagaimana?"

Suaranya bergetar, dia tidak bisa membayangkan apa yang dia lakukan jika terjadi sesuatu pada Miranda.

Tapi satu hal yang dia yakini akan terjadi, yaitu dia akan menjadi gila! Miranda sangatlah penting baginya sehingga dia tidak akan tahan melihat wanita yang dicintainya berada dalam suatu bahaya.

Alberto sungguh sulit menahan kata-katanya itu, sehingga Miranda pun tiba-tiba tertawa, bersandar padanya dengan gembira, lalu mengangguk.

"Aku pasti akan memberitahumu!" Miranda berjanji.

"Kamu sudah mengatakannya ya, jadi jangan berani menipuku. Atau tidak kamu harus bertanggung jawab atas konsekuensinya!" Alberto segera berkata dengan suara dingin, lalu Miranda pun mengangguk lagi sambil tersenyum.

Miranda telah memutuskan bahwa apa pun yang terjadi kelak, dirinya akan memberi tahu Alberto sesegera mungkin, karena terkadang dapat merasa dilindungi itu juga merupakan satu jenis kebahagiaan.

Novel Terkait

Be Mine Lover Please

Be Mine Lover Please

Kate
Romantis
3 tahun yang lalu

Spoiled Wife, Bad President

Sandra
Kisah Cinta
4 tahun yang lalu

Love And Pain, Me And Her

Judika Denada
Karir
4 tahun yang lalu

Ten Years

Vivian
Romantis
4 tahun yang lalu

Unplanned Marriage

Margery
Percintaan
4 tahun yang lalu

Wanita Pengganti Idaman William

Jeanne
Merayu Gadis
4 tahun yang lalu

Hello! My 100 Days Wife

Gwen
Pernikahan
3 tahun yang lalu

Istri Yang Sombong

Jessica
Pertikaian
4 tahun yang lalu