Eternal Love - Bab 386 Takut Sekali Akan Direbut Orang

Alberto Ji berdiri sempoyongan, ia berjalan ke ke arah meja altar dan kotak abu.

Ditatapnya altar dan kotak abu tersebut begitu lama, tangan besarnya meraba kotak abu itu dengan pelan, sosok Miranda Wen seolah muncul di depan matanya.

“Aku yang bersalah sama kamu, Miranda......” Kedua tangan Alberto Ji bergetar, ia berlutut ke lantai sambil memeluk kotak itu, air matanya berlinang, juga sudah menerima kenyataan Miranda Wen meninggal, dalam hatinya bagaikan disayat pisau.

Miranda melakukan begitu banyak pengorbanan, tapi apa yang dirinya lakukan? Miranda! Aku benar-benar bersalah sama kamu!

Tetes demi tetes air mata jatuh ke kotak abu, hati Alberto Ji juga sakit bagaikan ditusuk, dia yang saat ini bagaikan berada di tengah salju, dingin tiada tara.

“Aku mau, aku mau bawa kamu pulang, kita pulang!” Sambil bicara, dia bangkit berdiri dan ingin langsung pergi seolah tidak ada orang di sekitarnya.

Melihat tindakan Alberto Ji, Zayn Shen datang ke hadapannya untuk menghalangi, “Kamu tidak punyak hak membawa Miranda pergi! Letakkan kembali kotak itu!”

“Ti, tidak, Miranda milikku, aku mau membawanya pergi, kami mau pergi dari sini……” Alberto Ji menatap kotak tersebut sambil tidak berhentinya berbicara seperti itu, sekujur tubuhnya bergetar.

“Dia tidak ada hubungannya dengan kamu! Letakkan kembali!” Zayn Shen tidak membiarkannya membawa pergi.

Alberto Ji diam tidak berkutik di sana, tapi tangannya memeluk kotak abu tersebut dengan erat, siapa pun jangan harap untuk merebutnya.

“Aku mau membawa dia ke tempat yang indah, tidak akan membuat dia menderita lagi!” Air mata membasahi kotak itu, rasanya bagaikan memeluk tubuh Miranda Wen, begitu hati-hati, begitu tidak rela, begitu gugup.

Melihat dia yang seperti ini, Zayn Shen tidak bisa berkata apa-apa.

“Kita pulang, pulang.” Alberto Ji bergumam sendiri, dia sudah tidak berkharisma dan bersemangat seperti biasanya.

Zayn Shen menatap dengan diam, melihat Alberto Ji keluar dari kamar pasien dan menghilang dari pandangannya.

Saat ini Winsen Yan yang menunggu di luar melihat direkturnya keluar dari rumah sakit, tangannya memeluk sebuah barang, ekspresinya begitu ambruk, dia segera mendekat dan bertanya : “Direktur, bagaimana?”

“Ambil mobil, aku mau membawa Miranda pulang.” Nada bicara Alberto Ji memerintah, tapi matanya tampak lesu.

Winsen Yan menyadari kejanggalan Alberto Ji, tapi tidak sempat berpikir banyak lagi, ia segera pergi mengambil mobil.

Mobil sudah mulai jalan, Winsen Yan melihat Alberto Ji yang duduk di belakang dari kaca.

Saat ini Alberto Ji memeluk sebuah kotak dengan erat, bagaikan memeluk sebuah barang yang sangat penting, takut sekali akan direbut oleh orang.

Winsen Yan teringat ucapan Alberto Ji tadi, dalam hatinya pun mulai mengerti, di saat yang bersamaan juga heran dan kaget.

Bukankah beberapa hari yang lalu Nona Wen masih baik-baik saja? Kenapa tiba-tiba begini?

Pohon-pohon di kedua sisi jalan tidak berhentinya mundur, angin bertiup sepoi-sepoi di luar, heningnya membuat orang merasa suram. Dengan masih memeluk kotak abu, Alberto Ji tidak ingin mengucapkan sepatah kata pun, air mata mulai tidak berhentinya mengalir, tubuhnya terasa sakit sekali, juga tidak berhentinya gemetar.

Melihat ini, Winsen Yan tidak tahu harus mengatakan apa, hanya bisa mengalihkan pandangan dan fokus menyetir mobil.

“Kita pulang ke rumah, Miranda!” Gumam Alberto Ji pelan, seolah hanya bisa mendengarkan dengan hati.

Novel Terkait

Innocent Kid

Innocent Kid

Fella
Anak Lucu
4 tahun yang lalu

My Lady Boss

George
Dimanja
4 tahun yang lalu

Love And Pain, Me And Her

Judika Denada
Karir
4 tahun yang lalu

Menantu Bodoh yang Hebat

Brandon Li
Karir
3 tahun yang lalu

Pengantin Baruku

Febi
Percintaan
3 tahun yang lalu

Lelaki Greget

Rudy Gold
Pertikaian
4 tahun yang lalu

Pejuang Hati

Marry Su
Perkotaan
4 tahun yang lalu

Villain's Giving Up

Axe Ashcielly
Romantis
3 tahun yang lalu