Eternal Love - Bab 122 Apa yang ditanam itulah yang dituai

Begitu Lili kembali ke tempat duduknya, Kirana pun menghampirinya dan bertanya dengan munafik: "Lili, mengapa Direktur memanggil kamu?"

Semenjak keduanya ribut, Lili tidak lagi berbicara dengan Kirana, dan Kirana pun tidak berinisiatif untuk berbicara dengannya.

Tiba-tiba datang dan bertanya, apakah dia takut akan sesuatu?

Mata Lili sedikit bersinar, pura-pura menjawab dengan santai: "Tidak apa-apa, hanya masalah plagiarisme itu."

Dalam dua hari terakhir, Lili sangat tenang, benar-benar tanpa perasaan panik seperti jatuh ke pusaran opini publik, ini membuat Bernessa dan Kirana sedikit gelisah.

Apalagi sekarang katanya Miranda mencarinya untuk masalah plagiarisme, hati Kirana sedikit panik, membuka mulut masih ingin terus bertanya.

Pada saat ini, Rita berjalan kemari, dengan ringan melirik Kirana, dan kemudian matanya menatap Lili, bertanya, "Apakah semuanya sudah siap? Bukankah kamu memberi tahu direktur bahwa kamu memiliki bukti untuk membuktikan bahwa kamu tidak bersalah? Direktur berkata ... "

Sampai di sini, Rita dengan sengaja melirik Kirana dan dengan sengaja memperbesar suaranya: "Besok adalah pertemuan para petinggi perusahaan. Sampai saat itu kamu masih bisa tetap di perusahaan atau tidak, itu tergantung pada bukti yang kamu berikan."

“Sudah siap semua, dan aku pasti akan membuktikan ketidak bersalahanku.” Lili tampak percaya diri, sepertinya sudah mempunyai persiapan matang.

Di samping, Kirana yang mendengar itu tiba-tiba air mukanya berubah dan dengan cepat melemparkan pandangan panik pada Bernessa.

Bernessa juga mendengarnya, dia mengerutkan kening dengan curiga, dia tidak percaya bahwa Lili telah menemukan bukti, tetapi dia tidak yakin.

Tiba-tiba, seolah-olah terpikirkan akan sesuatu, wajahnya tiba-tiba pucat, apakah naskah Lili yang dicuri Kirana ditemukan?

Rita menangkap perubahan muka Kirana dan Bernessa, diam-diam terkekeh di dalam hatinya. Tebakan Direktur memang benar. Orang kalau bersalah, hatinya akan gelisah, nih, sudah ketahuan belangnya.

Rita menepuk pundak Lili dan berpesan kepadanya, "Ingat untuk membawa pulang barang bukti agar tidak dicuri orang lagi."

Dia mengatakan ini dengan sengaja, sebelum pergi, dia dengan sengaja melirik Kirana dan Bernessa, melihat bahwa wajah mereka sangat tidak enak dilihat, hatinya terasa sangat nyaman.

...

“Apakah kamu sudah menghancurkan naskahnya?” Sambil memanfaatkan waktu untuk menuang air di ruang teh, Bernessa bertanya pada Kirana dengan suara kecil.

Mata Kirana bergerak ke sana kemari, dia tidak berani menjawabnya.

Bernessa langsung marah dan hampir berteriak. Dia mengambil napas dalam-dalam dan merendahkan suaranya untuk memperingatkan Kirana Zhang, "Aku tidak peduli metode apa yang kamu gunakan, cepat hancurkan naskahnya, kalau sampai ketahuan, jangan salahkan aku tidak memihakmu nanti. "

Kirana bukanlah orang bodoh, bagaimana mungkin dia tidak mengerti apa yang dimaksud Bernessa.

Bernessa bermaksud bahwa jika ketahuan, dia ingin melindungi dirinya sendiri dan kemudian mendorongnya untuk mengemban semua tanggung jawab.

Sungguh perhitungan yang sangat bagus.

Kirana mencibir dalam hatinya. Meskipun dia tidak rela, dia masih tetap menjawab dengan patuh: "Aku tahu, aku akan menghancurkannya dengan cepat."

"Kirana, kamu jangan berani macam-macam. Antara aku dan kamu, orang-orang di atas akan percaya siapa, seharusnya kamu mengerti." Bernessa menatapnya dengan dingin, lalu meninggalkan ruang teh, meninggalkan Kirana sendirian berdiri di tempatnya.

Tangan yang ada di samping tubuhnya perlahan mengepal, Kirana mengangkat kelopak matanya, matanya dingin.

Jika memang benar-benar ketahuan, dia juga akan melindungi dirinya sendiri.

Manusia kalau tidak demi diri sendiri, akan dikutuk langit dan bumi!

...

Setelah selesai bekerja di sore hari, orang-orang di kantor pergi satu demi satu, dalam sekejap kantor menjadi sunyi, menyelesaikan keramaian tadi siang, yang tersisa hanyalah gelap.

Cahaya bulan melewati jendela menyinari ke dalam, membawa sedikit cahaya ke ruangan dalam yang gelap.

Sebuah bayangan menyelinap ke kantor, dia menyalakan senter ponselnya, dan dengan cahaya redup, dia menemukan tempatnya sendiri.

Dibukanya laci di bagian bawah meja kerjanya, lalu mengambil selembar kertas dari dalam. Cahaya ponsel bersinar di atasnya, yang merupakan draft desain.

Dia mengangkat kepala dan melihat ke sekeliling yang sunyi, lalu bangkit dan berjalan menuju kamar mandi.

Memasuki kamar mandi, dia melirik draft desain di tangannya, dengan kejam, dia sudah akan merobeknya menjadi dua.

Saat itu, seseorang bergegas masuk, disertai dengan suara keras: "Kirana Zhang!"

Kirana kaget sampai tangannya gemetaran, dan darft rancangannya pun jatuh ke lantai.

"Kamu ... kalian ... kenapa bisa di sini?"

Dia melihat orang-orang yang bergegas masuk dengan tidak percaya. Ya, mereka adalah Miranda Wen, Rita Tsu, Giselle Ning dan Lili Yang.

Miranda mengangkat alisnya, "Kenapa kita bisa ada di sini itu tidak penting, yang penting adalah kamu ada di sini."

Lili mengambil manuskrip itu dari lantai dan melihat bahwa itu adalah draft desain punyanya yang telah hilang. Dia mengangkat matanya dan melotot kepada Kirana. "Ternyata memang benar kamu yang mencuri naskahku."

Ditangkap di tempat langsung beserta dengan bukti, sesaat Kirana tidak tahu bagaimana menjelaskannya.

Tadi pagi, Miranda berpikir jika naskah Lili telah dicuri, dan itu dicuri oleh Bernessa atau Kirana, masalah kali ini begitu besar, setiap gerakan Kirana selalu dimata-matai oleh Lili, dia pastinya akan merasa bersalah dan tidak berani menghancurkan naskah desain.

Dan hari ini, Lili tiba-tiba mengatakan bahwa dia telah menemukan bukti yang dapat membuktikan dirinya tidak bersalah. Dia tiba-tiba panik, makanya baru berpikir bahwa dia akan menghancurkannya diam-diam di malam hari.

Tapi tidak terpikir olehnya bahwa ini adalah sebuah jebakan.

"Sebenarnya ... sebenarnya naskah ini aku pungut," Kirana mengatakan alasan terburuk.

Ini membuat Miranda dan beberapa dari mereka tertawa terbahak-bahak, dan Rita dengan sarkastik berkata: "Bahkan jika kamu pungut, di atasnya kan ada tanda tangan dari Lili. Ketika dia dibilang menjiplak olehmu, mengapa kamu tidak terpikir untuk mengeluarkannya agar bisa membantu menjelaskan? "

Kirana langsung terdiam.

"Kirana, tidak perlu berdebat lagi. Aku telah memasang cctv lain di kantor. Bahkan dalam kegelapan, kita dapat melihat dengan jelas. Ini jelas yang kamu ambil dari mejamu."

Kirana menggigit bibirnya dan menatap mereka.

Dia tahu betul bahwa dia benar-benar habis kali ini. Ketika dia berpikir kata-kata peringatan Bernessa pada dirinya sendiri, sebersit cahaya muncul di matanya.

“Direktur, Bernessa lah yang memerintahkan aku untuk melakukan ini, tolong Anda memaafkan aku kali ini.” Kirana meminta belas kasihan kepada Miranda, sekalian membeberkan Bernessa keluar.

Miranda tersenyum dingin, "Kirana, kalau tahu akibatnya hari ini, mengapa kamu lakukan? Jika aku mengampuni kesalahan kamu kali ini, itu tidak adil bagi Lili, ia dijebak oleh kamu, berapa banyak pandangan hina yang dideritanya dalam dua hari terakhir, bahkan nyaris dipecat, siapa yang akan menebus kerugian yang dideritanya? "

Setelah mendengar itu, tiba-tiba Kirana terjatuh lemas ke lantai, wajahnya pucat seperti kertas.

Tetapi dia tidak mendapatkan simpati Miranda, karena dia sudah memilih untuk melakukan hal seperti ini, maka dia harus siap menanggung konsekuensinya.

“Kirana, pikiran salah yang hanya terlintas sekilas, akan membuat kita terjatuh ke dalam jurang.” Miranda memandangnya dalam-dalam, berbalik dan bersama Rita dan yang lain pergi meninggalkan kamar mandi.

Akhirnya, naskah itu kembali, dan pada saat yang sama sudah diklarifikasi bahwa dia tidak menjiplak, Lili tampak sedikit bersemangat.

"Terima kasih, Direktur, jika bukan karena kamu mempercayai aku, aku benar-benar tidak tahu ..." Lili tidak berani percaya bakal betapa menyedihkannya dia jika hari itu Direktur tidak percaya padanya dan malah percaya pada Bernessa dia orang.

Melihat dia hampir menangis, Miranda tersenyum lembut padanya, "Jika kamu benar-benar ingin berterima kasih padaku, kamu akan bekerja keras di masa depan."

"Aku akan," Lili mengangguk berat.

Miranda dan Rita saling memandang, akhirnya bisa menarik Lili untuk berpihak pada mereka.

Novel Terkait

Gaun Pengantin Kecilku

Gaun Pengantin Kecilku

Yumiko Yang
CEO
3 tahun yang lalu

My Japanese Girlfriend

Keira
Percintaan
3 tahun yang lalu

Excellent Love

RYE
CEO
4 tahun yang lalu

Istri kontrakku

Rasudin
Perkotaan
4 tahun yang lalu

Cinta Yang Terlarang

Minnie
Cerpen
4 tahun yang lalu

Now Until Eternity

Kiki
Percintaan
5 tahun yang lalu

More Than Words

Hanny
Misteri
4 tahun yang lalu

Akibat Pernikahan Dini

Cintia
CEO
4 tahun yang lalu