Terpikat Sang Playboy - Bab 98 Fakta Kematian!

Orang yang ingin ayah Tania temui ternyata adalah Vincent.

Tania diam-diam merasa sedikit terkejut. Ia mendorong pelan-pelan daun pintu agar sedikit terbuka, menempelkan telinganya dan menahan hembusan napasnya. Ia ingin mendengar pembicaraan mereka.

Dengan perasaan khawatir dan dingin Vincent duduk di situ semaunya. Dengan angkuh ia melihat sosok orang yang masuk, lagaknya yang menjadi seperti raja pun terlihat. Vincent tertawa: “Untuk apa mencariku?”

Dalam sebagian besar pertengahan tahun ini, ayah Tania sudah beberapa kali ingin mencari Vincent. Tapi entah mengapa, selalu tidak ada kesempatan atau tidak ada keberanian untuk menemui orang yang telah menghancurkan hasil kerja kerasnya seumur hidup.

Karena terlalu menyakitkan, jadi ayah Tania selalu mengulur-ulur waktu dan tidak bisa menentukan hatinya.

“Vincent, sayang sekali kamu bukan anakku. Sekarang kamu benar-benar lebih menantang dan tegas.” Melihat sosok Vincent yang penuh semangat dan berani dengan pancaran sinar matanya yang tenang dan dalam, membuat ayah Tania menghela nafas kecewa. Ia selalu memandang baik Vincent karena pria itu memiliki otak yang pintar, selalu tenang saat menghadapi masalah, dan selalu bisa membuat suatu pencapaian dalam setiap hal yang dilakukannya.

Vincent pun tertawa mengejek, “Tidak mungkin kamu memanggilku hari ini hanya untuk memujiku. Kalau iya, aku bersedia mendengarkan dengan penuh rasa hormat dan perhatian. Katakan, bagaimana kau bisa kalah dengan begitu menyedihkannya di dalam genggamanku. Apalagi putrimu yang tidak berguna itu. Ini namanya kejahatan dibalas dengan kejahatan, kamu mengerti?”

Amarah Tania yang mendengarkan dari luar pintu pun bangkit. Ia ingin menerjang masuk, menyeret Vincent, lalu menghajarnya. Tapi di saat bersamaan, Tania juga sangat tidak memahami ayahnya. Bagaimana bisa di hadapan Vincent, ayahnya yang berada di dalam posisi lebih kuat begitu memanjakan dan mentoleransinya? Ia begitu membenci pelaku yang telah menghancurkan hidupnya, tapi sekarang ia masih memujinya. Apakah ini wajar?

Ini adalah alasan utama mengapa Tania masih menahan diri untuk tidak masuk. Pasti ada kondisi tertentu atau rasa terpukul akibat bangkrutnya perusahaan yang bisa membuat ayahnya benar-benar berubah menjadi orang tua lemah yang tidak memiliki emosi.

Ayah Tania menghela napas dengan berat, “Hari ini aku datang karena hanya ingin bertanya padamu mengapa kamu harus melakukan itu. Aku tahu kamu sebenarnya anak yang baik, bukan orang kecil yang serakah. Aku yakin mataku tidak pernah salah menilai orang. Aku selalu menganggapmu sebagai anak sendiri, suatu saat nanti menjadi menantuku. Aku benar-benar tidak mengerti alasan apa sebenarnya yang membuatmu begitu menghalalkan segala cara untuk membangkrutkan Perusahaan Tan?”

“Kamu tidak tahu? Atau apakah karena aku sudah melakukan begitu banyak hal jahat jadi kamu tidak bisa mengingatnya lagi? Perusahaanmu berkuasa dengan mengandalkan berapa banyak perbuatan kotor? Menyingkirkan berapa banyak jasad untuk bisa berdiri kokoh? Hatimu tahu yang sebenarnya.” Pupil Vincent yang tenang berubah menjadi agresif.

“Berbisnis memang sulit terhindar dari kecurangan. Dengan semua cara yang pernah aku lakukan, aku tidak akan berani berkata kalau seumur hidupku aku tidak pernah melakukan hal buruk. Tapi aku juga tidak sekejam yang kau katakan, setidaknya aku tidak pernah membahayakan atau mencelakakan hidup seseorang”.

“Tidak pernah katamu? Lalu apakah kamu tahu siapa sebenarnya ibuku?” Vincent masih terlihat tegas, tapi amarah dalam hatinya lebih membara, “Bukan berarti kau bisa menganggap hal yang tidak kau ingat tidak pernah ada dan tidak pernah terjadi.”

Vincent memijat pelipisnya, “Di dalam benakku, selamanya aku tidak akan lupa kejadian itu.”

Rasa takut menerpa ayah Tania. Setelah menghela napas berat, ia mengangguk, “Aku tahu siapa ibumu dan aku tahu kamu adalah anaknya. Selama ini aku sudah tahu.”

“Akhirnya kamu mengakuinya juga? Waktu itu demi mendapatkan lahan untuk membangun kerajaanmu, kamu memerintahkan orang untuk membakar rumah di lahan itu. Waktu itu aku melihatmu berdiri di luar dengan mata kepalaku sendiri. Tapi kamu bilang ke polisi kamu hanya kebetulan lewat.” Vincent menggebrak meja dengan kepalan tangannya, “Apakah kamu tahu, waktu itu ibuku ada di dalam? Ia terbakar mati hidup-hidup, ia mati di depan hadapanku. Di saat aku ingin menerobos masuk untuk menolongnya, aku ditahan oleh kru pemadam kebakaran. Ibuku mati seperti itu, di usianya yang masih sangat muda. Aku lalu bersumpah, aku pasti akan balas dendam. Aku akan membuatmu merasakan penderitaan seperti masuk ke neraka”.

Tania yang mendengarkan dari luar pintu membelalakkan matanya terkejut. Tidak mungkin. Ayahnya tidak mungkin melakukan hal seperti ini. Tania tidak tahu bahwa di dalam hatinya, Vincent menyimpan hal tragis seperti ini. Tania tidak bisa membayangkan orang kesayangannya menderita di depan mata sendiri, bahkan dalam imajinasinya saja ia tidak bisa menerimanya. Tapi Vincent, ia menanggungnya sendiri selama bertahun-tahun ini. Pantas saja ia tidak suka tertawa.

“Bukan, kejadiannya bukan seperti itu. Vincent, kamu telah salah paham.” Tatapan ayah Tania berubah menjadi tegas begitu mendengar perkataan Vincent. Ia terus-menerus menggelengkan kepala.

“Tidak ada gunanya menyangkal. Walaupun waktu itu aku masih berusia 10 tahun, tapi aku melihatnya dengan sangat jelas. Kamu... Kamu yang membunuh ibuku!” Vincent semakin terbakar emosi ketika mendengar penyangkalan ayah Tania, matanya dingin seperti anak panah yang menusuk pria yang lebih tua itu.

“Kejadiannya bukan seperti yang kau katakan, bukan aku yang mencelakai ibumu. Bagaimana mungkin aku bisa ingin membunuh ibumu?” Kejadian ini juga membuat ayah Tania sangat menderita.

Tania tidak bisa menahan dirinya lagi. Ia mendorong pintu itu dari luar sehingga terbuka, “Vincent, untuk apa kamu berteriak seperti itu kepada ayahku? Bukankah ia sudah mengatakan bahwa kamu salah? Seharusnya kau mendengarkan penjelasan ayahku dulu!”

“Tania, bagaimana kamu bisa ada di sini?” Ayah Tania dengan sedikit panik bertanya.

Vincent menatap sosok orang yang masuk, sinar matanya yang menusuk menjadi sedikit menghangat.

“Ayah bilang mau pergi membeli barang, tapi ujung-ujungnya tas kerja pun tidak bawa. Jadi aku memutuskan untuk mengikuti ayah.” jawab Tania dengan suara dingin. Ia duduk di sebelah ayahnya dan menatap Vincent, “Percakapan kalian, aku sudah mendengar semuanya dari luar.”

“Hah—” Vincent mendengus dengan sinis dan dingin, “Lalu apa? Satu hal kembali untuk satu hal lainnya. Aku tidak akan melupakan dendamku demi dirimu, Tania.”

“Aku juga tidak bilang kamu harus melakukannya demi aku. Dari awal hubungan kita sudah jelas. Sekarang aku berada di sini sebagai perwakilan keluarga Tania. Musuh pribadimu ada di sini berbicara denganmu. Masalah ayahku bukan seperti ini, kamu tidak bisa balas dendam sembarangan seperti ini.” Tania melipat kedua tangan di depan dadanya dan memelototi Vincent dengan kesal.

“Apakah menurutmu mungkin kejadiannya memang tidak seperti itu?”

“Ba... Bagaimana tidak mungkin? Apa yang seorang anak ingusan berumur 10 tahun mengerti?” Hati kecil Tania sebenarnya tidak terlalu yakin. Ia menolehkan kepala dan menggenggam tangan ayahnya, “Ayah, karena sekarang ayah ada di sini, ayo ayah jelaskan apa yang terjadi waktu itu”.

“Ini—” Ayah Tania tidak bisa berbicara di hadapan putrinya, ia takut putrinya marah.

“Ayah, ayo jelaskan. Kalau ayah memang benar tidak bersalah, apakah ayah seumur hidup ingin dianggap sebagai seorang pembunuh? Apakah ada masalah lain yang lebih penting dari ini, atau apakah ada yang tidak boleh dikatakan, tidak peduli bagaimana pun, aku pasti akan memaafkanmu.” Tania bisa melihat bahwa ada sedikit rasa sungkan di raut wajah ayahnya untuk membuka tabir kenyataan.

Ayah Tania menundukkan kepalanya dan setelah berpikir sejenak, ia akhirnya menutup matanya sebentar, “Baik! Akan kujelaskan. Akan kuceritakan semuanya kepada kalian”.

Tania merasa senang, sedangkan Vincent terpaku.

“Aku dan ibu Vincent, dari kecil kami tumbuh besar bersama. Ia tumbuh menjadi sangat cantik dan di mataku, ia adalah perempuan tercantik dan terpolos di dunia ini. Tapi walaupun aku mencintainya, ternyata ia sudah mencintai pria lain di hatinya. Bisnisku perlahan-lahan mulai berkembang maju setelah aku menikah dengan ibu Tania. Tidak lama kemudian, ia juga menikah. Jadi, aku hanya menyembunyikan perasaan itu dalam-dalam di hatiku. Aku mengalihkan segala perasaan dan memfokuskan pikiranku pada bisnisku saja. Pada akhirnya, kami juga menjadi jarang bertemu. Aku tidak tahu bahwa ia bercerai setelah setengah tahun menikah. Pria itu memang brengsek. Ia selalu memukulnya, ia kalah berjudi sampai rumah pun tersita, dan ia masih berani kabur meninggalkan istrinya. Saat itu, aku sudah mulai sukses dan mulai dikenal orang. Sedangkan ia adalah janda dengan seorang anak. Kalau kami bertemu, aku takut akan menimbulkan isu-isu yang tidak baik. Jadi setelah aku diam-diam membantunya untuk membeli kembali rumahnya, aku selalu bertemu dengannya di luar. Sampai suatu hari, ia menangis di telepon dan memanggilku untuk mendatanginya.”

Novel Terkait

Villain's Giving Up

Villain's Giving Up

Axe Ashcielly
Romantis
4 tahun yang lalu
Love And War

Love And War

Jane
Kisah Cinta
4 tahun yang lalu
Takdir Raja Perang

Takdir Raja Perang

Brama aditio
Raja Tentara
4 tahun yang lalu
Yama's Wife

Yama's Wife

Clark
Percintaan
4 tahun yang lalu
Love From Arrogant CEO

Love From Arrogant CEO

Melisa Stephanie
Dimanja
4 tahun yang lalu
Jalan Kembali Hidupku

Jalan Kembali Hidupku

Devan Hardi
Cerpen
5 tahun yang lalu
Pejuang Hati

Pejuang Hati

Marry Su
Perkotaan
4 tahun yang lalu
The Gravity between Us

The Gravity between Us

Vella Pinky
Percintaan
5 tahun yang lalu