Terpikat Sang Playboy - Bab 160 Ia Tidak Boleh Masuk

Tania menoleh dan menatap Michael, matanya penuh dengan rasa senang. Ia bahkan lupa Vincent sedang duduk di sana dan dengan cepat berjalan pergi melewatinya.

Hati Vincent seolah runtuh saat Tania hanya melewatinya begitu saja. Ia dapat dengan jelas mendengar suara hatinya yang patah. Ia hanya duduk di sana dan tidak melakukan apapun, membiarkan jiwa dan raganya tenggelam dalam dingin.

“Alex sudah sadar?” Tania berlari menghampiri Michael, kedua matanya terbuka lebar menunjukkan rasa terkejut.

Michael menutup telepon dan mengangguk dengan mantap, “Iya, ia baru saja sadar. Sekarang semua orang di atas sudah ribut. Alex sudah melewati masa kritisnya, hidupnya tidak lagi dalam bahaya. Kita juga sebaiknya cepat-cepat naik.”

“Baiklah—” ujar Tania dengan senang. Ia berjalan pergi ke lift bersama Michael, namun kemudian Tania berjalan menjauh. Senyum di wajahnya memudar dan kakinya berhenti melangkah.

Setelah ia naik, dengan raut seperti apa ia harus bertemu dengan Alex? Mereka sudah bercerai dan sudah sepakat tidak memiliki hubungan apapun lagi. Untuk apa ia pergi dan melihat Alex? Tapi Tania benar-benar ingin bertemu dengan pria itu, meskipun hanya sekilas. Ia ingin melihat Alex yang hidup satu kali lagi saja.

“Tania? Ada apa?” Michael melihat Tania yang berhenti dan tidak berjalan lagi. Raut ragu mewarnai wajah Tania yang ditolehkan ke belakang.

“Aku—” Tania menutup bibirnya dan memainkan tangannya, tidak tahu harus berkata apa.

“Pergilah melihatnya. Menurutku, kamu adalah orang yang paling ingin Alex temui sekarang, tidak peduli bagaimana hubungan kalian sekarang. Ada sesuatu yang masih tersimpan di dalam hati kalian, bukan? Pergilah.” Michael memahami dilema yang menyerang hati Tania dan menenangkannya.

Tania menggigit kencang bibirnya dan kepalanya menunduk, benar-benar tidak tahu apakah sebaiknya ia pergi atau tidak.

“Pergilah—”

Vincent berujar sambil berdiri di belakang Tania.

Tubuh Tania terpaku sementara hatinya bergumul. Permintaannya sederhana, ia hanya ingin melihat Alex meskipun sekilas. Ia hanya ingin memastikan bahwa Alex sudah baik-baik saja. Tapi suara Vincent memberikannya tekanan tambahan.

Michael menatap Vincent. Masalah perasaan seperti ini benar-benar adalah masalah yang paling rumit di seluruh dunia.

“Walikota Micahel, kalau begitu saya pergi naik ke atas dulu. Saya akan menemani Tania.” Vincent berujar kepada Michael penuh dengan rasa hormat. Mereka juga pernah beberapa kali saling berinteraksi, semuanya benar-benar bersikap sopan.

Dahi Michael berkerut sedikit sebelum akhirnya melangkah masuk ke dalam lift. Vincent adalah salah satu dari pebisnis baru yang handal di kota ini. Meskipun ia licik dan kejam, tapi ia benar-benar adalah seseorang yang dapat diandalkan.

Setelah menunggu Michael berjalan pergi, Vincent pun melangkah maju dan berdiri di samping Tania, “Kamu benar-benar ingin pergi melihatnya, bukan? Pergilah. Aku tidak mau melihatmu membawa rasa khawatir yang besar dan tidak berujung. Tapi kamu harus ingat, hubungan kalian berdua sudah berakhir.”

Tania menghela napas dengan pelan, “Aku tidak lupa, kamu tidak perlu mengingatkanku.”

Vincent tertawa kecut, “Hahaha... Jangan bilang sekarang kamu berpikir bahwa kamu akan lebih bahagia tanpa aku di sisimu. Kamu boleh saja lebih bahagia dibandingkan dulu, tidak memikirkan perasaanku, dan berbuat semaumu. Tapi aku akan tetap datang menghampirimu karena sudah sejak dulu aku bukanlah apa-apa.”

“Jangan bicara hal ini denganku sekarang. Otakku sudah sangat jernih, aku bukan anak kecil lagi.” ujar Tania kesal. Tapi menyadari bahwa seharusnya sekarang ia terlihat senang, Tania pun mengatur napasnya. “Ayo pergi. Bukankah kau ingin menemaniku menjenguknya? Ayo kita pergi.”

Tania melangkah masuk ke dalam lift, diikuti oleh Vincent. Begitu pintu lift tertutup, Vincent pun merengkuh Tania.

“Aku tidak memaksamu, aku hanya takut kehilanganmu. Waktu kamu meninggalkan aku selama satu tahun itu, rasanya setiap hari aku hidup di neraka. Ketika kamu kembali kepadaku selama satu tahun ini, rasanya aku menghabiskan hidupku setiap harinya di surga. Tapi keinginan terbesarku adalah bergandengan tangan denganmu menjalani hidup yang tenang bersama. Kamu boleh membenciku, tapi jangan mendendam padaku.” Vincent memeluk Tania erat-erat dan berkata dengan suara rendah. Ia takut kebahagiaan yang ia rasakan sekarang akan sirna begitu mereka sampai di atas. Ia juga hanyalah seorang manusia yang memiliki hati, seorang manusia yang bisa merasa takut.

Ia tidak bisa kehilangan Tania, tidak setelah ia akhirnya bisa memiliki wanita itu.

Menggunakan kedua tangannya, Tania perlahan mengangkat wajah Vincent dan mengusap alisnya, “Aku tidak membencimu, juga tidak mendendam padamu. Semakin lama aku semakin mengerti bahwa takdir tidak mungkin ditolak. Tidak ada seorang pun yang salah.”

Alex merasa ia baru saja terbang melayang di langit untuk waktu yang begitu lama. Sebuah suara selalu bergema berulang kali di telinganya. Ia pun terbangun dan membuka matanya. Suara itu terdengar begitu familiar, membuat Alex ingin membuka matanya untuk melihat wajah wanita itu. Bahkan garis wajahnya tergambar dengan begitu jelas di benak Alex.

Tapi ketika ia membuka matanya, ia hanya melihat cahaya putih yang terang dan orang-orang berbaju putih yang bergerak-gerak. Sama sekali tidak ada jejak wanita itu.

Hati Alex seolah jatuh ke dalam jurang. Betapa ia sangat ingin melihat wajah wanita itu ketika ia membuka matanya. Tidak peduli apakah ia akan tertawa atau marah, kedua mata indahnya perlahan terlihat sendu bagaikan kepakan sayap kupu-kupu.

Ketika Tania dan Vincent sampai, semua orang sedang berdiri di depan jendela. Di dalam kamar rawat, Alex baru saja sadar. Pikirannya masih belum jernih sementara para dokter dan suster sibuk memeriksa keadaannya.

Liona menangkap kehadiran Tania dan raut wajahnya berubah, “Kamu cepat pergi! Jangan datang menghancurkan Alex lagi! Kalau kau masih berani muncul di hadapannya sekali lagi, kami tidak akan mengampunimu!”

Teriakan Liona membuat semua orang menoleh. Begitu melihat kehadiran Tania, wajah mereka semua berubah kecuali Michael.

“Nona Tania, sekarang kamu sudah hidup dengan baik-baik dan tidak memiliki hubungan apapun dengan putraku lagi. Silakan kau mati saja, atau pergi ke luar negeri, atau pindah, pokoknya kau harus berada sejauh-jauhnya dari Alex.” Sekarang Anlice tidak pernah merasa marah lagi ketika melihat Tania. Ia justru merasa takut, seperti melihat hantu.

“Tania, lebih baik kau pergi dari sini. Kau tidak perlu merasa bersalah, tidak perlu merasa kau harus mengembalikan kondisi psikis Alex, dan tidak perlu mendekatinya lagi. Kami keluarga Alex tidak mau terlibat apapun lagi denganmu. Kau adalah sebuah roh jahat dan pembawa nasib buruk, terutama untuk Alex. Cepat pergi! Tidak baik kalau Alex sampai melihatmu.”

Linda yang berdiri di samping juga dengan cepat membuka mulutnya, “Sekarang Alex adalah kekasihku, kamu jangan membuatnya bingung lagi. Cepat pergi—”

Kerabat dan teman-teman yang berdiri di belakang Linda pun segera mengusir Tania pergi dengan jijik.

“Kakak, kakak ipar, kalian jangan bertindak sekasar ini. Semua sudah jangan bicara lagi!” Michael mencoba membujuk. Tapi mulut para wanita itu jauh lebih handal. Tidak peduli benar atau tidak, begitu sudah melewati otak, kata-kata itu meluncur keluar lebih cepat dibandingkan butiran sempoa yang jatuh.

Tania hanya berdiri terpaku di sana, tidak ada satu kata pun yang terlontak keluar dari mulutnya. Di dunia ini, semua orang menentangnya, mengingatkannya bahwa ia tidak memiliki hubungan apapun lagi dengan Alex. Kalau mereka sampai masih memiliki hubungan, itu berarti Tania adalah pendosa seumur hidup, selamanya ia tidak akan pernah bisa mengalami reinkarnasi.

Hal terbaik yang bisa Tania lakukan adalah berjalan pergi dari dunia Alex, menghapus jejaknya di hidup pria itu hingga bersih. Saat itulah, Tania tahu persis apa yang harus ia lakukan.

Pintu kamar rawat Alex terbuka dan Nico melangkah keluar, “Semuanya, jangan ribut. Tania, ikut aku masuk.”

“Kenapa malah mengajaknya? Ia tidak boleh masuk! Aku mau masuk!” Begitu Linda mendengar ucapan Nico, ia langsung menatap pria itu tajam dan berseru dengan marah. Ia pun langsung melangkah masuk.

Novel Terkait

Angin Selatan Mewujudkan Impianku

Angin Selatan Mewujudkan Impianku

Jiang Muyan
Percintaan
4 tahun yang lalu
Mata Superman

Mata Superman

Brick
Dokter
3 tahun yang lalu
Si Menantu Buta

Si Menantu Buta

Deddy
Menantu
4 tahun yang lalu
Blooming at that time

Blooming at that time

White Rose
Percintaan
4 tahun yang lalu
Beautiful Lady

Beautiful Lady

Elsa
Percintaan
3 tahun yang lalu
Terpikat Sang Playboy

Terpikat Sang Playboy

Suxi
Balas Dendam
4 tahun yang lalu
My Enchanting Guy

My Enchanting Guy

Bryan Wu
Menantu
3 tahun yang lalu
Loving The Pain

Loving The Pain

Amarda
Percintaan
4 tahun yang lalu