Terpikat Sang Playboy - Bab 275 Walaupun Hanya Sandiwara, Tapi Hatinya Tetap Sakit!

Saat ini, aula perjamuan yang terletak di lantai 16 sebuah hotel bintang lima sudah luar biasa ramai.

Tania dituntun oleh Vincent berjalan memasuki lift. Hari ini, sebuah gaun malam berwarna champagne tanpa lengan dan berkerah V menghiasi tubuh Tania. Terlihat sederhana namun tidak kehilangan rupa seksi dan keanggunannya. Sebuah gaun yang sangat menawan di tubuh Tania, dengan sangat tepat menghiasi tubuhnya yang elegan. Tania memadu gaunnya sepatu hak tinggi berwarna hitam, membuatnya semakin terlihat memukau dan tidak bercela. Tania memiliki kecantikan alami yang tak ada bandingnya, hanya dengan sedikit sapuan rias sudah membuat orang lain menahan napas saat melihat paras kecantikannya. Dengan keadaannya sekarang, Tania tidak dalam suasana hati ingin merias diri. Bahkan gaunnya juga sudah pernah ia kenakan sebelumnya.

Tania sedikit gugup, menunggu saat nanti ia akan bertemu dengan Alex. Tania tidak tahu apa yang akan dipikirkan pria itu saat ini dan ia juga tidak berhak tahu, membuatnya semakin gelisah.

“Hari ini kamu sangat cantik.” Vincent memiringkan kepalanya untuk menatap Tania dan memujinya.

“Terima kasih! Kamu juga sangat tampan.” Tania menengadahkan kepala dan tersenyum pada Vincent. Ia berkata jujur. Jas hitam dan kemeja putih, pakaian klasik seperti ini terlihat semakin keren di tubuh Vincent. Aura yang terpancar luar biasa.

Vincent tertawa ringan, “Kita sudah lama tidak menghadiri perjamuan bersama-sama, bukan? Tapi aku masih ingat, gaunmu ini awalnya sengaja kamu pesan dari desainer Italia. Kamu sangat menyukainya dan kamu sudah memakai gaun ini dua kali.”

“Daya ingatmu masih sangat bagus.” Tania melepaskan tawanya. Ia tidak menyangka Vincent masih bisa mengingat hal detail seperti itu. Bahkan Tania sendiri sudah lupa.

“Saat aku belajar di Amerika, aku mendengar seorang teman berkata untuk jangan selalu mengingat seseorang. Karena itu bisa menjadi suatu kebiasaan yang tidak bisa diubah lama kelamaan. Saat itu aku hanya tertawa dan berpikir bagaimana mungkin hal seperti itu bisa menjadi kebiasaan. Tapi sekarang, aku mengalaminya.” Vincent berkata tanpa maksud, ekspresinya sangat tenang.

Tapi tidak dengan Tania yang hatinya menjadi berat. Perasaan Vincent terhadapnya sangat dalam, membuat Tania tidak sanggup menanggungnya. Ia hanya bisa menatap kelam panel angka lift yang perlahan-lahan melompat naik, perasaannya begitu tertekan. Tania sangat berharap dalam sekejap lift itu bisa melompat dari lantai 10 langsung menuju lantai 16 untuk menghindar jauh dari suasana hening yang sangat canggung ini.

Vincent hanya bisa tersenyum pahit dan tidak menolak sikap Tania.

Pintu lift pun terbuka. Tania menghela napas lega dalam hati, “Sudah sampai, ayo kita jalan.” ujar Tania sambil tertawa.

Ketika memasuki aula dan sebelum bertemu dengan para tamu, musik Waltz yang merdu lebih dulu mengalir memasuki telinga. Musik itu membuat perasaan orang menjadi tenang. Tania dan Vincent tersenyum sambil saling menatap dan berjalan masuk ke tengah-tengah para hadirin. Di bawah lampu berlian yang menggantung di dalam aula yang megah, cahayanya yang terang benderang membuat setiap wajah insan yang berada di bawahnya terlihat begitu bersinar. Ini adalah ciri khas pesta makan malam kelas atas. Mereka mengeluarkan segenap kemewahan, setengah mati menampilkan hanya sisi terbaik mereka.

Sepasang suami istri yang merupakan tuan rumah pun dengan ramah berjalan menghampiri Vincent dan Tania yang sedang mengobrol kecil.

Sambil mengobrol, Tania menyapu pandangannya ke tengah-tengah hadirin. Ia mencari cahaya yang paling bisa mempengaruhi hatinya, Alex. Apakah ia akan datang? Kalau masih mungkin, Tania berharap pria itu tidak usah datang.

Disaat Tania sedang mencari, masuklah dua orang tamu lagi dari pintu gerbang dan berpapasan dengan pandangannya. Tania pun terpaku melihat arah yang ia tuju!

Seluruh hiruk pikuk di aula itu menghilang dan suasana berubah menjadi sunyi senyap. Hanya ada satu sisi di pandangan Tania yang terlihat tertawa. Pemandangan yang sangat intim dimana Alex sedang merangkul pinggang Linda. Ia berbisik di telinga wanita itu dan entah apa yang dikatakannya yang membuat Linda tertawa lebar dan bahagia.

Saat itu juga hati Tania terasa begitu sakit, ia tidak bisa mengelak dari rasa nyeri ini.

Jadi orang yang pada akhirnya Alex percayai adalah Linda? Padahal Tania dan Nico sudah bersandiwara sedemikian rupa di hadapannya, bahkan sampai akhirnya Nico sudah membeberkan kebenarannya padanya. Apakah ucapan Linda yang pandai bersilat lidah itu tetap dapat membuatnya terbuai?

Tania tidak dapat mempercayainya!

Tapi kalau bukan begitu, kenapa hari ini ia bisa mengajak wanita itu datang menghadiri perjamuan makan malam? Ini tidak masuk akal. Tania tahu Alex tidak mungkin secepat itu berubah rasa. Pria itu pasti hanya sedang balas dendam terhadapnya. Tapi Tania tidak memiliki alasan untuk menyalahkan Alex. Sampai tahap ini, ia hanya bisa bertahan.

Sebenarnya Alex sudah melihat Tania dari awal ia masuk, tapi ia berpura-pura tidak melihatnya begitu cepat. Alex takut melihat sorot mata Tania yang terluka dan tidak bisa menahan perasaannya.

Tania sekarang sedang kesulitan, jadi Alex harus membereskan kanker yang menggerogoti wanita itu secepat mungkin. Jangan sampai ia melewatkan kesempatan ini begitu saja karena tidak bisa mengontrol perasaannya.

“Alex—, kamu lihat disana, Tania datang bersama dengan Vincent.” Linda menunjuk. Melihat wajah Tania yang pucat, wajahnya pun penuh dengan senyum manis yang menawan. Ia sangat bahagia, bisa mengalahkan wanita brengsek itu. Dalam hati Linda, tidak perlu ditanyakan seberapa tidak pedulinya ia terhadap Tania. Tapi jangan harap Linda akan melepaskan Tania semudah itu. Bahkan 18 lapisan neraka pun sudah menunggu Tania.

Alex berpura-pura seperti ia baru melihat Tania dan mengarahkan pandangannya ke arah yang ditunjuk Linda. Raut wajahnya langsung berubah kelam. Perubahan raut wajah Alex terlihat oleh Linda, membuat ia merasa lebih bahagia. Bibirnya pun berkata lembut, “Karena kita sudah datang, sudah seharusnya kita menyalami tuan rumah. Tapi—, kalau kamu tidak ingin bertemu dengannya, lebih baik kita tidak perlu menghampirinya.” Linda sengaja berujar seperti itu karena ingin menguji Alex.

“Tidak masalah, aku sudah tidak berminat dengan wanita seperti ini. Ia berpisah denganku d ihadapan banyak orang, membuat mukaku terinjak ke tanah. Sejujurnya, hati kecilku benar-benar membencinya. Hari ini ia bersama dengan Vincent, tapi aku juga memilikimu sebagai pendampingku. Tidak ada alasan bagiku untuk bersembunyi. Tapi kalau kamu merasa tidak nyaman, kamu boleh berdiri di sini menungguku. Aku menyapa mereka sebentar dan akan segera kembali.” Alex tahu wanita itu diam-diam sedang mencobainya, jadi jawabannya pun tidak bercela.

“Aku akan menemanimu pergi.” Linda menggenggam erat lengan Alex, tawanya tidak bisa disembunyikan. Ini adalah sosok temperamen alami Alex yang harus dihindari. Tania, habislah dirimu!

Melihat Alex dan Linda yang berjalan menghampiri, Tania dengan segera mengalihkan pandangannya. Ia menarik Vincent dan tidak melihat mereka lagi.

Merasakan lengannya yang digenggam sedikit lebih erat oleh Tania, mata Vincent yang hitam dengan cepat menyapu sosok beberapa orang. Ia melihat Alex dan Linda yang sedang berjalan menghampiri. Pantas saja Tania sedikit gugup.

Alex dan Linda berjalan mendekat. Begitu melihat Alex, tuan rumah yang sedang berbicang hangat dengan Vincent langsung dengan sigap bersalaman menyambutnya. Hubungan antara Vincent, Tania, dan Alex sebelumnya sangat kompleks dan juga terhitung sebagai masalah yang melibatkan banyak orang. Sekarang Alex juga membawa wanita lain sebagai pendampingnya. Keempat orang ini bertemu bersama, membuat mereka juga merasa canggung.

Dengan dingin dan singkat, tuan rumah wanita mengucapkan beberapa patah kata dan berkata, “Semoga hari ini kalian semua bersenang-senang. Di sana ada tamu yang datang lagi, jadi silakan kalian saling bercengkerama dengan bebas.”

Tuan rumah perjamuan makan itu mengangkat gelas anggur mereka dan berjalan pergi, meninggalkan keempat orang itu bersama-sama. Tentu saja mereka merasa tidak nyaman.

“Direktur Vincent, sudah beberapa hari kita tidak bertemu dan ternyata roda keberuntungan berputar. Hanya saja kali ini aku sedang bahagia. Kalau tidak, bagaimana aku bisa tahu siapa yang cintanya tulus dan siapa yang perasaannya palsu?” Alex seperti meletakkan penekanan kepada Linda.

Wajah Tania yang sudah pucat menjadi lebih pucat, “Vincent, aku mau pergi mengambil segelas anggur. Apakah kamu mau juga?”

“Boleh juga.” Vincent menjawab datar. Saat ia menggenggam tangan Tania, ia menyadari bahwa tangan wanita itu lebih dingin daripada es.

Tatapan Alex melekat pada tangan Vincent, seperti sebuah panah yang melesat tanpa suara. Ia mengumpat dalam hati. Dasar si brengsek yang tengil. Bersandiwara juga tidak perlu seserius ini.

“Nona Tania, ayo aku temani kamu pergi.” Linda berjalan lebih dulu dan berujar sambil mengembangkan senyumnya.

Novel Terkait

Eternal Love

Eternal Love

Regina Wang
CEO
4 tahun yang lalu
Si Menantu Dokter

Si Menantu Dokter

Hendy Zhang
Menantu
4 tahun yang lalu
Pria Misteriusku

Pria Misteriusku

Lyly
Romantis
4 tahun yang lalu
Cinta Adalah Tidak Menyerah

Cinta Adalah Tidak Menyerah

Clarissa
Kisah Cinta
5 tahun yang lalu
Uangku Ya Milikku

Uangku Ya Milikku

Raditya Dika
Merayu Gadis
4 tahun yang lalu
The Sixth Sense

The Sixth Sense

Alexander
Adventure
4 tahun yang lalu
That Night

That Night

Star Angel
Romantis
5 tahun yang lalu
Terpikat Sang Playboy

Terpikat Sang Playboy

Suxi
Balas Dendam
5 tahun yang lalu