Terpikat Sang Playboy - Bab 230 Serigala yang Bersembunyi di Dalam Kamar!

Di rumah, Tania pun menelepon Vincent, “Sebentar lagi aku berangkat ke bandara. Kamu juga langsung pergi saja, tidak perlu menjemputku.”

“Baiklah. Sekitar dua jam lagi aku akan sampai. Kita bertemu di bandara, ya.” ujar Vincent sambil menyetir. Kemarin ia pergi keluar kota dan sudah diberitahu oleh pihak tur bahwa pagi ini peserta boleh pergi masing-masing.

“Ya! Kalau begitu, aku tutup ya.” Tania menutup telepon dan mencoba menelpon Alex lagi. Ternyata ponsel pria itu masih tidak aktif, benar-benar membuat Tania merasa kesal.

Tidak lama kemudian, ia pun naik taksi dan sampai di bandara kurang lebih pukul setengah 10. Pemandu tur memegang bendera dan berdiri di sana, disampingnya sudah berkumpul beberapa anggota tur. Ani juga sudah sampai, ia berdiri disana mengenakan kaos dan celana jeans. Gadis itu lalu melambaikan tangan kepada Tania.

Tania menarik kopernya dan berjalan mendekat. Ia terlebih dulu menoleh ke sekitarnya dan tidak menemukan sosok Alex. Telepon ke ponselnya tidak diangkat, juga tidak ada berita sedikit pun. Sebenarnya ia akan datang atau tidak?!

“Direktur, anda sedang melihat apa?” Melihat Tania yang sedikit mencuri pandang ke sekitarnya, membuat Ani akhirnya tidak bisa menahan diri untuk tidak bertanya.

“Tidak lihat apapun kok?” Tania tertawa sambil menarik kembali pandangannya. Ia memperhatikan Ani dan teringat dengan ekspresi gadis itu di restoran. Tania merasa sangat yakin Ani adalah mata-matanya Alex. Apakah ia harus mencobainya? Tapi kalau ternyata gadis itu bukanlah mata-mata, apa yang harus Tania lakukan?

Tania terlilit bimbang.

“Dimana Kak Vincent? Apakah ia tidak datang bersama direktur?” Ani kembali bertanya.

Sebelah tangan Tania mengibas. “Semalam ia ada urusan penting jadi harus pergi keluar kota, makanya kami datang masing-masing. Mungkin sebentar lagi ia akan datang. Barusan ia bilang sudah mau berangkat lewat telepon.” jawab Tania. Ia lalu menjilat bibirnya dan tersenyum penuh arti, “Ani, bukankah hari ini masih ada pasangan lain yang pergi bersama kita?”

Ani tertawa sambil menautkan alis, ia tidak mengerti dan memiringkan kepalanya, “Pasangan lain?! Direktur, siapa yang anda maksud?”

“Jangan berpura-pura bodoh di depanku, bicara saja apa adanya. Kalau mengaku tentu akan meringankan.” Tania menakutinya, hati kecilnya sangat yakin bahwa gadis kecil ini sudah dibeli.

“Direktur, anda ingin saya mengaku apa? Membela untuk apa? Saya tidak mengerti, apakah boleh anda menjelaskannya?” Ekspresi Ani semakin membuat Tania curiga. Ia terlihat benar-benar bingung.

Apakah gadis itu sedang berpura-pura? Atau justru Tania yang benar-benar salah paham? Tania menatap Ani sejenak.

Tania lalu merilekskan ekspresinya, “Aku hanya bercanda. Tidak perlu gugup.”

“Oh—“ Ani mengangguk-angguk. Saat menundukkan kepala, ada sepercik kilatan licik di tengah matanya.

Pukul 10, pemandu tur pun mulai mengabsen nama. Ternyata hanya Vincent yang belum hadir.

Aneh. Bukankah saat Tania meneleponnya pukul delapan kurang jam 8 kurang pria itu bilang akan segera berangkat? Seharusnya dalam waktu dua jam ia sudah sampai.

“Siapa yang bersama tuan Vincent? Apakah bisa membantu menelepon dan bertanya padanya?” teriak pemandu tur itu dari depan.

Tania mengeluarkan ponselnya dan menelepon Vincent. Setelah berdering beberapa saat, akhirnya ada panggilan itu diangkat, “Tania, aku baru saja terpikir untuk meneleponmu. Ada masalah penting di kantor, jadi kamu pergi saja dulu. Paling lambat lusa aku akan berkumpul denganmu.”

“Ada masalah apa?” Tania bertanya.

“Ada pemimpin yang mau datang ke kota, tapi sebelumnya tidak ada pemberitahuan apapun. Beliau adalah orang yang sangat penting, harus aku sendiri yang menyambutnya. Maaf, aku akan terlambat menemuimu.” Vincent yang berada di ujung telepon meminta maaf.

“Tidak apa. Urusan kantor tentu harus didahulukan. Kapan kamu bisa datang saat itulah saja kamu datang. Kamu bisa meneleponku kalau sudah datang.”

“Baiklah kalau begitu. Bermainlah dengan senang, aku tutup dulu.”

Begitu telepon ditutup, Tania pun memberitahu kondisinya kepada pemandu tur. Firasatnya mengatakan ketidakhadiran Vincent pasti disebabkan oleh Alex. Tapi... Apakah pria itu benar-benar memiliki kekuasaan sebesar itu sampai bisa menggerakkan petinggi-petinggi kota?

Pukul 11, mereka naik pesawat menuju ibukota Thailand, Bangkok.

Karena ikut tour, jadi mereka semua duduk di kelas ekonomi. Karena mereka naik pesawat saat jam makan siang, mereka pun makan siang di pesawat.

Tania mengambil kesempatan saat pergi ke toilet. Ia memperhatikan setiap penumpang yang duduk di kelas ekonomi dengan teliti dan seksama. Tania tidak juga menemukan sosok Alex. Kalau pria itu ada, pasti kehadirannya akan sangat mencolok.

Saat pesawat mendarat di Bangkok, sudah ada bus tur yang menjemput mereka. Di dalamnnya sudah ada pemandu tur yang merupakan warga asli dari Thailand. Ia dengan ramah dan antusias menggunakan bahasa Mandarin yang tidak lancar untuk menjelaskan bagaimana warga Thailan, kondisi dan cuaca di Thailand, sekaligus penjelasan singkat mengenai titik wisata yang akan dikunjungi.

Tania tidak benar-benar mendengarkan. Otaknya dipenuhi dengan dugaan dimana Alex akan muncul dan trik apa lagi yang pria itu mainkan kali ini.

Bus tur berhenti di dalam kota Bangkok. Pemandangan malam itu terlihat sangat menakjubkan. Mereka pun sampai di sebuah hotel bintang empat. Setelah pemandu tur mengingatkan beberapa hal, semua orang mengambil kartu kamar mereka dan masing-masing masuk ke kamar.

Tania berpikir akan sekamar dengan Ani, tapi ternyata tidak. Kalau begitu, ia akan sekamar dengan gadis mana?

Tania menarik kopernya sampai ke depan kamar. Setelah memasukkan kartu kamarnya, pintu pun berbunyi. Tanpa basa-basi, Tania berjalan masuk ke dalam lalu menutup pintu. DI dalam kamar yang gelap gulita, Tania perlahan menyalakan lampu di samping dinding.

Tapi ternyata ia malah meraba sebuah dinding daging.

“AH—“ TanIa menjerit melengking tanpa sadar. Ia menarik kembali tangannya, tapi kemudian dengan segera dicengkeram oleh sebuah tangan yang besar. Ia pun ditarik dengan sekuatnya ke arah pria itu.

Postur Tania menjadi tidak stabil. Ia menendang tubuh pria itu, kedua tangannya meraba sampai ke kulitnya yang berotot dan tidak terbalut apapun. Wangi parfum pun perlahan menusuk hidung, membuat orang yang menciumnya terbius. Tania agak sedikit kehilangan jiwanya, hatinya melompat sama kencangnya dengan derap seekor kuda. Dalam kegelapan, ia bernapas dengan terengah-engah, otaknya mulai kehilangan kesadaran.

Tania masih tidak mengenali dengan jelas siapa orang ini. Tapi ia sudah diserang dengan semacam kehangatan dari pria ini, yang membawa racun dan menyihir suasana di sekitarnya untuk ikut tertular.

Tapi, dengan siapa ia sekarang? Tania mengumpulkan kembali jiwanya dan dengan cepat mendorong dada pria itu “HEI—, siapa kamu?!”

Nada terakhir dari perkataannya baru saja terlontar, ketika dengan tenaga ia didorong dan dihimpit ke tembok. Tangannya digenggam erat dan bibirnya dibungkam. Lidah pria itu menembus deretan giginya dan dengan lincah masuk ke dalam mulut Tania. Kedua tangannya justru lebih liar masuk ke dalam pakaiannya. Sensasi ini terasa sangat familiar.

Tubuh Tania yang awalnya meronta karena kaget akhirnya berhenti. Sensasi ini... Ini adalah— ALEX!!

Orang gila satu ini. Bagaimana mungkin Tania tidak terpikir bahwa pria satu ini akan berada di dalam kamarnya? Tania mendorongnya menjauh sedikit dan dengan sengaja berkata, “ Tuan ini, apakah kamu tahu siapa aku? Sembarangan menyentuh, sembarangan mencium! Hati-hati, aku bisa laporkan perbuatanmu yang tidak sopan ini.”

“Haha... Sayang, kalau sudah melakukan tidak bisa dibilang tidak sopan lagi.” Suara rendah Alex yang seksi benar-benar bisa membius wanita. Ia menghembuskan napasnya di wajah Tania dengan lembut dan perlahan.

“Kamu sangat percaya diri sekali? Kulihat sepertinya kamu telah makan hati beruang dan keberanian macan tutul. Dasar serigala besar yang berani bersembunyi di dalam kamar hotel.” Tania bicara mengancam, tangannya mengelus wajah pria itu. Ia pun mengecupnya, mencetak tanda bibir di wajahnya.

Lidah mereka lalu saling bertaut lekat. Pakaian mereka terlepas dari pintu kamar sampai ke atas kasur. Dalam gelap, mereka saling mengeksplorasi tubuh satu sama lain dengan liar. Alex terlihat haus dan kelaparan seperti akan melahap habis dirinya.

Bibir pria itu dengan lekat mengecup setiap inci dari kulit tubuh Tania. Rambutnya terurai di atas kasur, wajahnya tersenyum bahagia. Ada untungnya juga gelap gulita, mereka bisa dengan bebas menjadi diri sendiri.

Dengan segera, terdengar rintihan dan erangan yang membuat orang yang mendengarnya tersipu malu. Suara itu menggema di dalam ruangan yang gelap gulita.

*

Selesai sudah.

“Berat sekali—“ Tania mencoba mendorong, tapi akhirnya masih tertimpa tubuh pria itu.

Novel Terkait

Balas Dendam Malah Cinta

Balas Dendam Malah Cinta

Sweeties
Motivasi
5 tahun yang lalu
Chasing Your Heart

Chasing Your Heart

Yany
Dikasihi
4 tahun yang lalu
Ternyata Suamiku Seorang Sultan

Ternyata Suamiku Seorang Sultan

Tito Arbani
Menantu
5 tahun yang lalu
Baby, You are so cute

Baby, You are so cute

Callie Wang
Romantis
4 tahun yang lalu
Demanding Husband

Demanding Husband

Marshall
CEO
4 tahun yang lalu
Pergilah Suamiku

Pergilah Suamiku

Danis
Pertikaian
4 tahun yang lalu
Pengantin Baruku

Pengantin Baruku

Febi
Percintaan
4 tahun yang lalu
Loving The Pain

Loving The Pain

Amarda
Percintaan
5 tahun yang lalu