Terpikat Sang Playboy - Bab 320 Berhadapan Muka!

Stella menyelinap ke dalam garasi. Ia menyalakan lampu dan terlihatlah di dalamnya terparkir berbagai macam mobil bermerk. Ada mobil limosin mewah yang digunakan untuk pergi tamasya, ada juga bermacam-macam mobil balap yang keren. Keluarga Alex memang ternyata sangat kaya.

Dengan cepat Stella berjalan ke samping mobil Lotus milik Anlice yang berwarna kuning sampanye. Ia membuka pintu mobil dan dengan hati-hati menghapus semua jejak sidik jari yang menempel pada kemudi mobil. Ia melihat di atas kursi masih ada cairan yang tertinggal saat bercinta, sebuah bercak putih yang sudah mengering. Stella sekaligus mengelap bercak itu.

Dalam sekali lihat Nico langsung mengerti, Stella ingin menghapus bukti. Kalau begitu ia juga sekaligus memberikan Nico bukti yang paling menguntungkan, bukan? Nico mengeluarkan ponselnya dan memotretnya 30 kali secara beruntun.

Nico tersenyum datar dan menyimpan kembali ponselnya, lalu mengelus perutnya. Ah, lapar sekali. Lebih baik ia segera kembali mencari makanan.

Subuh pagi harinya, Stella juga berhasil memanfaatkan waktu saat pelayan merapikan kamar Alex untuk menyelinap ke lantai atas dan menemukan sebuah gelang di meja rias yang kemudian dibuangnya ke dalam mobil.

Dengan puas ia melepas sarung tangannya dan berjalan pelan di taman kaca. Hmph, lihat saja Tania, apakah besok kamu yang mampus atau aku yang mampus.

“Stella, apa yang kamu lakukan disini?” Tidak tahu semenjak kapan, Anlice berdiri di sampingnya. Kedatangannya membuat Stella terlompat kaget. Ia baru saja keluar dari garasi, kalau sampai ketahuan, ia bahkan tidak berani membayangkan akibatnya.

“Ma—, kamu membuatku kaget.” Stella mengelus dadanya seperti kesadarannya belum kembali karena terlalu kaget, “Aku hanya jalan-jalan. Ma, aku temani kamu jalan pagi.” Ia berjalan mendekat untuk menarik Anlice, “bu, besok kamu akan tahu bahwa aku tidak bersalah. Aku benar-benar tidak pernah melakukan hal seperti itu.”

Anlice terdiam untuk pertama kalinya!

Malam di hari kedua tiba. Alex, Tania, Nico, Stella, semuanya berkumul di tempat Anlice.

“Mengenai kebenarannya, malam hari ini semuanya akan terkuak. Tania, pelacur rendahan seperti kamu, walaupun Alex sangat menyayangimu dan mencintaimu, ia juga tidak akan berdaya untuk menutupi sifat aslimu yang rendahan.” Stella mengira dirinya sudah menggenggam kemenangan. Dengan sangat sombong ia memfitnah Tania, bahkan tidak ada sedikitpun rasa takut ketahuan.

“Tidak perlu berkata seperti itu terlalu dini, siapkan sedikit jalan mundur untuk diri sendiri. Kalau tidak, bagaimana nanti kamu menghadapi semua ini.” Tania mengambil waktunya untuk bicara sambil tertawa datar.

Alex dan Nico duduk dengan puas, tidak terlihat ekspresi apapun di wajah mereka. Anlice seperti biasa duduk di situ sambil melirik mereka, postur duduknya yang seperti orang terhormat terlihat sedikit kaku.

Stella tertawa mengejek “Perkataan ini seharusnya kamu katakan untuk dirimu sendiri. Bukankah kamu bilang kamu punya bukti? Ayo keluarkan, biarkan orang-orang melihatnya. Hanya dengan bukti sebuah mobil keluar yang bisa dikendarai siapapun, kamu berniat untuk menumpahkan air kotor ini kepadaku. Sepertinya kamu salah dengan perhitunganmu.”

“Oh, kalau begitu menurut pandanganmu Stella, bagaimana cara membuktikan mobil ini dikendarai keluar oleh siapa?” tanya Nico sambil menyembunyikan raut senyumnya.

“Malam hari itu, sekembalinya Tania dari naik taksi, mungkin ia kembali mengendarai mobil Alex dan pergi keluar. Kalau dari luar tidak terlihat petunjuk apapun, mungkin di dalamnya masih tertinggal sedikit jejak.” ujar Stella dengan sangat penuh percaya diri.

Nico bertepuk tangan memujinya, “Masuk akal, masuk akal. Suruh orang untuk segera memeriksa.” Nico memanggil seorang pelayan wanita untuk menghampirinya, “Kamu pergilah mencari, harus sedikit teliti, periksa sampai bagian dalamnya. Jangan sampai ada sudut yang luput diperiksa, pasti ada bukti.”

Kalimat terakhir Nico membuat hati Stella terkejut. Perkataanya seperti mengandung arti tersembunyi, tapi bagaimana mungkin pria itu mau membantunya?

“Bukankah kamu juga bilang cukup dengan satu panggilan telepon kamu bisa memanggil pelayan pria itu datang? Terdengar sepertinya hubungannya denganmu sangat menguntungkan. Panggilah, kita dengarkan apa yang akan ia katakan.” ujar Stella lantang, rasa percaya dirinya bertambah. Saking sombongnya, hidungnya pun mengarah ke langit-langit.

Tania sudah sepakat dengan pelayan pria itu supaya ia datang saat Tania meneleponnya. Ia melakukan panggilan, namun setelah mendengarkan nada sambung sebentar, matanya langsung membelalak dan menatap Alex, “Gawat, ia menonaktifkan ponselnya.”

“HAHAHA...” Stella tertawa keras. “Apa?! Bukankah sepertinya kamu yang dari awal tidak ingin mengundangnya hadir?! Tania, kamu mengaku sajalah. Hari itu yang memanggil pelayan pria itu untuk bermain-main adalah kamu, bukan aku.”

Dalam sekejap wajah Tania pucat pasi, ia tidak menyangka hal ini akan terjadi. Pelayan pria yang pantas mati itu masih saja kabur disaat genting seperti ini.

Stella yang ada disana merasa sangat senang sampai-sampai alisnya hampir terangkat tinggi-tinggi, “Tidak terlalu masalah kalau Tania bermain pria, tapi sekarang ia membawa masuk pria lain ke kediaman Alex. Ia banyak melakukan hal murahan yang memalukan, ia juga masih memutar-balikkan fakta dan memperlakukanku dengan tidak adil. Kamu pikir dengan mengandalkan bibirmu itu kamu bisa merubah hitam menjadi putih? Dunia ini butuh bukti.” Sambil bicara, Stella sambil melihat Alex dan Anlice. “Alex, Ma, cepatlah kalian cuci mata supaya bisa melihat dengan terang sedikit. Wanita ini pada dasarnya tidak pantas untuk tinggal di kediaman Alex, cepat usir ia keluar.”

“Sebenarnya, aku sudah membersihkan mataku.” ujar Alex santai. Ia mengarahkan pandangannya ke arah luar pintu dan berteriak, “MASUKLAH!”

Seorang pria yang mengenakan jas berwarna hijau beranjak masuk. Ternyata seseorang itu adalah pelayan pria itu. Wajah Stella seketika itu juga berubah menajdi pucat pasi seperti melihat hantu, “Kamu... Kamu...!”

Tania juga sangat terkejut, “Alex, kamu—”

“Perjalanannya sangat jauh, jadi bukankah lebih baik kalau dijemput?” ujar Alex tertawa sambil melihat ke arah pelayan pria itu, “Apakah kau merasa nyaman saat naik mobil?”

“Nyaman, sangat nyaman.” Pelayan pria itu tertawa kikuk. Sebenarnya ia sudah ingin kabur. Ia berpikir kalau masuk kedalam lingkaran ini, walaupun ia memiliki uang untuk dihamburkan, tapi ia tidak memiliki nyawa untuk dihamburkan. Ia tidak menyangka saat ia keluar pintu ada segerombol pengawal berpakaian hitam yang menunggunya di depan pintu. Ia akhirnya menyerah tanpa syarat.

Otak Stella kacau balau berkeping-keping. Tidak mungkin, siang tadi ia masih menelepon pelayan itu.

Saat ini, seorang pelayan dengan tergesa-gesa berlari masuk ke dalam, “Tuan muda, Tuan Nico, nyonya besar, saya menemukan gelang ini di mobil.”

Tania merasa matanya sedikit panas, “Eh? Ini bukannya gelangku? Bagaimana bisa lari ke dalam mobil?” Gelang ini baru dibelinya beberapa hari yang lalu, jadi ia masih bisa mengingatnya dengan sangat jelas.

“Tentu saja ini harus ditanyakan padamu, bagaimana gelang itu bisa ada didalam mobil? Sekarang bukti bendanya sudah ada, bukti orangnya—” Stella menatap pelayan itu, “Jangan kamu berani-berani bicara sembarangan, pikir baik-baik dulu baru bicara.” Sorot kejam dan peringatan terpancar dalam mata Stella.

¬¬¬Berdiri di dalam aula yang sangat mewah dan megah, membuat pelayan pria itu merasa sangat gugup sampai ia mulai gemetar.

Tania duduk disana, tersenyum kepada pelayan pria itu dan berkata, “Yang dikatakan nona Stella itu benar. Kamu harus memikirkannya dengan sangat baik baru menjawab mau berkata jujur atau bohong. Yang jelas kamu harus memikirkan akibatnya. Pilihlah sendiri, tidak ada orang yang memaksamu.”

Stella memiringkan kepalanya, sorot matanya seperti sebilah pedang yang menyerang ke arah Tania. Sorot mata kedua orang itu bertabrakan di udara dan memenuhi ruangan dengan percikan api.

“Apakah aku boleh menyela sedikit?” Nico tertawa kecil menyela kedua orang yang sedang bertarung dengan sorot mata mereka itu. Aura mereka sangat kuat seperti dalam perang besar 300 ronde.

Tania mengalihkan pandangannya, “Nico, katakanlah apa yang mau kamu katakan.” Barusan Nico yang menyuruh pelayan untuk segera memeriksa mobil dan akhirnya menemukan gelangnya. Nico terlihat seperti membantu Stella, hanya saja Tania percaya ada trik di dalamnya. Tania mempercayai Nico, karena pria itu tidak pernah menindas atau menipunya.

Nico tersenyum sambil mengeluarkan ponselnya, kemudian ia menunjukkan beberapa foto, “Saat aku bosan, aku memotret beberapa hal. Aku tidak tahu apakah kalian semua tertarik untuk melihatnya, tapi aku rasa ini cukup luar biasa.” Ia mengangkat ponselnya dan memperlihatkannya di depan mata semua orang. Di layarnya dengan jelas terekam Stella yang mengenakan baju tidur berwarna merah sedang mengelap bagian dalam mobil Anlice dan matanya masih melirik ke kanan dan kiri dengan waspada.

Semua terhenyak. Stella sendiri sangat kaget sampai wajahnya terlihat kelabu, sangat bertolak belakang dengan raut sombong yang menghiasi wajahnya tadi.

Novel Terkait

Someday Unexpected Love

Someday Unexpected Love

Alexander
Pernikahan
4 tahun yang lalu
Penyucian Pernikahan

Penyucian Pernikahan

Glen Valora
Merayu Gadis
3 tahun yang lalu
Thick Wallet

Thick Wallet

Tessa
Serangan Balik
4 tahun yang lalu
Beautiful Love

Beautiful Love

Stefen Lee
Perkotaan
3 tahun yang lalu
The Gravity between Us

The Gravity between Us

Vella Pinky
Percintaan
5 tahun yang lalu
Your Ignorance

Your Ignorance

Yaya
Cerpen
4 tahun yang lalu
Suami Misterius

Suami Misterius

Laura
Paman
3 tahun yang lalu
Gue Jadi Kaya

Gue Jadi Kaya

Faya Saitama
Karir
4 tahun yang lalu