Terpikat Sang Playboy - Bab 151 Hidup Dan Mati Belum Diketahui !

“Mengapa kamu tiba-tiba menanyakan ini?” Tania terkejut, matanya bercahaya, dan tidak memberikan jawaban positif.

"Kamu hanya harus menjawabku, kamu tidak akan pernah meninggalkanku, tidak peduli apapun yang terjadi, masa depanmu hanya milikku sendiri" Vincent benar-benar merasa panik, dia panik karena hal yang disembunyikannya saat ini, dan panik karena takut dia akan pergi menemui Alex.

Tania tidak tahu bagaimana menjawabnya, ingin memberikan masa depannya kepada dia, dia merasa sangat bingung. Lalu dia membuka topik lain, "Ayo pergi sarapan, aku lapar."

"Kamu belum menjawabku" Vincent memandang ke atas dan menatapnya dalam-dalam. Waktu mengantarnya ke rumah sakit dan mengetahui bahwa dia diberi obat * *, dia diselamatkan oleh Alex. Mengetahui dari sopir bahwa Tania yang berlari ke mobil lebih dulu, Alex mengejarnya di belakang, dan dia terluka karena melindunginya. Dia tiba-tiba merasakan perasaan krisis.

Alex masih belum melupakannya. Fakta bahwa dia benar-benar mencintainya membuatnya panik, dia tidak bisa kehilangan dia lagi, tidak bisa.

Hari ini Vincent kok berbeda? Dia biasanya selalu tenang. Apa yang membuatnya begitu gugup? Tania tahu bahwa jika dia tidak menjawabnya hari ini, maka dia tidak akan menyerah.

Dia duduk di pangkuannya dan menjawab, "Sejauh ini, aku tidak akan meninggalkanmu, tetapi untuk mengatakan masa depan, untuk mengatakan selamanya, aku benar-benar tidak yakin. Sekarang dalam masyarakat seperti ini, orang-orang berpisah diusia tua juga banyak. Sumpah dan janji apa saja, itu semua palsu, jika aku berjanji sekarang, di masa depan juga tidak bisa dipastikan tidak akan berubah, jadi jangan tanya lagi, oke. "

Vincent putusasa dan menghela nafas. Jawabannya seperti ini sama dengan penolakan untuknya "Tania aku akan memberi tahu mu bahwa sumpahku tidak akan pernah berubah. Aku akan memegang tanganmu dengan erat, tidak akan kulepaskan, tidak akan pernah. "

"Oh, oh, baiklah. Kalau begitu kamu jangan lepaskan. Ayo pergi, makan sarapan. Aneh sekali, hari ini terasa sangat lapar" Tania meloncat dari pangkuannya dan menariknya keluar. Ketika dia membelakanginya, dia diam-diam menghela nafas lega.

Wajah tampan Vincent sedikit berat. Dia harus mempercepat gerakannya, dia tidak bisa terus seperti ini.

Tania dan Vincent turun ke bawah, Keluarga Tania semuanya duduk di bawah ...

“Hei - apa yang terjadi hari ini, semuanya kok bangun pagi.” Tania melihat ayah, ibu, kakak dan kakak iparnya duduk di ruang tamu, dan merasa terkejut.

Semua orang memandangnya dari atas ke bawah, mereka sangat gugup, memandangnya dengan sangat jelas. Dia sangat energik dan bahagia, seolah-olah tidak tahu bahwa dia telah mengalamai kecelakaan.

“Apakah kalian sudah sarapan? Aku mau pergi sarapan diluar dengan Vincent, ayo kita pergi makan bersama.” Tania tidak menyadari kelainan pada keluarganya, berkata sambil tersenyum...

“Kami sudah makan, kamu pergi saja bersama dengan Vincent, udaranya bagus di pagi hari, saatnya sangat cocok untuk keluar.” Siska berkata dengan tergesa-gesa, jika putrinya tidak ingat, itu lebih baik.

Tania tersenyum, dan pergi bersama Vincent.

Setelah mereka pergi, keluarga Tania ribut ... "Ayah, sebenarnya apa yang terjadi , Tania tampaknya tidak mengingat apa-apa, dia tidak amnesia kan?" kata Johan.

“Aku pernah mendengar bahwa setelah ketakutan atau trauma, maka orang itu akan melupakan apa yang terjadi pada saat itu" Levita menerusi kata-kata suaminya.

"Jika itu benar, maka jangan biarkan Tania tahu. Dia sekarang sangat stabil dengan Vincent, aku tidak ingin dia terjerat dengan keluarga Alex lagi," kata Siska. Meskipun Alex masih di rumah sakit. Masih belum keluar dari bahaya.

Ayah Tania berpikir, seharusnya perlu memberi tahu putrinya tentang masalah ini, tetapi apa yang dikatakan istrinya juga masuk diakal. Setelah menghabiskan waktu satu tahun, dia akhirnya bisa keluar dan memulai kehidupannya yang baru. Ia juga tidak ingin melibatnyaknya dalam pusaran air itu lagi.

Huh, apa yang harus dilakukan?

Tania dan Vincent pergi ke restoran terbuka untuk sarapan dan menikmati sinar matahari yang cerah.

"Hari ini tanggal 20, lima hari lagi adalah tanggal pembukaan bisnisku. Aku tidak tahu apakah renovasinya keburu atau tidak." Tania berkata sendiri.

Vincent memegang pisau dan garpu lalu berhenti sejenak. Sebenarnya, hari ini sudah tanggal 21, dan dia tidak mengingat apapun sejak dia pergi ke Bar.

"Tania, tampaknya kamu telah bingung. Hari ini tanggal 21, kemarin tanggal 20. Kamu terlalu fokus pada renovasi jadi salah mengingatnya" katanya dengan nada tenang dan tersenyum.

"Ah? Hari ini tanggal 21? Mustahil. Hari ini jelas-jelas tanggal 20, aku tidak akan salah ingat, kamu yang salah ingat. Baiklah, aku mau pergi ke toko dulu" kata Tania. Dia makan dengan kenyang, membersihkan mulutnya dan bangkit.

Vincent berhenti bicara. Dia tidak memaksa untuk memperbaikinya, karena itu akan membuatnya curiga. Salah mengingat hari itu normal. Dia berpikir, bahkan jika dia tahu bahwa hari ini adalah tanggal 21, paling banyak dia hanya akan mengira dirinya salah igat hari saja.

Dia juga bergegas "Ayo pergi, aku akan mengantarmu."

"Tidak perlu, kamu pergi bekerja saja," Tania menolaknya.

"Tidak masalah, biarkan aku mengantarmu," Vincent bersikeras untuk mengantarnya. Dia juga tidak memiliki cara lain,lalu membiarkannya untuk mengantarnya.

Ketika tiba di toko, Tania menjadi bodoh. Apakah itu ilusinya? Dia merasakan bahwa renovasi tokonya mengalami banyak kemajuan.

Vincent melihat keraguannya dan berkata, "Memang begitu. Semalam aku tidak bisa tidur, dan berpikir untuk mencoba menggantungkan sesuatu, lalu aku pun datang kemari."

"Pantesan, Kamu sebenarnya tidak perlu seperti itu. Bagaimanapun aku tetap harus berterima kasih padamu." Tania memahaminya dan tersenyum. Dan tidak lagi merasa aneh.

Pekerja lain mengangguk dan tersenyum padanya. Dia juga dengan hormat memberikan senyum balik. Vincent pergi ke perusahaan. Tania melihati mereka bekerja. Ketika dia lelah, dia pun masuk ke dalam dan melihat kalender yang tergantung di dinding. Dia tercengang. Ya Tuhan, hari ini ternyata tanggal 21.

Namun di otaknya, jelas bahwa seharusnya tanggal 20. Apakah dia benar-benar salah ingat?

Di dalam rumah sakit.

Anlice menangis di luar ruang steril, wajahnya tertegun, memandangi putranya yang penuh dengan kateter, dan air matanya terus mengalir di pipi.

Mengapa Tuhan membuatnya menyaksikan kematian suaminya, dan sekarang melihat putranya lagi. Memikirkan kematian suaminya dalam kecelakaan mobil waktu itu, emosinya terbangkit "Tidak, Kamu pasti bisa. Anakku, kamu tidak akan mati. Ibu mencintaimu, kamu harus bangun. "

“Kakak ipar, Kamu tidak boleh begitu, kamu harus menjaga tubuhmu sendiri.” Michael datang untuk mengangkat tubuhnya. Dia tahu bahwa dia menderita asma, jika emosionalnya naik, itu akan kambuh. Jadi biasanya orang-orang keluarga Alex, selalu mengalah padanya.

"Jika Alex tiada, untuk apa aku hidup, untuk apa aku menjaga diri?"

Novel Terkait

The Sixth Sense

The Sixth Sense

Alexander
Adventure
4 tahun yang lalu
Loving The Pain

Loving The Pain

Amarda
Percintaan
5 tahun yang lalu
Menantu Hebat

Menantu Hebat

Alwi Go
Menantu
4 tahun yang lalu
Dark Love

Dark Love

Angel Veronica
Percintaan
5 tahun yang lalu
You're My Savior

You're My Savior

Shella Navi
Cerpen
5 tahun yang lalu
The Comeback of My Ex-Wife

The Comeback of My Ex-Wife

Alina Queens
CEO
4 tahun yang lalu
Wanita Pengganti Idaman William

Wanita Pengganti Idaman William

Jeanne
Merayu Gadis
5 tahun yang lalu
Mr. Ceo's Woman

Mr. Ceo's Woman

Rebecca Wang
Percintaan
4 tahun yang lalu