Terpikat Sang Playboy - Bab 419 Nico Memeriksa Kamar

Raut kedua orang itu terlihat amat sangat menderita, terlebih lagi Vincent. Ia terlihat sama seperti hampir mati, wajahnya seputih kertas seperti tanpa sengaja memakan lalat. Ia merogoh kasar kerongkongannya dan lebih merasa mual lagi dengan muntahannya. Biasanya jika ada sedikit kotoran saja di bajunya, ia akan dengan segera mencucinya. Apalagi dengan makanan yang ia makan, ia akan bersikap lebih ketat. Tidak peduli di rumah maupun di kantor, tidak boleh ada sedikitpun aroma aneh di ruangannya. Baik harum atau bau, ia sama-sama tidak menyukainya. Ia terlihat lahir dengan normal, namun sebenarnya ia lahir dengan kepribadian yang sulit terpuaskan.

“Itu... Maaf, aku bukannya sengaja. Vincent, kamu tidak apa-apa, bukan?” Tania sibuk mengambilkan air putih untuk Vincent berkumur.

Tentu saja ia lebih dulu memperhatikan pasien. Paling ia hanya akan marah sedikit dengan suaminya sendiri, itu tidak masalah. Apalagi kalau kondisi mereka dibandingkan, ia tahu bagaimana Vincent yanng sangat menyukai kebersihan merasa lebih hancur dengan kondisi ini.

Vincent menegak air mineral yang diberikannya dan memuntahkannya ke lantai. Tania menepuk-nepuk punggung pria itu dan dengan panik bertanya “Sudah baikan belum? Apa kamu mau minum air lagi?”

Alex merasa tertekan. Mana ada istri seperti ini yang tidak lebih dulu memperhatikan suaminya sendiri dan malah lebih dulu mengurus orang di masa lalunya? Tapi sekarang ia tidak memiliki waktu luang untuk menghukum wanita itu. Alex langsung berlari ke toilet dan membuka keran air untuk mencuci dan mengelap mulutnya. Ia sudah sebesar ini dan ini adalah pertama kalinya ia berciuman dengan pria. Apalagi dengan pria yang adalah rival cintanya. Benar-benar memuakkan.

Di luar, Tania membantu Vincent membersihkan mulutnya sambil mengelap mulut pria itu dengan tisu. Sebotol air mineral sudah diminum habis oleh Vincent, sedangkan di lantai adalah muntahannya yang berantakan.

“Bagaimana? Apa kamu masih mual?”

Vincent tengkurap disitu. Sekarang saat ia teringat dengan benda yang mengalir dari dalam mulut Alex ke dalam mulutnya lalu ke dalam kerongkongan dan ke dalam lambungnya, ia merasa mual sampai-sampai lambungnya keram. Muntah saja tidak cukup, sepertinya ia harus mencuci lambungnya.

Di luar kamar rawat pasien, Nico beserta dokter bawahannya datang untuk melakukan kunjungan. Baru saja ia masuk, ia langsung mengejutkan orang-orang di dalam kamar yang terlihat sangat berantakan. Suster langsung memanggil petugas kebersihan untuk membersihkan muntahan yang ada di atas lantai.

Nico dan dokter bawahan yang dibawanya bergegas masuk ke dalam kamar, mereka mengira ada respon yang tidak baik setelah Vincent sadar yang membuatnya muntah.

“Istri kakak sepupu, makanan apa yang kamu berikan padanya? Kenapa bisa sampai begini?” tanya Nico yang berdiri di samping sambil mengamati wajah Vincent.

“Ini... Ini itu...” Bagaimana Tania harus menjelaskan pada Nico? Bagaimana caranya memberitahu kenyataan bahwa Vincent muntah karena dicium oleh Alex?

“Kenapa? Apakah hal ini tidak boleh dibicarakan?” Melihat Tania yang terbata-bata, Nico pun merasa sangat aneh.

Vincent menggeleng-gelengkan kepalanya kepada Tania, memberikan isyarat kepadanya untuk tidak bicara. Ia tidak ingin ada orang lain lagi yang tahu hal yang begitu memalukan ini. Alex pun keluar dari kamar mandi, “Tidak ada apa-apa. Vincent hanya tidak terbiasa mencium aroma sup ayam, makanya muntah seperti ini.”

“Hanya mencium bisa muntah seperti ini?!!” tanya Nico karena ia merasa curiga. Ini aneh. Ekspresi istri kakak sepupunya tidak benar, respon Alex aneh, dan kondisi Vincent juga tidak seperti yang biasanya.

“Benar, mungkin ada organ tubuhnya yang belum bekerja dengan sempurna.” ujar Alex sambil tertawa garing. Saat ia melirik sekilas bibir Vincent, ia merasa ingin muntah lagi dan ia tidak bisa menahannya.

Nico yang melihatnya merasa lebih tertarik, “Hahaha... Sepertinya muntah ini bisa menular, ya? Alex, apakah kamu juga tidak bisa mencium aroma sup ayam?”

Tania sedikit berkeringat kikuk...

“Kenapa kamu malah berbasa-basi seperti ini? Cepat berikan ia perawatan.” Alex melampiaskan kegelisahannya karena takut ketahuan dengan memarahi Nico. Ia juga dengan tidak wajar memiringkan tubuhnya.

Vincent menggunakan sorot mata yang sangat kelam dan dingin menatap Alex. Ia benar-benar ingin lompat, memutar, dan mematahkan otak anak ini. Sorot matanya itu benar-benar menunjukkan bahwa Vincent sangat membenci musuhnya itu sampai-sampai ia tidak sudi untuk berada di bawah langit yang sama.

Napas Tania terpaksa tertahan saking gelisahnya. Untungnya Vincent tidak memiliki tenaga untuk membunuh walaupun ia sekarang ingin membunuh Alex. Tidak heran, “mencium vulgar” seseorang saja sudah buruk. Apalagi ternyata ia malah mencium Alex. Ia benar-benar akan gila.

Nico menunduk dan tersenyum, dengan tatapan penuh maksud ia melihat semangkuk sup yang ada di rak diatas kepala ranjang dan berkata, “Apakah benar-benar karena meminum sup ayam ini? Tidak dapat dibayangkan, sepertinya sangat perlu untuk melakukan pemeriksaan keseluruhan. Sangat tidak boleh untuk muntah setelah memakan sesuatu. Alex, apakah kamu juga mau sekalian diperiksa?”

“Tidak perlu—” ujar Alex sambil mengeratkan gigi.

“Bawa semangkuk sup ini untuk diperiksa secara kimiawi, mungkin saja didalamnya ada racun.” Nico mengambil selembar tisu, dengan sangat hati-hati dan waspada ia mengambil sup itu dan menyerahkannya kepada suster, “Nanti antarkan pasien untuk melakukan pemeriksaan badan secara keseluruhan.”

“Baik, direktur. Sekarang saya akan mengantarkan sup ini ke pusat pemeriksaan.” Suster itu mengambil sampel sup itu dan keluar.

Tania berjalan menghampiri Nico, ia menarik-narik kemeja pria itu, “Nico, menurutku tidak perlu sampai seperti itu. Kondisi tubuh Vincent sangat baik, tidak ada hubungannya dengan sup ayam itu. Tidak perlu melakukan hal berlebihan yang tidak berguna seperti ini.”

“Oh—, kalau begitu ada hubungannya dengan apa? Kalau kamu bisa mengatakannya, aku tidak akan memeriksanya.” Nico tersenyum sambil berjalan mendekati Tania, ia ingin mengetahui rahasia ini dari mulut wanita itu.

“Mereka berdua hanya—” Hati Tania mengatakan bahwa tidak akan ada hal serius yang dapat terjadi walaupun ia mengatakannya dengan jujur. Yang jelas, ini semua hanya kecelakaan saja.

“Tidak ada hubungannya—” Alex dan Vincent berteriak dengan gugup di waktu yang bersamaan. Jangan sampai Tania mengatakannya. Kalau tidak, selanjutnya mereka tidak akan punya muka untuk bertemu orang lain. Dibandingkkan dengan melakukan pembunuhan atau pembakaran, hal ini juga merupakan hal yang memalukan.

Tania langsung menghentikan suaranya. Ia mengunci rapat bibirnya dan menelan suaranya kembali ke dalam perutnya.

“Sebenarnya apa yang terjadi? Mereka berdua... Tidak ada hubungan apapun?!! Perkataan kalian menarik, benar-benar menarik.” Karena Nico masih harus mengunjungi kamar pasien lainnya, jadi ia tidak memiliki waktu untuk menyelidiki masalah ini sampai ke akarnya. Tapi ia yakin pasti ada perkara yang sangat amat menarik di baliknya, “Istri kakak sepupu, aku masih harus memeriksa pasien lainnya. Nanti aku akan datang lagi. Mengenai pemeriksaan tubuh secara keseluruhan, ini harus dilakukan untuk pasien-pasien yang kembali sadar dari komanya. Bukan sesuatu yang terlalu berlebihan.”

“Baiklah kalau begitu.” Tania hanya bisa menyetujui jawaban Nico yang seperti itu.

Nico membawa dokter lainnya dengan teratur pergi dari situ. Alex dan Vincent menghembuskan napas lega. Yang satu duduk kaku diatas sofa, sedangkan yang satu lagi terbaring dan menghela napas.

“Kalau berciuman ya cium saja, apalagi hanya bibir ketemu bibir. Lagipula bukan ciuman yang menggebu. Bukan sesuatu yang serius.” Tania ingin menghibur mereka, tapi ternyata yang menyambutnya adalah tatapan dingin dari mereka.

Alex menunjuk istrinya, “Masih berani bilang begitu? Ini semua salahmu! Kalau tidak masalah, untuk apa kamu menekan kepalaku? Kenapa tidak ditarik ke arah luar saja dan malah ditekan ke bawah?!”

“Aduh—” Tania tidak senang mendengar omelan Alex, kedua tangannya berkacak pinggang dan ia berkata, “Sebenarnya siapa yang kurang kerjaan? Siapa yang membuatku tidak bisa dengan tenang menyantap sarapan? Kalau kamu tidak menggoda Vincent, mana mungkin terjadi kecelakaan seperti ini. Sendirinya tidak mengaku salah tapi masih saja menyalahkanku. Lagipula kalian juga sudah ciuman, jadi mau bagaimana lagi.”

“Tadi aku muntah, ia juga muntah. Aku begitu dekat denganmu tapi kamu bukannya datang menghiburku malah melakukan hal yang tidak perlu dengan merawatnya. Aku sangat tidak puas dengan hal ini.” ujar Alex sambil memelototi Tania.

“Aku tidak memukulmu dan tidak memarahimu saja sudah bagus. Vincent adalah pasien dan kamu tahu ia punya COD, tapi kamu malah menjahilinya seperti itu. Ia belum makan sesuap pun dan malah muntah sejadi-jadinya. Kamu masih merasa pantas tidak puas? Apa yang membuatmu tidak puas?!” Tania mendekati Alex dengan raut yang sangat marah.

Alex dengan cepat mendekapnya, “Aku tidak puas saja. Aku adalah suamimu, sekarang aku ingin merubah rasa memuakkan di mulutku ini.” Alex tersenyum nakal dan mencium pipi wanita yang sangat lembut itu. Istrinya benar-benar membawa udara baru yang segar untuknya. Rasa mual yang sebelumnya terus melekat dalam sekejap hilang.

Novel Terkait

The Richest man

The Richest man

Afraden
Perkotaan
4 tahun yang lalu
Diamond Lover

Diamond Lover

Lena
Kejam
4 tahun yang lalu
You're My Savior

You're My Savior

Shella Navi
Cerpen
5 tahun yang lalu
Meet By Chance

Meet By Chance

Lena Tan
Percintaan
4 tahun yang lalu
Si Menantu Dokter

Si Menantu Dokter

Hendy Zhang
Menantu
4 tahun yang lalu
My Lady Boss

My Lady Boss

George
Dimanja
4 tahun yang lalu
My Lifetime

My Lifetime

Devina
Percintaan
4 tahun yang lalu
Love From Arrogant CEO

Love From Arrogant CEO

Melisa Stephanie
Dimanja
4 tahun yang lalu