Terpikat Sang Playboy - Bab 101 Kenapa Kamu Semenentang Ini!

Tania mengatur hatinya dan berkata, “Sebenarnya, seucap kata maaf tidak cukup bagiku untuk seluruhnya memaafkanmu. Tapi aku juga mengakui, aku tidak terlalu membencimu lagi begitu tahu masa kecilmu yang begitu tragis dan semua kesalahpahaman yang mengakibatkan semuanya ini. Dari benci sampai tidak, rasanya transisinya sangat alami. Seperti tidak ada bekasnya. Aku tidak membencimu, hanya saja perasaan indah yang pernah muncul terhadapmu sudah tidak terasa lagi sekarang. Apakah kamu mengerti?”

Vincent sesaat terkulai kecewa “Apakah semua kesalahan yang terjadi memang menyebabkan tidak ada cara untuk kamu kembali? Dari dulu sampai sekarang, aku masih tidak bisa percaya kalau cintamu begitu dangkal.”

“Mungkin memang dari awal bukan cinta, hanya semacam perasaan suka saja.” Tania sudah pernah merasakan bagaimana mencintai seseorang sampai merasuk tulang dan juga sudah merasakan bagaimana menghadapi kehilangan orang itu.

“Tidak masalah, kita bisa memulai dari awal. Aku bisa membuatmu terus menyukaiku, lalu perlahan mencintaiku.” Vincent berkata dengan yakin. Yang paling penting adalah menunggu sampai Tania kehilangan, baru wanita itu bisa memahami bahwa dari awal Vincent selalu mencintainya dengan dalam.

“Vincent, kita yang sekarang ini tidak mungkin lagi bersama. Lepaskanlah. Dengan penampilan dan kekuatanmu, berapa banyak wanita yang kamu inginkan pun pasti ada.” Tania tidak ingin memberikannya harapan yang tidak realistis, ia juga tidak mau memberikan hatinya masalah lain yang merepotkan.

Vincent tertawa pahit, “Dalam duniaku, hanya kamu yang aku inginkan. Di dunia ini, bukan berarti bisa seenaknya menganggap yang hampir sama itu sebagai pengganti. Aku bisa menunggu. Apa yang aku lepaskan sendiri, aku sendiri pula yang akan mendapatkannya kembali”.

“Kamu yang seperti ini sangat menyakitkan. Seperti dulu, bukankah dulu kamu begitu baik dengan Jane? Jangan menyakiti dirimu sendiri, santailah sedikit.” Tania menyemangatinya. Pria ini adalah pria yang pernah membawanya jatuh dan sekarang menjadi seperti ini untuk mendapatkannya kembali. Tapi yang dirasakan Tania hanyalah kesedihan.

“Aku kira kamu akhirnya bisa sedikit pintar menebak. Aku dan Jane hanya bagian awal dari rencana balas dendam saja. Tidak peduli bagaimana pikiranmu sekarang, aku tidak mungkin gentar. Dari awal, aku tidak pernah berpikir untuk melepaskanmu, kamu sendiri yang memilih untuk pergi. Aku telah menyepelekanmu karena aku berpikir pada akhirnya kamu adalah milikku.” Vincent berbisik.

Hati Vincent terasa sakit. Sepertinya tidak ada yang bisa ia lakukan untuk memiliki Tania kembali. Perasaan ini membuatnya sama hancurnya seperti yang dirasakannya saat ibunya meninggalkannya.

“Makanlah, selesai makan aku mau pulang. Aku masih berstatus istri orang.” Tania tidak mau mempersulit Vincent lagi. Ia mengangkat sumpitnya dan mulai makan.

“Apakah kamu bahagia? Tania, jangan berpura-pura. Aku tahu Alex sudah lama tidak mempedulikanmu, ia selalu bersama kekasihnya. Ia tidak bisa memberikanmu kebahagiaan, ia hanya bisa memberimu kesengsaraan dan kesedihan tanpa akhir—”

“Kamu... Cukup—” Tania meletakkan sumpitnya dengan keras, badannya mulai bergetar dan napasnya mulai terengah-engah. “Aku sudah kenyang, kau makan saja sendiri—”

Tania lalu mengambil tasnya, dan dengan hati yang sakit berjalan keluar rumah makan itu.

Vincent berhasil mengejar Tania di ujung jalan dan memeluknya dari belakang dengan erat, “Jadi semua ini salahku, Tania. Kembalilah ke sisiku, kita hidupkan kembali waktu. Kembali ke saat kamu berdiri di atas podium itu, hari itu saat kamu dengan suara keras bilang bahwa kamu menyukaiku. Kembali ke saat kamu memberikan ciuman pertamamu kepadaku. Aku tidak bisa hidup tanpamu”.

Tidak tahu apakah perkataan Vincent yang terlalu sentimental atau hati Tania yang sekarang ini terlalu bersedih, Tania memutar badannya memeluk Vincent. Ia menenggelamkan wajahnya dan mulai menangis di dada Vincent.

Begitu dihargai, begitu diperlukan, dicintai begitu dalam. Seperti hujan gerimis yang mulai turun membasahi hatinya yang kering dan tandus. Walaupun itu tidak bisa menyelamatkannya, tapi bisa menusuk kesadarannya sendiri.

Tania adalah manusia yang hidup, ia juga punya perasaan. Ia bisa merasa sedih, juga bisa menangis.

Vincent memeluknya dengan erat, seolah-olah ia mau memasukkan Tania ke dalam tubuhnya sendiri. Ia mencium sayang rambut halus Tania, hatinya merasa begitu bersemangat.

Vincent percaya, ia bisa merebut kembali hati Tania.

Di tengah jalan besar, pelukan kedua orang ini terlihat begitu sedih dan indah di mata orang lain. Orang-orang yang sambil lalu pun memperhatikan mereka, bahkan ada orang yang mengambil ponsel dan merekamnya. Ini semua murni karena memang suasana ini sangat menyentuh.

Vincent lalu mengantar Tania pulang kembali ke taman kaca. Ini adalah pertama kalinya ia datang ke sini, ternyata adalah sebuah tempat yang bagus.

Perbedaan paling antara dirinya dan Alex adalah kehidupannya yang sangat miskin sedari Vincent kecil. Ia harus merasakan begitu banyak kepahitan, segala sesuatu yang dimilikinya sekarang adalah hasil dari hanya mengandalkan kerja kerasnya sendiri. Sedangkan Alex, ia langsung menjadi tuan muda yang kaya raya begitu lahir. Ia tidak perlu takut menghamburkan kekayaannya, ia menjadi favorit semua orang.

“Sampai sini saja. Terima kasih sudah mengantarku pulang, dan juga—, kau jangan salah paham dengan hal yang tadi. Itu hanya waktu yang tepat untuk pelampiasanku saja.” Selesai bicara, Tania pun berjalan turun.

“Tania, aku akan selalu menunggumu sampai hari kebebasanmu!” Vincent menjulurkan kepalanya keluar dan berteriak.

Tania tidak menjawab. Ia berjalan menuju bangunan yang berwarna gelap, menekan nomor kunci, dan berjalan masuk.

Vincent menyetir mobilnya meninggalkan taman kaca. Saat itulah, ia berpapasan dengan sebuah mobil Lambhorgini. Lampu penerangan bersinar terang, membuat mereka bisa saling melihat wajah satu sama lain. Alex tidak mempercayai mata kepalanya sendiri, seseorang yang membuatnya paling geram baru saja keluar dari rumahnya.

Tania menanggalkan bajunya dan mandi, membiarkan air mengalir membasuh bersih kepalanya yang mulai pusing.

Setelah selesai mandi, ia membuka pintu dan berjalan keluar. Tania melompat terkejut melihat Alex yang sedang duduk di atas sofa.

Tania tidak berbicara apapun dengan Alex, dan mengurus dirinya sendiri dengan mengeringkan rambutnya. Menurut Alex, kamar ini sudah menjadi sangat asing. Sama seperti Tania ketika melihat Alex di dalam kamar ini. Baginya, Alex terasa seperti orang asing yang menerobos masuk.

“Sekarang kamu malah terkejut setengah mati ketika melihat suami sendiri. Padahal saat aku tidak ada, kamu juga tidak sendirian di dalam kamar kosong ini, bukan?” Alex berjalan ke belakang punggung Tania, nada bicaranya terdengar aneh.

Tania tidak mempedulikan Alex. Setelah ia mengeringkan rambutnya, Tania berjalan melewatinya, naik ke atas kasur, lalu tidur.

Alex berjalan ke pinggir kasur dan membuka selimut Tania “Bukankah kamu begitu hebat dalam memarahi orang? Kenapa hari ini diam saja seperti orang mati?”

Tania mengambil selimutnya kembali dan menyelimuti tubuhnya, lalu menutup mata dan meneruskan tidur. Alex merapatkan bibirnya. Sikap Tania yang tidak ingin berdebat dengannya dan tampak tidak ingin mencari ribut dengannya membuat Alex semakin terbakar emosi. Apakah Tania begitu malas meresponnya? Kalau begitu ia sendiri yang akan memaksanya berbicara.

Alex sekali lagi menyibakkan selimut. Ia naik ke atas kasur dan merobek bagian atas baju tidur Tania, telapak tangannya yang besar menutupi buah dada Tania.

“Singkirkan tanganmu, kamu membuatku merasa jijik.” Tania menarik turun tangan Alex dan turun kabur dari kasur. Akhir-akhir ini kepalanya penuh dengan adegan Alex dan Linda. Sekujur tubuh pria ini penuh dengan aroma wanita lain, membuat Tania ingin muntah.

“Jijik pun kamu harus menurutiku.” Alex mengejar Tania dari belakang dan menekan tubuhnya di atas lantai kayu. Ia membuka celananya sendiri dan dengan lututnya meregangkan kedua kaki Tania. Tanpa pendahuluan apapun, Alex memasukkannya ke dalam tubuh Tania dengan paksa.

“Ah—, keluar, aku tidak mau disentuh olehmu.” Tania merasa ia sedang bersentuhan dengan tubuh Linda secara tidak langsung dan merasa jijik. Ia menjadi seperti orang gila yang meronta menolak. Bibir Alex merambat turun dan Tania menghindar ke kiri dan ke kanan. Sampai pada akhirnya, Tania pun muntah.

Hati Alex merasa sangat terluka. Sekarang Tania menjadi begitu sulit menerimanya, bahkan sampai muntah untuk mempertahankan dirinya. Tubuhnya yang kaku dan kering semakin memberitahu Alex bahwa Tania sekarang sangat menderita. Bahwa sekarang, tubuhnya sedang menolak sentuhannya.

Mengapa bisa begini, mengapa?!

Novel Terkait

I'm Rich Man

I'm Rich Man

Hartanto
Merayu Gadis
4 tahun yang lalu
Wanita Pengganti Idaman William

Wanita Pengganti Idaman William

Jeanne
Merayu Gadis
4 tahun yang lalu
Too Poor To Have Money Left

Too Poor To Have Money Left

Adele
Perkotaan
3 tahun yang lalu
Cinta Yang Paling Mahal

Cinta Yang Paling Mahal

Andara Early
Romantis
3 tahun yang lalu
See You Next Time

See You Next Time

Cherry Blossom
CEO
5 tahun yang lalu
Unplanned Marriage

Unplanned Marriage

Margery
Percintaan
4 tahun yang lalu
Akibat Pernikahan Dini

Akibat Pernikahan Dini

Cintia
CEO
4 tahun yang lalu
Suami Misterius

Suami Misterius

Laura
Paman
3 tahun yang lalu