Terpikat Sang Playboy - Bab 153 Tidak Akan Kuhitung Sampai 3!

Dua perempuan yang sedang marah besar menaiki taksi dan menuju ke rumah keluarga Tania.

Pada hari terjadi masalah itu setelah memeriksa Tania, yang membuat kaget adalah dia tidak terdapat luka dalam, Vincent langsung mengurus untuk keluar dari rumah sakit., waktu itu dua keluarga itu terdapat konflik yang sangat parah, jadi dia berpikir, kalau tidak terluka, lebih baik langsung pulang ke rumah, daripada tidak berani bertemu dengan mereka di rumah sakit.

Setelah Jimmy pulang dari luar, melihat mereka sudah tidak berada di sana, dia berpikir sepertinya mereka mencari Udara segar di luar.

Setelah Tania pulang, dia tidak masuk ke dalam rumah, tetapi dia duduk di ayunan yang ada di halaman rumahnya sendiri, mengelus elus dadanya, dia tidak tahu kenapa merasa sangat sedih, tetapi dia tidak tahu apa yang membuatnya sedih, hatinya seperti bukan milik hatinya sendiri.

Di tempat jauh, ada sebuah mobil merah berhenti di depan rumahnya, ada dua orang yang turun dari mobil itu.

Ini..... Tania bangun dari tempat kursinya, dia melihat dua perempuan berjalan ke arahnya, bibi dan mamanya Alex, apa yang ingin mereka lakukan datang ke rumah Tania.

Dia tidak tahu apa yang ingin mereka lakukan.

Tapi ketika melihat wajah mereka yang marah, dia tahu sepertinya ada yang tidak beres.

"Kalian ada urusan apa?" Tania bertanya kepada mereka.

Liona dan Anlice terdiam, mereka mengira dia setidaknya ada sedikir rasa bersalah, ternyata dia seperti orang yang tidak peduli yang bertanya kepada mereka.

"Menurut kamu ada masalah apa tidak, kamu bisa baik baik saja dan duduk disini sambil berjemur, apakah kamu tahu siapa yang memberimu keberuntungan, kalau bukan Alex, kamu pasti sudah mati, tapi sekarang, kamu malah tidak mati, dan Alex sebentar lagi akan mati....." Liona berbicara sambil menangis.

Anlice tidak basa basi dan menariknya"Kembalikan Alex kepadaku, seharusnya kamu yang mati bukan anakku,kamu pergi ke rumah sakit, kembalikan nyawa anakku....." Dia seperti orang gila menarik rambut dan lengannya Tania.

"Kalian... Apa yang sedang kalian candakan, aku...aku tidak pernah bertemu dengan Alex, aku tidak mungkin menyakitinya, apa kalian gila. kalian pergi pergi dari sini" Tania mendorong Anlice.

Mereka berbohong, dia tidak pernah bertemu dengan Alex, tetapi wajah mereka yang sangat serius ini sangat menakutkan.

"Dasar tidak punya hati, Alex sedang berbaring di rumah sakit, dia bisa mati kapan saja, tega sekali kamu bilang tidak pernah bertemu dengannya.".

"Kapan saja...." Tania terkejut, dia tidak bisa bernafas, air matanya mengalir di wajahnya dan jatuh di punggung tangannya, dia tidak berani mengatakan mati maupun pergi, dia tidak berani mengatakannya, mendengarkan apalagi memikirkannya.

Dia menggaruk kepalanya dan berjalan tidak jelas, dan akhirnya dia percaya bahwa mereka dating hanya untuk membuat keributan, Alex pasti masih baik baik saja.

"Kalian pergi, pergi, aku tidak ingin mendengarkan kalian omong kosong di sini" Mimik wajahnya datar, dia tidak bisa menahan air matanya.

Anlice tiba tiba jatuh ke tanah, dia berteriak sambil menangis "Kembalikan anakku, kembalikan, apa yang kamu mau akan aku beri, aku hanya ingin anakku kembali, dia tidak boleh mati, tidak boleh".

"Kakak ipar...." Liona berjongkok di sampingnya, "Tidak ada gunanya kamu memohon kepadanya, dia sekarang tidak mempercayai kata kata

kita, Alex sia sia menolongnya, malah nyawanya yang terancam, Tania, apakah kamu tahu, kenapa kamu tidak terluka sedikit pun, karena anak bodoh itu menolongmu, dia sendiri tidak bisa menahan tabrakan itu, kamu lihat saja, di seluruh tubuhnya dipasang pipa, dokter sudah berkali kali memberitahu keadaannya yang sudah tidak bisa ditolong, kamu tega sekali tidak menjenguknya."

Tania menutupi mulutnya, tak peduli cinta maupun benci, itu tidak perlu membayar dengan nyawa, tetapi sekarang, Alex membayar dia nyawa, awalnya dikira Alex sangat pintar, ternyata dia lebih bodoh dari Tania.

"Dimanakah dia, bawa aku kesana...." Tania berlutut dihadapan Anlice, dia menangis dan memohon.

"Berikan nyawamu kepadaku, kalau kamu mencintainya, silahkan berikan nyawamu padaku." Anlice memeluknya, dia menangis menangis dengan keras, dia sudah tidak bias menahan lagi, suami, anak, dua ini sudah menjadi bagian dari hidupnya, tetapi semuanya mendahului dia, dia lebih memilih mati terlebih dahulu.

Seandainya bisa, dia akan membayarnya, dia tidak mau nyawanya sendiri, dia tidak bisa menanggungnya.

Liona merangkul Anlice, dia mengantar Tania ke rumah sakit.

Pada saat di perjalanan, Tania memberutahu dirinya berkali kali bahwa ini hanya sebuah lelucon, hanya sebuah lelucon Alex, dia berharap pada saat dia bertemu dengannya, dia bisa berdiri dengan baik baik saja di situ, dan mungkin Tania akan memukulnya, Alex akan tersenyum.

Tetapi, ketika dia berdiri depan kamar pasien, dia melihat Alex terbaring di situ dan tidak sadar, dia langsung shock.

Nico menyuruh suster memberinya pakaian yang sudah steril "Masuklah, beri dia semangat, menurutku dia sangat berharap bisa mendengar suaramu, kalau ini adalah suara yang paling dia inginkan untuk didengar, aku rasa dia paling suka mendengar suaramu."

Tania sudah tidak bisa merasakan apa apa, dia sudah putus harapan, dia ingin melarikan diri, melarikan diri dari kesakitan ini.

Suster membantunya memakai baju itu dan dia masuk kedalam ruang pasien, semakin ia mendekat wajahnya semakin jelas, dia merasa ingin menutup matanya dan pergi, putus harapan yang seperti ini perlu keberanian.

Dia berdiri di depannya dan melihatnya, dia tidka bisa menahan air matanya :"Alex, tolong jangan bercanda, ini tidak lucu, kamu sangat hebat bermain, mengapa kali ini kamu bermain seperti ini, kamu berbaring disini dan tubuhmu penuh pipa, berpura pura mati juga tidak bisa membohongiku, aku sangat pintar, tidak akan terjebak, ayo bangun, aku hitung sampai tiga kalau kamu tidak bangun aku akan memukulmu, 1, 2 ......" Dia mengangkat tangannya, tetapi Alex tidak bergerak sama sekali, dia menahan agar tidak menangis, tetapi air matanya sudah membasahi seluruh wajahnya.

Dia tahu dia sendiri tidak akan menhitung sampai 3, karena dia akan menyimpannya sampai Alex sadar, kalau tidak dia sudah tidak punya harapan lagi.

"Alex, aku tidak akan bodoh untuk menghitung sampai tiga, kamu pasti akan sadar, pasti bisa hidup lagi, aku tidak ingin kamu mati, tidak ingin kamu mati...." Dia mendekati tangannya, air matanya mengalir ke telapak tangannya, dan mengalir ke dalam hatinya, sebenci apapun dia kepada Alex, dia tidak ingin Alex membayar nyawanya.

Alex yang terbaring disitu, yang awalnya dengan wajah yang tenang, alisnya yang lembut, di saat hari kondisinya semakin memburuk, dengan perlahan darah mengalir ke otaknya, kehangatan memberinya kekuatan, di electrocardiogram, sudah ada etak jantungnya Alex.

Novel Terkait

A Dream of Marrying You

A Dream of Marrying You

Lexis
Percintaan
3 tahun yang lalu
Loving The Pain

Loving The Pain

Amarda
Percintaan
4 tahun yang lalu
Balas Dendam Malah Cinta

Balas Dendam Malah Cinta

Sweeties
Motivasi
4 tahun yang lalu
After Met You

After Met You

Amarda
Kisah Cinta
4 tahun yang lalu
Menaklukkan Suami CEO

Menaklukkan Suami CEO

Red Maple
Romantis
3 tahun yang lalu
The Revival of the King

The Revival of the King

Shinta
Peperangan
3 tahun yang lalu
Wanita Pengganti Idaman William

Wanita Pengganti Idaman William

Jeanne
Merayu Gadis
4 tahun yang lalu
The True Identity of My Hubby

The True Identity of My Hubby

Sweety Girl
Misteri
4 tahun yang lalu