Terpikat Sang Playboy - Bab 228 Trik Apa yang Alex Mainkan Kali ini?!

Kalah bujuk dari beberapa gadis ini, ditambah dengan Tania sendiri yang juga ingin pergi, mereka pun memutuskan untuk menutup toko pukul tujuh malam dan kemudian bersama-sama pergi ke restoran itu.

Pukul tujuh malam.

Setiap hari Vincent akan datang sekitar waktu ini. Jika tidak membawa Tania makan di restoran, maka ia akan makan bersama Tania di rumah. Sesekali jika ia harus lembur atau dinas keluar, ia juga akan menelepon Tania untuk memberitahunya lebih dulu. Gadis-gadis di toko ini sangat kagum dan iri. Bagaimana mungkin bisa masih ada pria seistimewa ini.

Saat mereka sudah siap pergi, Vincent juga sampai.

“Kak Vincent, hari ini kakak tidak perlu membayar. Kami dan direktur mau pergi ke restoran Thailand yang baru buka itu. Ayo kakak juga ikut pergi bersama kami.” Ani dengan sopan berujar begitu melihat kedatangan Vincent.

“Baiklah. Tentu saja lebih baik ada makanan gratis.” Vincent tertawa asal.

Tania melihat sepertinya Vincent tidak mencurigai apapun dan malah nyaman dalam diam. Lagipula, sekarang banyak restoran yang baru buka yang bisa memberikan berbagai macam promo untuk mendatangkan pelanggan. Jika pertama kali mencoba rasanya enak, ke depannya pasti bisa menjadi pelanggan reguler. Jadi masuk akal juga jika Vincent tidak merasa ada yang aneh.

Sedangkan Tania juga baru bisa mengetahui adanya rahasia seperti ini karena Alex sudah memberitahunya lebih dulu.

Mereka berenam berjalan kaki bersama hingga sampai ke restoran Thailand tersebut. Di dalamnya sudah disesaki oleh pelanggan. Setiap pelanggan yang masuk mengambil selembar kartu undian terlebih dulu di pintu masuk, di atas kertas itu sudah tertulis sebuah nomor. Kemudian para pelanggan harus menunggu sampai pukul sembilan, saat pihak restoran akan mengadakan undian.

Tania mengambil selembar kartu undian dengan asal. Vincent awalnya tidak ingin mengambil, karena jika ia terpilih pun ia tidak bisa pergi. Tapi beberapa pegawai toko yang ada di belakangnya memaksanya untuk mengambil. Mereka mengatakan semakin banyak orang semakin banyak kemungkinan untuk terpilih. Karena Vincent tidak ingin merusak suasana hati mereka semua, akhirnya ia juga mengambil selembar kertas undian dengan asal.

Beberapa gadis dengan sukacita masing-masing mengambil selembar, berharap bisa memenangkan undian.

Ani yang berjalan paling depan, dengan matanya yang tajam dan tangannya yang cekatan sudah di sana merebut tempat duduk dan menunggu mereka datang. Karena gratis, tempat duduk pun sangat amat sesak. Seperti orang-orang yang berdesakkan di pasar.

Begitu Vincent yang sangat tampan dan mencolok, beberapa gadis dengan sengaja berdesakkan di dekatnya. Kedua alis Vincent yang hitam dan tajam pun menaik. Ia benar-benar tidak suka orang lain menyenggol dirinya, ia juga sangat membenci hembusan napas saat mereka mengendus.

Tania tahu Vincent adalah tipe orang yang memperhatikan kebersihan, jadi ia membantu untuk menghalangi orang-orang itu.

Dengan susah payah akhirnya mereka sampai di tempat duduk, sekujur tubuh Tania sendiri juga sudah berkeringat.

“Astaga, ini terlalu banyak orang! Apakah ini restoran? Sama sesaknya seperti di pasar.” ujar Amel sambil mengipasi dirinya dengan tangan.

“Kak Vincent, kalau nanti kakak menang undian, kakak pasti sangat sibuk bekerja jadi tidak ada waktu untuk pergi, bukan? Bagaimana kalau diberikan kepada kami saja?” Rita duduk di seberang Vincent dan berkata sambil tersenyum tulus berkata. Setiap kali melihat pria itu di toko, hatinya langsung melompat tanpa henti. Tapi ia hanyalah seorang gadis biasa, tidak berani memimpikan pria itu sebagai miliknya. Selama ada atasannya yang cantik seperti bidadari, apalah kualifikasi dayang-dayang seperti mereka.

“Tidak masalah! Kalau nanti menang undian, akan kuberikan padamu.” Vincent tertawa datar.

Tania yang berada di samping Vincent pun berpikir dalam hati. Kalau ternyata ia mendapatkan undiannya, apakah sebaiknya ia mengatakan ia akan pergi atau lebih baik tidak pergi?

“Direktur, apakah direktur akan pergi kalau mendapatkan undiannya?” Fely melihat Tania yang sepertinya sedang menjalin sesuatu di benaknya. Ia menerka apa yang sedang dipikirkan oleh atasannya itu dan bertanya.

“Aku, yah—, sebenarnya aku belum pernah pergi ke Thailand. Aku dengar sih lumayan menyenangkan. Sebenarnya dalam hati aku benar-benar terpikir untuk pergi ke sana setidaknya satu kali. Tapi karena toko baru saja buka, sepertinya juga tidak bisa pergi.” Tania tidak membuat kata-katanya terdengar yakin. Tersirat ia ingin sekali pergi di satu sisi, tapi di sisi lain ia seperti tidak peduli juga kalau tidak pergi.

“Tidak masalah kalau memang direktur menang undian. Direktur pergi saja, toko biar kami saja yang menjaga. Yang jelas karena pergi dengan tur, seharusnya tidak akan semembosankan kalau pergi sendirian.” ujar Ani yang berada di sampingnya sambil tertawa.

Tania merasa senyum gadis ini agak aneh. Ani... Tidak mungkin adalah mata-mata Alex, bukan?

“Tapi aku dengan hari ini akan mengundi empat orang. Ya Tuhan, lindungi aku dan tolong aku agar aku memenangkan undian.” Amel berdoa dengan ekstrim untuk mengatasi keputusasaan, membuat beberapa orang pun tertawa.

Hidangan makanan Thailand yang gratis pun datang, tapi yang membuat mereka sedikit kecewa adalah ternyata tidak semua menu gratis. Yang gratis hanyalah satu set makanan khas Thailand. Kalau ingin memesan menu yang lain, maka mereka harus mengeluarkan biaya tambahan.

“Haiya, bagaimana menjadi seperti ini? Aku kira semuanya gratis.”

Vincent pun tidak bisa menahan tawanya, “Bagaimana mungkin semuanya gratis? ini hanya sebuah strategi marketing untuk menarik pelanggan. Kalau benar-benar gratis untuk memesan menu apapun, lebih baik mereka langsung membuka gedungnya saja. Tidak apa, silakan pesan apapun yang kalian mau. Biar aku yang membayarnya.” Dari awal Vincent sudah tahu akan seperti ini. Kalau memang semuanya gratis, ia justru akan merasa sangat aneh.

Tania diam-diam mengagumi Alex. Pria itu pasti sudah terpikir bagaimana cerdasnya otak Vincent makanya ia tidak melebih-lebihkan judul promosinya agar Vincent tidak curiga.

Begitu mendengar bahwa Vincent akan mentraktir, beberapa gadis itu tanpa sungkan langsung memesan apa saja. Kepiting kari, udang besar goreng, tomyam, dan beberapa menu lain yang merupakan makanan khas Thailand. Mereka memesan semua yang bisa dipesan. Rasa makanan yang pedas dan menyegarkan, membuat mereka semua makan sampai benar-benar puas.

Pukul sembilan, pemilik restoran yang mengenakan kemeja bermotif bunga memulai menarik undian. Semua pelanggan menghentikan gerakan sumpitnya dan menunggu sambil menahan napas dengan gelisah. Asalkan gratis dan tidak perlu mengeluarkan biaya sendiri, mantau pun terasa lebih harum daripada aroma daging.

“Pegang baik-baik undian yang ada di tangan kalian, semoga kalian semua beruntung.”

Pemilik restoran itu tertawa sambil bicara. Ia mengambil sebuah nomor yang diundi dari tangan seorang pegawai, “Nomor 21! Nomor 21 yang beruntung ada dimana?”

Ani yang duduk bersama dengan Tania dengan senang melambai-lambaikan kertas yang ada di tangannya “Di sini! Aku menang undian, aku menang undian!” Dengan sangat bahagia Ani bangkit berdiri, reaksinya sangat heboh seperti memenangkan sebuah rumah.

Terlalu berlebihankah?! Tania merasa ekspresi Ani sedikit palsu, gadis itu tidak mungkin benar-benar adalah mata-mata, bukan?

“Selamat nona, anda memenangkan delapan hari berlibur ke Thailand! Anda sangat beruntung!” Pemilik restoran itu langsung melanjutkan mengundi dua orang, diantaranya adalah seorang mahasiswa dan seorang wanita yang sudah berumur.

“Masih ada satu keberuntungan terakhir, kita lihat kelopak bunga terakhir jatuh di rumah siapa!” Pemilik restoran itu tertawa penuh misteri. Tania secara tidak sadar mengencangkan genggamannya pada kertas undiannya. Taruhan ini sudah berlangsung cukup lama. Kalau yang terakhir diundi adalah dirinya, bahkan dewa pun tidak bisa memperhitungkan masalah yang muncul ditengah-tengah.

Bos restoran itu mengambil sebuah bola di dalam kotak dan dengan suara lantang berkata, “Nomor 52!”

Eh...

Tania tercenung, ia nomor 41! Apakah ia yang selama ini salah mengerti atau masih ada trik tersembunyi lainnya?!

“Siapa orang terakhir yang beruntung, tolong angkat tinggi-tinggi lembar undiannya!” Pemilik restoran itu tidak melihat ada orang yang segera mengangkat tangan. Ia melihat sekelilingnya sambil berteriak keras. Orang yang berada di bawah juga mulai berkomentar. Sebenarnya siapa yang mendapatkan undiannya? Kenapa responnya begitu lambat?

Rita dan Fely yang duduk di seberang Vincent melihat sebuah tanda yang sedari tadi tertimpa di bawah mangkuk. Dengan mengesankan ternyata tertulis nomor 52 besar-besar. Nasib baik!

Bola mata mereka membelalak dan dengan heboh berteriak “Di sini, di sini! Kak Vincent menang undian!”

Rita dengan heboh dan tergesa-gesa mengesampingkan piring yang menimpa kertas undian itu. Alhasil sisa kuah yang ada di piring itu pun tumpah ke tubuh Vincent. “Maaf Kak Vincent, biar aku bantu membersihkannya.” Rita mengelap dengan asal menggunakan handuk restoran. Begitu menyenggol kulit Vincent yang berotot, wajah kecil Rita yang lucu itu pun merona merah.

“Tidak usah, tidak apa, tidak apa...” Vincent menyingkirkan tangan yang dengan asal mengusapnya. Hatinya mulai merasa tidak nyaman. Ia memfokuskan pandangannya ke tanda yang berada di tangan Rita. Tunggu... Apakah ia baru saja memenangkan undian!!

Ter... terambil oleh Vincent. Benak Tania pun mulai berkabut, trik apa lagi yang Alex mainkan kali ini! Ia sedikit bingung!

Novel Terkait

After Met You

After Met You

Amarda
Kisah Cinta
4 tahun yang lalu
Mi Amor

Mi Amor

Takashi
CEO
5 tahun yang lalu
His Soft Side

His Soft Side

Rise
CEO
4 tahun yang lalu
The Break-up Guru

The Break-up Guru

Jose
18+
4 tahun yang lalu
Aku bukan menantu sampah

Aku bukan menantu sampah

Stiw boy
Menantu
4 tahun yang lalu
Cinta Yang Terlarang

Cinta Yang Terlarang

Minnie
Cerpen
5 tahun yang lalu
Love In Sunset

Love In Sunset

Elina
Dikasihi
5 tahun yang lalu
Demanding Husband

Demanding Husband

Marshall
CEO
4 tahun yang lalu