Terpikat Sang Playboy - Bab 116 Apakah Malam Ini Tiga Orang akan Tidur Bersama!

“Alex—, jelaskan padaku dengan jelas. Bagaimana masalah ini bisa terjadi? Kalau wanita asing berambut pirang ini adalah istrimu, lalu Tania adalah siapamu? Kau benar-benar berniat memasukkan aku yang sudah tua ini ke dalam peti mati lebih cepat, ya?” ujar kakek Alex sangat marah. Tekanan darahnya pun langsung naik dan ia memegang punuk lehernya. Sepertinya pembuluh darahnya akan segera pecah.

“Ayah—”

“Kakek—”

“Opa—”

Segenap anggota keluarga Alex terkejut dan langsung bangkit berdiri. Mereka langsung membantu kakek Alex untuk mengatur napasnya dan sibuk mengambil obat. Seharian ini Alex baru saja memberi ibunya obat asma, sekarang lagi-lagi memberi kakeknya obat penurun tekanan darah. Ia sendiri juga sebaiknya minum obat pembunuh serangga saja.

Setelah semua kekacauan berakhir, semuanya kembali duduk di tempat masing-masing.

“Alex, cepat jelaskan tentang masalah ini. Ini bukan lelucon, poligami adalah masalah yang serius.” Michael biasanya akan berkata tanpa ekspresi, tapi kali ini rautnya juga tertekuk. Setelah kematian dini kakaknya, Alexlah yang menjadi kesayangan keluarganya.

Kakek Alex meletakkan tangannya yang sudah menua untuk menutupi punggung tangan Tania, “Tania! Kau jangan bersedih, ada kakek yang akan selalu mendukungmu. Aku tidak akan mati sampai suatu hari nanti, jadi keluarga Alex tidak akan dikacaukan oleh orang lain.”

“Terima kasih, kakek.” Tania menatap kakek Alex dengan perasaan bersyukur. Besarnya rasa sayang kakek terhadapnya membuatnya akan segera menangis.''

“Tidak usah berterimakasih padaku. Kakek tahu kamu adalah anak yang baik, berwawasan luas, dan tahu sopan santun. Kakek pasti akan mendukungmu.” Sedangkan terhadap wanita asing itu, kakek Alex merasa kebalikannya. Yang ada di hadapannya sekarang adalah seorang wanita keturunan Chinese, sehingga wanita itulah yang akan mendapatkan kasih sayangnya seutuhnya.

Anlice dengan senang menarik Stella untuk duduk “Ayah, ayah kan sudah tua. Biar aku saja yang menyelesaikan masalah anakku.”

“Anakmu itu bernama Alex, Ia adalah cucu dari keluarga ini.” Jenggot kakek Alex yang berwarna putih kembali bergetar.

Para menantu juga setuju dengan pendapat kakek. Yang seorang mengaku sebagai bangsawan Perancis, statusnya sangat dihargai. Yang seorang lagi mengaku sebagai keturunan keluarga Alex, statusnya sangat dijunjung tinggi.

“Pa, kakak ipar paling besar, sebaiknya kita dengar dulu penjelasan Alex seperti apa, bagaimana?” Liona yang duduk di tepi menyela. Walaupun ia tidak menyukai Tania, tapi ia lebih tidak menyukai wanita setan berambut pirang ini.

Alex yang duduk di sisi Tania mengatur detak jantungnya yang berantakan, lalu berkata, “Dulu aku dan Stella memang pernah menikah di Perancis, tapi kami sudah lama bercerai. Ia bukan istriku, melainkan mantan istri.”

Segenap keluarga Alex akhirnya mengerti akar permasalahan ini.

Alex ingin mengelus Tania dari bawah meja. Tapi wanita itu malah menarik balik lengannya dan memelintirnya, membuat rasa sakit yang menyerangnya terasa seperti seluruh lapisan dagingnya tercabik.

“Anak nakal, kamu menikah di Perancis tanpa memberitahu kami. Dasar cucu durhaka.” Memikirkan hal ini membuat kakek Alex sangat marah, untung saja sekarang Alex sudah menikah.

“Ayah, Alex juga tidak memberitahuku mengenai pernikahannya kali ini. Aku adalah ibunya, bukankah ini lebih durhaka?” Dengan cekatan Anlice membalas, ia terlihat sangat angkuh. Seolah-olah tidak ada siapapun yang pantas untuk berada di pandangannya.

Liona tertawa dengan penuh maksud, “Kakak ipar, tapi sekarang kondisinya yang seorang adalah mantan istri, yang seorang adalah istri. Batasannya sudah digaris dengan sangat jelas, kau masih keberatan apa lagi? Lebih baik hargai saja keputusan Alex.”

“Yang kakak kedua katakan benar. Kakak ipar paling besar, seharusnya kau tidak membawa wanita itu ke sini. Kalau begini, semuanya menjadi kikuk.” Michael menambahkan.

Anlice tertawa dingin, “Inilah kenapa aku tidak suka dengan China, tertawa kalian semuanya palsu. Stella adalah menantuku dan ini tidak bisa diubah. Ke depannya kami ingin tinggal di taman kaca, dan aku juga memiliki hak ini.”

Benar, Anlice memang memiliki hak itu. Pada dasarnya ia adalah nyonya rumah ini, tidak ada seorang pun bisa melarangnya untuk mengizinkan siapapun tinggal di sini.

“Kmau boleh tinggal di sini kalau kamu ingin. Tapi wanita itu harus pergi. Hubungan Alex dan Tania begitu baik, jadi siapapun yang ingin menghancurkannya lebih baik pergi dari hadapanku.” Kakek Alex tidak mempunyai pilihan untuk menghadapi wanita ini, lebih baik berkata yang kasar untuk menakutinya.

Dan Anlice sepenuhnya mempertimbangkan ancaman dari ayah mertuanya.

Sepanjang makan malam, untungnya meja makan tidak sampai terpecah belah. Tania mengerti bahwa dalam peperangan status sebagai istri ini, orang yang melahirkan Alexlah yang lebih berkuasa.

Tapi, apa yang harus ia lakukan sekarang? Ia akhirnya mendapatkan kebahagiaannya dengan susah payah, ia tidak akan dengan mudahnya ditaklukkan orang lain.

Selesai makan malam, semuanya kembali ke tempat mereka masing-masing. Sebelum Alex lahir, Anlice dan suaminya tinggal di sebuah vila yang terletak di atas vila Michael.

“Mami—, kalau begitu malam ini aku tidur dimana?” Stella bertanya pada Anlice. Dengan adanya dukungan paling besar seperti ini, mari lihat bagaimana reaksi Alex.

“Tentu saja kamu harus tidur di tempat Alex, selanjutnya di sini adalah rumahmu. Selain aku, kamu juga nyonya di rumah ini. Paham?” Anlice dengan sengaja bicara dengan suara lantang supaya terdengar oleh Tania.

Stella tentu saja tertawa senang, “Aku tahu, mami.”

Nico pun berkeringat gelisah, kasihan Alex. Semua orang sudah cuci tangan dan kembali tidur dengan tenang, sedangkan Alex? Peperangannya baru saja dimulai. Istri kakak ipar sepupu dan Stella sama-sama sengit dan tangguh. Apakah malam ini mereka bertiga benar-benar akan tidur bersama? Apalagi masih ada bibinya yang menyusahkan namun tetap berpengaruh, ditambah lagi dengan ibunya yang suka membuat kerusuhan.

Jadi kesimpulannya, hanya anak kecil dan wanita saja yang sulit untuk diatur! Kata-kata ini tidak salah sedikitpun.

Anlice dan pelayan berjalan menuju tempat tinggalnya, meninggalkan Alex, Tania, Nico, dan Stella di jalan ini.

Alex menggenggam erat jemari Tania. Ia membuka payung dan berjalan di tengah salju. Siapa yang mengatur vila mereka berada di paling bawah?

Tania dengan perasaan benci menatap Alex, “Kamu mau bagaimana? Malam ini kalau ada aku, ia tidak boleh ada.”

“Tentu saja aku ingin kamu, apakah hal ini masih perlu dipertanyakan? Kepalaku sangat sakit, boleh tidak saat ini jangan ribut? Kita bicarakan lagi di rumah saja.” Kalau boleh melarikan diri, rasanya Alex ingin melarikan diri saat ini juga.

Stella mendengar percakapan mereka dan mengejar dari belakang menuju sisi Alex, “Suamiku, kalau malam ini kamu mengusirku, aku akan pergi menangis di tempat mami. Kalau sampai asmanya kumat lagi, jangan salahkan aku.”

“Kau—” Alex menahan amarahnya.

“Lepaskan suamiku.” Tania tanpa sungkan menarik jauh tangan Stella dan mendorongnya ke atas tumpukan salju. Stella pun mengerang.

Sebuah pikiran langsung terbersit dalam benak Nico. Akhirnya bermain kekerasan juga!

“Kamu berani mendorongku?” Sattva bangkit berdiri dan terlihatlah bahwa ia setengah kepala lebih tinggi dari Tania. Ternyata Stella terlihat sangat menyeramkan saat marah. Ia menyerang Tania dengan menjambak rambutnya dan mendorongnya jatuh ke tumpukan salju.

“Stella, lepaskan tanganmu—“ Alex dengan segera memapah Tania bangkit berdiri, “Sakit, tidak?”

Sedari dulu, Tania belum pernah merasakan kepahitan seperti ini. Ia belum pernah ditarik hingga jatuh oleh siapapun. Saat ini ia menghadap Alex dan mengerang menyedihkan, “Menurutmu sakit tidak, dasar playboy. Brengsek. Aku membencimu—”

“Kesalahan yang fatal—” Nico menghela sedih. Demi menghindari pertengkaran, ia pun membujuk Sattva dan setengah mati menyeretnya pergi lebih dulu.

“Istriku, aku bersalah. Malam ini terlalu dingin, kita pulang saja dulu.” Alex merangkul dan menggenggamnya, namun kemudian langsung memeluknya. Ia tidak memakai payung dan berjalan di tengah salju.

Langit malam hari itu gelap gulita. Terdapat dua lampu yang menerangi kedua sisi jalan, membuat dunia berwarna keperakan. Sekitarnya pun terlihat berkilau dan transparan. Taman kaca berubah menjadi kerajaan es, butiran salju masih perlahan turun dari langit yang jernih tanpa suara. Salju itu bergulir di atas wajah mereka, di atas bahu, dan di atas alis. Benar-benar sangat mempesona.

Kalau bukan karena hati mereka yang terlalu terluka, gambaran ini benar-benar sebuah pemandangan yang indah untuk dilukis.

Hanya saja yang tergambar pada wajah mereka saat ini adalah perasaan tertekan dan kesedihan.

“Awalnya aku benar-benar berpikir bahwa mulai hari ini, kita bisa hidup bahagia. Tapi mengapa setiap kehidupan yang indah akhirnya selalu lenyap begitu mudahnya?” Tania menyender dalam pelukan Alex dan udara dingin yang ia hirup seperti pisau yang menyayat tajam hatinya.

Novel Terkait

Too Poor To Have Money Left

Too Poor To Have Money Left

Adele
Perkotaan
4 tahun yang lalu
My Beautiful Teacher

My Beautiful Teacher

Haikal Chandra
Adventure
4 tahun yang lalu
Uangku Ya Milikku

Uangku Ya Milikku

Raditya Dika
Merayu Gadis
4 tahun yang lalu
Evan's Life As Son-in-law

Evan's Life As Son-in-law

Alexia
Raja Tentara
4 tahun yang lalu
Mata Superman

Mata Superman

Brick
Dokter
4 tahun yang lalu
Kakak iparku Sangat menggoda

Kakak iparku Sangat menggoda

Santa
Merayu Gadis
4 tahun yang lalu
Menantu Bodoh yang Hebat

Menantu Bodoh yang Hebat

Brandon Li
Karir
4 tahun yang lalu
Wahai Hati

Wahai Hati

JavAlius
Balas Dendam
4 tahun yang lalu