Terpikat Sang Playboy - Bab 226 Yang Menelepon adalah Seorang Wanita

Setelah mengantar Levita keluar, Tania berjalan sampai ke pinggir kasurnya. Ia merebah pasrah di atas kasurnya dan meraung kesal, “AARGHH—, MENYEBALKAN SEKALI!” serunya. Tania mencengkram rambutnya, membuatnya terlihat seperti sarang ayam.

Setelah berbaring di kasurnya sejenak, raut wajah Alex saat pria itu keluar kembali terbersit dalam benak Tania. Ia juga terpikir dengan perkataan yang terucap dari mulutnya saat hatinya sedang sangat kacau. Perkataan itu benar-benar keterlaluan, membuat Tania pun merasa sedikit sedih.

Harusnya sekarang pria itu sudah sampai rumah, bukan? Kalau begitu, bukankah lebih baik apabila Tania meneleponnya dan meminta maaf!!

Tapi kalau seperti itu, sepertinya lagi-lagi Tania seperti tidak memiliki muka. Setelah merenung sejenak, akhirnya Tania bangkit berdiri merambati kasur, mengambil ponsel dari meja rias, kemudian mencari nomor telepon Alex dari daftar rekaman daftar panggilan. Apa yang sebaiknya ia katakan di telepon? Hal seperti ini bisa membuat Alex tidak suka hati, nada suaranya pasti tidak baik. Lagipula kali ini Tania lagi-lagi memprovokasi dengan mudahnya. Ia khawatir hanya akan membuat mereka bertengkar kembali.

Begitu panggilan sudah tersambung, ia akan langsung meminta maaf!

Tania mengigit bibirnya dan menarik napas dalam-dalam. Ia dengan mantap menekan nomor telepon pria itu. Panggilan itu baru diangkat setelah nada sambung berdering hampir satu menit.

“Maaf, maaf, barusan aku tidak sengaja. Kamu jangan marah.” Tania langsung berbicara, tidak peduli dengan keadaan sekitar terlebih dulu.

Orang yang di seberang telepon tercenung sesaat. Kemudian, ucapan Tania pun disambut dengan suara seorang wanita, “Mohon maaf, anda mencari siapa? Mungkin salah sambung.”

Tania terkesiap, otaknya sedikit kacau. Ia melihat kembali layar ponselnya dan nama yang tertulis benar-benar Alex. Seketika itu juga amarahnya merasuki pintu otaknya. Ia kembali meletakkan ponsel di samping telinganya dan dengan nada yang lembut berujar, “Tolong sampaikan kepada pemilik ponsel ini, mati saja dia!”

Selesai berbicara, Tania memutuskan panggilan dengan sekuat tenaga. Saat ini baru pukul 12 malam. Pria itu baru saja pergi sekitar satu jam yang lalu tapi sudah langsung menggaet wanita lain?! Benar-benar tidak bisa dipercaya! Ini yang ia katakan dengan sudah berubah?! Berubah apanya! Cih!!

Dari awal seharusnya Tania sudah mengerti kebenaran yang tersirat dari kalimat ini. Gunung dan sungai mudah berubah tapi karakter seseorang itu sangat sulit untuk digoyahkan.

Benar-benar masih keturunan keluarga Alex. “Huff—“ Tania mengangkat kepala, air matanya masih mengalir turun tanpa ia bisa menahannya. Tania mengira ia hanya perlu menengadahkan kepala tinggi-tinggi agar cairan yang menumpuk ini kembali mengalir masuk ke dalam aliran darah.

Alex brengsek!!!

Di dalam bar, Martin yang baru kembali dari kamar kecil melihat Alex sudah tidak di tempat duduknya lagi, “Ei, apakah pria bernama Alex yang baru datang ini sudah pergi?”

“Maksudmu pria tampan tadi ya? Iya, ia terlihat bosan makanya pergi lebih dulu, tapi—” Teman wanita Martin mengangkat sebuah ponsel, “Tapi, ia meninggalkan ponselnya. Awalnya aku mengira ini ponselku, lalu aku mengangkat sebuah telepon dari seorang wanita. Begitu bicara ia langsung bilang minta maaf, tapi akhirnya menyuruhku untuk bilang pada pemilik ponsel agar ia mati saja. Martin, kamu segera antarkan ponsel ini padanya.”

“Wanita?” Martin curiga, hatinya berpikir wanita mana yang sangat lancang sampai berani menyuruh Alex mati saja? Belakangan ini bukankah pria itu sedang tidak dekat dengan wanita manapun? Martin mengambil ponsel itu dan memasukkannya ke dalam sakunya, “Kalau begitu kalian lanjutkan bermain. Aku pergi dulu.”

“Ya! Sampai bertemu besok pagi.”

Setelah keluar dari bar, Martin langsung menyetir ke taman kaca. Kira-kira satu jam sebelumnya, Alex meneleponnya dan mengajaknya keluar untuk minum-minum. Saat itu ia kebetulan sedang bersama rekan kerjanya bermain di bar. Setelah memberikan alamatnya kepada Alex, pria itu langsung segera datang. Melihat suasana hatinya yang sedang tidak baik, Martin menduga sepertinya ada hubungannya dengan wanita.

Alex yang sudah pulang ke rumah melempar kunci mobil ke atas meja teh dengan asal. Ia duduk di samping sofa yang diperuntukkan satu orang dengan lunglai. Alex mengurut alisnya, suasana hatinya benar-benar sangat sumpek.

Tania oh Tania, kamu benar-benar adalah setan wanita yang dikirimkan langit untuk menyiksa batinku!!

Ia secara tidak sadar mengusap sakunya, ingin mengeluarkan ponsel dan dompetnya untuk kemudian membuangnya ke atas meja teh. Alhasil, Alex menyadari bahwa ponselnya tidak ada. Ia mengumpulkan segenap kesadarannya dan mengingat kembali dengan teliti. Setelah keluar dari rumah Tania, ia hanya langsung pergi ke bar untuk mencari Martin. Setelah merasa tidak tertarik, ia pun pergi lebih dulu dan langsung pulang ke rumah. Artinya, ponselnya pasti tertinggal di bar.

Orang yang sedang buruk suasana hatinya juga bisa berubah menjadi orang yang pelupa.

Alex bangkit berdiri dan ia menyaut kunci mobilnya lalu berjalan ke arah pintu. Ia hanya bisa pergi sekali lagi untuk mengambil kembali ponselnya.

Baru saja ia keluar pintu dan menyalakan mobilnya, sebuah mobil BMW berwarna putih mendekat dari belakang. Martin mengangkat ponsel di tangannya dan sambil tertawa berujar, “Tidak perlu pergi, aku sudah mengantarkannya untukmu.”

“Terima kasih! Masuklah duduk-duduk dulu.” Alex mematikan mesin mobilnya, turun dari mobil dan berjalan masuk ke dalam vila. Martin mengikuti dari belakang, bersama berjalan masuk.

“Barusan salah seorang rekan kerjaku membantumu mengangkat sebuah telepon. Katanya seorang wanita meneleponmu, begitu bicara langsung bilang maaf. Tapi selanjutnya, ia menyuruh rekan kerjaku untuk menyuruhmu mati saja!” Sambil berbicara, Martin sambil mengembalikan ponsel Alex. Ia melihat Alex dengan penuh rasa ingin tahu, “Apakah aku boleh menebak siapa wanita itu?”

“Tidak boleh!” Alex secepat kilat menolaknya, “Karena kamu sudah mengantarkan ponselku, sebaiknya kamu kembali saja.”

“Apakah mungkin itu dari kakak ipar yang dulu? Sepertinya sampai sekarang ini hanya ia seorang yang yang berani menantang dan berani memarahimu.” ujar Martin pada dirinya sendiri.

Raut wajah Alex sedikit menyiratkan tawa kecil “Kalau tahu terlalu banyak rahasia, kamu bisa saja dibunuh demi membungkam perkataanmu.” Karena Martin lebih kecil, jadi Alex dengan sengaja menggodanya.

“Menakutkan sekali, ternyata ini masih rahasia, ya? Baiklah, aku mengerti. Aku tidak akan keceplosan mengatakannya. Tapi hal ini tidak mungkin selamanya jadi rahasia, bukan? Saudaraku, aku hanya bisa mendoakanmu dan berdiam di dalam hati.” Martin menepuk-nepuk pundak Alex dan dengan pandangan simpatik menyemangatinya.

Setelah berjalan keluar dari vila, Martin meraba dagunya dan tidak bisa menahan tawanya. Ternyata benar-benar Tania. Sepertinya perasaan Alex terhadapnya benar-benar tulus! Seorang playboy bisa juga berubah menjadi pria yang tergila-gila pada seorang wanita. Di dunia ini apa yang tidak mungkin?

Sepeninggalan Martin, Alex dengan segera menelpon Tania.

Begitu Tania yang sedang berbaring di atas kasur melihat nomor yang masuk, suasana hatinya yang hilang menjadi sedikit bangkit. Tapi karena ia masih sangat marah, tanpa pikir panjang ia pun memutuskan panggilan. Tapi Alex terus-menerus menelepon sampai sepuluh kali dan Tania memutuskan semuanya itu tanpa perasaan.

Pada akhirnya, Alex hanya bisa mengirim pesan singkat.

“Pip pip—”

Tania mellihat sebuah pesan singkat yang masuk ke dalam ponselnya. Ia benar-benar ingin membaca isinya, tapi kemudian ia mengingatkan dirinya sendiri. Kamu masih punya wibawa, jangan lihat! Setelah melalui perdebatan dan pergumulan dalam hati, akhirnya Tania membukanya. Pesan Alex berbunyi, “Masalahnya bukan seperti yang kamu pikirkan. Kalau ingin mendengarkan penjelasanku baik-baik, terima videonya.”

Penjelasan apanya, cih!! Hati Tania dengan benci menolak, tetapi di saat yang sama hatinya juga merasa sedikit lebih baik.

Setelah satu menit berlalu, permintaan panggilan video pun datang. Tania ragu untuk waktu yang lama. Angkat atau tidak? Kedua lampu merah dan hijau di lubuk hatinya bertentangan sangat intens.

Jemarinya sudah siap menolak, namun entah bagaimana malah menekan tombol terima. Tania terdiam, sejak kapan hati dan tangannya tidak seirama.

Dilayar ponselnya terlihat wajah Alex yang tampan. Tania terlebih dulu bicara, “Aku tidak hati-hati dan salah menekan tombol, kamu jangan mengira aku sudi melihat wajahmu.”

“Baiklah, baiklah, kita anggap kamu salah tekan. Kalau begitu karena kesalahan sudah terjadi, walaupun tidak mau kamu lihatlah dulu.” Alex mengikuti alur pembicaraan wanita itu, memberikan kemudahan bagi Tania untuk keluar dari kecanggungan. Wanita yang satu ini terlihat sedang mati-matian mengatur raut wajahnya agar perasannya terlihat baik-baik saja.

“Wanita itu? Sudah pergi? Sudah kamu sembunyikan? Jangan katakan padaku bahwa aku salah telepon. Keras kepalamu memang tidak berubah.” Tania berkata dengan terengah-engah sambil memperhatikan pemandangan di belakang punggung pria itu.

Ei, sepertinya Alex ada di taman kaca. Jangan-jangan ia langsung membawa wanita itu pulang ke taman kaca? Wah lancang sekali ia! Apakah ia tidak takut ketahuan ibunya?

Melihat raut marah pada wajah Tania, sudut mata dan ujung alis Alex pun menyiratkan tawa yang lebih dalam.

Novel Terkait

Ten Years

Ten Years

Vivian
Romantis
4 tahun yang lalu
Demanding Husband

Demanding Husband

Marshall
CEO
4 tahun yang lalu
Memori Yang Telah Dilupakan

Memori Yang Telah Dilupakan

Lauren
Cerpen
5 tahun yang lalu
Satan's CEO  Gentle Mask

Satan's CEO Gentle Mask

Rise
CEO
4 tahun yang lalu
Aku bukan menantu sampah

Aku bukan menantu sampah

Stiw boy
Menantu
4 tahun yang lalu
The Sixth Sense

The Sixth Sense

Alexander
Adventure
4 tahun yang lalu
Cintaku Pada Presdir

Cintaku Pada Presdir

Ningsi
Romantis
4 tahun yang lalu
Beautiful Love

Beautiful Love

Stefen Lee
Perkotaan
4 tahun yang lalu