Terpikat Sang Playboy - Bab 317 Mencari Stella Untuk Keluar Bersama-Sama!

Alex tersenyum senang saat menjauhkan ponsel dari telinganya, “Aku bisa mendengarnya dari telepon. Ia sangat panik, seharusnya ia masih belum menemukan pelayan pria itu.”

“Apakah hal seperti ini bisa ketahuan dari telepon?” Tania tidak bisa menahan tawanya.

Alex menyetir mobilnya untuk pergi menemui Stella, ia bertemu dengannya di tempat janjian mereka. Hari ini demi menutupi aksinya, Stella mengendarai mobil yang lain. Namun Alex tentu saja dalam sekilas bisa mengenali bahwa mobil itu adalah milik Nico. Anak tengil itu sangat menyukai mobil, seenaknya bergonta-ganti mobil.

Stella turun dari mobil dan berlari ke samping mobil Alex. Namun saat ia menyadari Tania juga ada di situ, ia pun menekuk wajahnya.

Alex dan Tania juga turun dari mobil, ketiga orang itu lalu duduk di kedai kopi dipinggir jalan.

“Katanya kamu pergi ke salon, tapi kenapa warna mukamu terlihat sangat pucat, Stella? Tidak usah terlalu panik, kamu belum menemukannya, bukan?” Tania meluncurkan kata-katanya yang menusuk, sekarang ini ia sengaja memanas-manasi wanita itu.

Tubuh Stella mematung. Tangannya yang memegang cangkir kopi pun gemetar, dengan nada memaki berkata, “Benar-benar tidak mengerti perkataan setan apa yang kamu katakan. Kenapa aku harus panik? Memangnya ada hal apa yang membuatku panik?”

Tania dan Alex saling bertukar pandang. Ekspresi Stella barusan benar-benar melelang dirinya. Kalau ia sudah membereskan pelayan pria itu, harusnya cukup bagi Stella untuk bersikap arogan. Kalau ia belum membereskannya, responnya akan sama seperti barusan, ia akan terlihat panik dan takut.

“Aku hanya bercanda denganmu, kenapa kamu harus ketakutan seperti ini? Benar-benar tidak seperti dirimu.” Tania tertawa datar dan meminum kopinya dengan elegan. Ia dapat merasakan tubuh Stella yang tidak lagi menegang. Akhirnya Tania melontarkan lagi pertanyaan yang tidak ia siapkan sebelumnya, “Apakah kemampuan ranjang pelayan pria itu hebat?”

“Jangan ditanya, hampir—” Stella tanpa sadar hampir melontarkan jawabannya, dengan waspada ia segera menutup rapat mulutnya yang banyak bicara. “Para pelayan pria itu, tidak perlu dicoba juga sudah tahu paling baiknya seperti apa. Terlebih lagi setelah mencoba naik ranjang dengan Alex.”

Alex tersedak oleh kopinya, “Masalah delapan ratus tahun yang lalu tidak perlu diungkit lagi.”

“Apa yang mau kukatakan akan kukatakan. Berdasarkan hal apa sekarang aku dianggap seperti musuh? Baik maupun buruk, setidaknya kita pernah menjadi suami istri. Sertifikat sudah pernah diambil, kita juga pernah hidup bersama. Mau bagaimanapun juga, keberadaanku di masa lalu tidak bisa dihapus begitu saja.” Semakin berkata Stella semakin marah. Dulu ia tidak pernah mengira pria ini sudah menjadi milik wanita lain, tapi sekarang ia tiba-tiba merasa Alex sudah berada sangat jauh darinya.

Alex tidak dapat berkata apapun lagi karena apa yang Stella katakan adalah fakta. Dengan hati-hati ia mencuri pandang melihat Tania, ia takut wanita itu akan marah. Tapi kenyataanya, sepertinya wanita itu sangat tenang.

“Siapa yang tidak punya masa lalu? Tapi tetap yang lebih penting adalah masa depan. Stella, kamu itu bukan mencintai Alex, kamu itu hanya tidak bisa menerima kenyataan. Kalau kamu sekarang menyatakan dirimu mundur, kami tidak lagi akan mengejar masalah pelayan pria itu.” ujar Tania terus-terang.

“Hmph—, aku ingin pergi atau tinggal adalah keputusanku sendiri. Pelacur seperti kamu ini, suatu hari nanti Alex pasti lelah denganmu dan akan mencari penggantimu.” Stella meraih cangkir kopinya, hendak menyiramnya kepada Tania. Dalam hal perasaan, Stella tidak bisa bertanding dengannya. Marah juga tidak bisa memarahi Tania. Kalau mau membakarnya, maka Stella juga harus membakarnya sampai mati.

Tania menghindar dengan gesit sehingga kopinya tertumpah ke lantai, hanya beberapa tetes saja yang menodai pakaiannya.

“Stella—, jangan macam-macam kamu.” Alex menggeram pelan padanya, ia sibuk mengambilkan tisu untuk Tania mengelap bajunya.

Stella menghentakkan cangkirnya dengan keras. Ia meraih tasnya dan berjalan meninggalkan tempat makan itu dengan langkah besar-besar.

“Aku tidak apa.” Tania menarik tangan Alex, “Kalau ia tidak mau kompromi, aku juga tidak perlu sungkan padanya. Menurut perkiraanku, ia harusnya masih akan mencari pelayan pria itu. Hanya saja, dengan kita terang-terang dengannya seperti ini, mungkin ia tidak akan sembarangan datang lagi, bukan?”

“Tidak. Menurutku ia akan bergerak cepat, karena ia pasti juga mengira kita akan berpikir bahwa ia tidak akan berani keluar. Ayo kita ikuti ia.” Alex membayar tagihannya dan berjalan keluar bersama Tania untuk mengikuti Stella dari belakang.

Stella tidak mengendarai mobilnya, ia berjalan kaki di pinggir jalan dan masih sangat waspada menoleh ke belakangnya. Ia mengira bahwa mereka tidak akan terpikir ia masih memiliki tekad untuk meneruskan aksinya. Hanya saja, ia juga tidak mengira bahwa Alex juga bisa menebak jalan pikirnya yang bertolak belakang ini.

Pintu kedai pelayan pria itu masih tertutup rapat. Jika dilihat dari luar, kedai itu hanya seperti bar biasa.

Para pelayan pria yang tidak jelas jenis kelaminnya dan mengenakan pakaian kekinian itu terus berdatangan. Setiap hari mereka terlihat sangat cantik, tidak terlihat usianya lebih dari 30 tahun.

Saat itulah pria yang mengenakan baju berwarna kuning jeruk masuk dalam pandangan mereka. Ia adalah pelayan pria malam hari itu. Di wajahnya masih terlihat bercak-bercak, tapi wajah tampannya itu tentu saja pasti bisa membuai para wanita tua.

Pintu kedai terbuka lebar. Stella berjalan masuk ke dalam kedai. Tania menyuruh Alex untuk menunggu di luar sedangkan ia sendiri mengikuti Stella masuk. Tapi Tania tidak dapat menemukan bayangan Stella. Ia juga tidak bisa memeriksa ruangan itu satu per satu karena sekarang belum begitu banyak orang sehingga perbuatannya bisa dicurigai. Jadi akhirnya Tania beranjak keluar dan berjaga di luar kedai.

Setelah menunggu beberapa saat, mereka belum juga keluar. Setelah pukul tujuh, mulai terlihat beberapa mobil balap yang berhenti di luar pintu. Mayoritas yang datang adalah nyonya-nyonya kaya, ada juga beberapa laki-laki yang terlihat berumur dan terkadang ada juga beberapa pria muda.

Tania menatap kelam, tidak bisa menahan diri untuk tidak bertanya kepada Alex, “Orang-orang ini apakah semuanya masuk untuk mencari pelayan pria? Kalau nyonya kaya, aku masih bisa mengerti. Kalau pria, apakah mereka masuk untuk bermain juga? Kalau begitu, apa bisa dibilang bahwa para pelayan pria itu tidak hanya melayani wanita tapi juga bisa melayani pria?”

“Apakah aneh? Sekarang ini, banyak pelayan pria yang banci.” ujar Alex tidak setuju.

“Benar-benar... Benar-benar keterampilan yang unik.” Tania sedikit tidak bisa menerima.

Alex tidak tahu harus tertawa atau menangis. Keterampilan yang unik?! Kata-kata apa itu?! “Kata-katamu itu tidak terlihat berfilosofi sama sekali, karena kata-katamu sulit dimengerti.”

“Pergi—” Tania menyenggol pria itu dengan sikunya.

Pukul delapan, Stella berjalan keluar dari dalam kedai. Wajahnya dipenuhi senyuman manis saat ia beranjak pergi, ia tahu mereka sedang menakutinya. Tunggu saja, lusa akan ada sebuah pertunjukan menarik.

“Sepertinya ia sudah membereskan pelayan pria itu, kita berpencar masuk dan mencari pelayan pria itu.” Tania melihat Stella yang sudah menjauh, kemudian menarik Alex berjalan masuk ke dalam kedai. “Kamu berpura-pura jadi pelanggan pria, aku berpura-pura jadi pelanggan wanita. Tidak masalah, bukan?”

“Kamu bilang tidak masalah, jadi apakah aku masih bisa bilang masalah?” Alex sebenarnya sangat tidak ingin masuk ke dalam tempat mengerikan seperti ini. Tapi ia juga takut Tania seorang diri bisa dihabisi oleh para pelayan pria itu. Waktu tadi Tania masuk, walau hanya sebentar, tapi ia sudah sangat ingin untuk menyerbu masuk.

Mereka berjalan depan belakang, lampu berwarna merah jeruk bersinar remang di dalam kedai. Ada beberapa orang yang sedang bersama-sama menari, ada juga yang sedang menikmati anggur. Wanita-wanita yang sudah berumur itu bahkan bisa menjadi ibu dari para pelayan pria itu. Mereka meletakkan tangannya di atas tubuh pelayan pria itu dan membelai mereka. Tania mempertaruhkan nyawanya bertahan untuk tidak merasa jijik dan muntah, namun dalam lubuk hati ia juga merasa para wanita ini sangat kejam. Bagaimana mereka bisa menghancurkan benih-benih negara seperti ini? Kalau dibandingkan dengan usia mereka, para pelayan pria itu adalah benih-benihnya.

“Nona, silakan ke sini.” Tania diperebutkan oleh beberapa pelayan pria itu dan diarahkan menuju sudut ruangan yang sepi.

Dalam sekejap, mata Alex tidak dapat lagi melihat Tania. Hatinya pun mulai waspada. Ia tidak bisa berteriak, jadi ia hanya bisa membalikkan tubuhnya dan mencari Tania.

Novel Terkait

Istri kontrakku

Istri kontrakku

Rasudin
Perkotaan
4 tahun yang lalu
My Perfect Lady

My Perfect Lady

Alicia
Misteri
4 tahun yang lalu
Evan's Life As Son-in-law

Evan's Life As Son-in-law

Alexia
Raja Tentara
4 tahun yang lalu
Diamond Lover

Diamond Lover

Lena
Kejam
4 tahun yang lalu
Cinta Yang Tak Biasa

Cinta Yang Tak Biasa

Wennie
Dimanja
4 tahun yang lalu
Get Back To You

Get Back To You

Lexy
Percintaan
4 tahun yang lalu
Asisten Bos Cantik

Asisten Bos Cantik

Boris Drey
Perkotaan
4 tahun yang lalu
Love And War

Love And War

Jane
Kisah Cinta
4 tahun yang lalu