Terpikat Sang Playboy - Bab 247 Kita Keluar, Lihat Siapa Yang Berani Membunuh Kita!

Pesawat di langit yang luas, hati Tania juga sama diangkat ke langit luas, tidak menyusut.

Karena takut mereka di pesawat berkelahi, jadi dia memilih menukar tempat duduk dengan orang lain, Alex dan Vincent terpisah sangat jauh, jika orang asing melihat, tidak akan menyangka bahwa mereka bertiga memiliki hubungan.

Saat itu, meminta hati untuk tenang, karena hari selanjutnya, tidak mungkin sangat damai.

Waktu menjadi panjang tanpa batas, berlalu dengan cepat.

Saat pesawat mendarat, hati Tania juga pelan-pelan menurun, seperti ditimpa batu besar, sekarang disini bukan lagi Thailand, di bandara mungkin akan bertemu orang yang dikenal, dia dengan Alex dan Vincent keluar bersamaan, orang lain akan berkata apa.

Tunggu hingga semua turun pesawat, Alex dan Vincent berdiri, mencari Tania berdiri dimana.

"Kamu berencana di pesawat duduk di tempat yang ada orang yang akan menarikmu?" Alex tidak memuji, dia sangat kesusahan, dia juga tidak tenang.

Vincent melihat jam tangan "Tania, kita pergi, Johan mungkin di luar sudah menunggu, tante juga di rumah sudah menunggu kita untuk makan" tatapannya tidak panas juga tidak adem, setengah jam emosi pun tidak, damai tenang membuat orang takut.

Tania mendengar suara Vincent, bengong dan mengangguk "kamu berkata apa? kakak saya menjemput kita?" dia sedikit terkejut melihat ke arah Alex, kakak benci Alex, apalagi baru-baru ini dia bersandar kepada Vincent untuk mendapatkan jabatan, jika dia melihat Alex, pasti akan berkelahi.

"Vincent kamu penjahat keji, cepat sekali bawa pasukan datang" Alex membalikkan kepala, dengan marah menatapnya.

"Kamu kira ini adalah pasukan? atau dengan Johan kamu takut. saya kira kamu tidak takut dengan siapapun, berani berbuat tetapi tidak memikirkan apa akibatnya" Vincent dengan dingin berbicara, reaksi Alex membuatnya puas.

"Siapa bilang saya takut, kamu membawa seluruh kuda kemari, pakai segala kejahatanmu itu" Alex dengan cepat berjalan ke arah Tania, menariknya "Berdiri, kita keluar, lihat berani atau tidak bunuh kita."

Tania tidak melangkah, menarik tempat duduk "Tenang sedikit, Alex kamu tenang dengar saya berbicara, kakak saya sangat suka menyerang, perasaannya tidak stabil, menurut saya kamu lebih dulu keluar."

"Kamu seperti ini membuat saya seperti orang bodoh, masalah sudah dibicarakan, sekarang hanya butuh keberanian, kita semakin takut, dia semakin berhasil, jalan, jangan takut, saya disini, jika dia melawan, saya akan menghadangnya" Alex menariknya keluar pesawat.

Tania menepis tangannya, kedua tangannya memegang kepala "Alex, saya rasa memikirkan kedepannya lebih baik, keras kepala hanya membuat masalah semakin sulit, kamu jalan duluan, setelah beberapa hari saya akan menghubungimu."

"Apa kamu masih mau berpura-pura? kapan kamu akan lebih berani?" Alex hatinya sangat lelah.

"Kamu boleh mengira saya pengecut, hari ini kamu jalan dulu boleh tidak" Tania juga sangat ingin tidak takut, tetapi akal sehat memberitahu dia, jika kamu menggunakan cara mematikan, kamu akan mati lebih cepat.

Vincent dari belakang jalan kedepan, handphonenya berbunyi tidak berhenti "Kakakmu menelepon, kamu harus didepan menghentikan kita."

Hati Tania kepadanya pertama kali dari merasa bersalah berubah menjadi jijik "Vincent, apa kamu ingin menghancurkan semuanya? diantara kita, benar-benar harus sampai tahap membekukan baru bisa?"

"Saya mana bisa membuatmu sedih" Tangan Vincent dengan lembut memegang pipinya, matanya mengartikan sakit yang sangat mendalam "Tan, dari kamu setuju menikah dengan saya, saya langsung tahu, saya selamanya tidak akan menyerah padamu, kamu dapat memilih membunuh saya, tetapi jika begitu, jiwa saya akan selamnya bersamamu, benci saya juga tidak apa, benci saya juga, saya tidak akan melepaskanmu lagi, ini adalah keputusan saya, saya cinta kamu, seumur hidup kamu jangan harap saya akan jatuh cinta kepada wanita lain, melepaskanmu."

Hati Tania sangat sedih, karena dia tidak bisa memberi yang dia inginkan, tahu pada akhirnya dia akan putus asa dan sakit, maka hatinya juga menjadi sakit, pandangannya tidak jelas, membuat dia menggunakan perasaan seperti ini untuk melawan laki-laki yang sangat mencintainya, dia sangat tidak dapat melakukannya.

Alex dengan dingin berkata "Vincent, kamu pura-pura lemah, membuatnya merasa bersalah, laki-laki sepertimu."

"Sudahlah, semua tidak usah berbicara" Tania menutupi mukanya, merasakan kelelahan.

"Tania, kamu merasa tersentuh, karena dia berkata selamanya tidak akan melepaskamu, sampai dia mati, jadi kamu kasihan padanya?!" hati Alex dengan keras merasakan sakit "jika saya berkata saya juga dapat mati, kamu harus bagaimana, dia tahu kamu lembut, ini adalah triknya" dia sangat kalah karenanya.

"Diam....." Tania menyerah, dengan kesal berteriak."

Alex terdiam, mendongak dan tersenyum, hatinya seperti hancur berkeping-keping, dia menarik koper, satu patah pun tidak, membalikkan badan dan berjalan dengan cepat.

"Alex....." Tania dibelakang memanggilnya, suaranya bergetar karena menangis, setiap kali melihat belakangnya, dia akan sedih seperti kehilangan segalanya, jarak yang pendek, dia menghilang kearah luar, hatinya seperti kosong.

Air mata memenuhi pipinya, ternyata menyakiti dia, dibanding dia menyakitinya, lebih menyakitkan.

Perasaan seperti ini Vincent tahu, melihat dia karena laki-laki lain sangat sedih, menangis seperti anak kecil, hatinya sakit sampai susah bernapas, kenapa hatinya tidak ada dia, pertanyaan ini, dia sudah bertanya ribuan kali, semua tidak mendapat jawaban, selamanya tidak ada jawaban yang jelas.

Johan dan Levita menunggu di luar pintu, sudah sejam tidak ada yang keluar, menelepon Vincent dan Tania.

Eh! itu bukannya Alex, Levita berdiri sambil menelepon Tania, melihat laki-laki yang menghampiri di kirinya, dia mengucak-ngucak matanya, apakah dia berhayal, tetapi kali ini, hayalannya tidak hilang, hatinya terkejut, sangat kacau, diwaktu seperti ini mendarat, tidak mungkin...... tidak mungkin....... dia diam-diam mengikuti Tania dan Vincent, dia mencari kesempatan untuk menangkapnya, melemparnya kelaut, lalu ketahuan oleh Tania, juga membunuh Tania.

Jadi kenapa telepon tidak di angkat, astaga, sangat mengerikan!!

Levita karena imajinasnya dibuat takut, siapa yang membuatnya sangat "masuk akal".

"Johan, Johan, saya mau kasih tahu kamu sesuatu, adik kita bisa jadi sudah terluka....." dia menarik suami, dengan takut berkata.

"Ha?!!" Johan karena perkataan istrinya tiba-tiba sangat terkejut, saat itu juga, di pintu keluar, Vincent dan Tania terlihat, dia dengan kesal memukul kepala Levita, menunjuk kearah depan "Kamu orang gila, itu dia kamu kira setan?"

Novel Terkait

Cinta Tak Biasa

Cinta Tak Biasa

Susanti
Cerpen
5 tahun yang lalu
Lelah Terhadap Cinta Ini

Lelah Terhadap Cinta Ini

Bella Cindy
Pernikahan
5 tahun yang lalu
Angin Selatan Mewujudkan Impianku

Angin Selatan Mewujudkan Impianku

Jiang Muyan
Percintaan
5 tahun yang lalu
Love And War

Love And War

Jane
Kisah Cinta
4 tahun yang lalu
Awesome Husband

Awesome Husband

Edison
Perkotaan
4 tahun yang lalu
Be Mine Lover Please

Be Mine Lover Please

Kate
Romantis
4 tahun yang lalu
Gue Jadi Kaya

Gue Jadi Kaya

Faya Saitama
Karir
4 tahun yang lalu
King Of Red Sea

King Of Red Sea

Hideo Takashi
Pertikaian
4 tahun yang lalu