Terpikat Sang Playboy - Bab 248 Memaksa Diri Sendiri Untuk Mengatakannya !

Levita melihat dengan teliti, dan itu ternyata Tania dan Vincent. Dia berbicara dalam hati, Apakah mereka tidak sadar akan keberadaannya?

Johan tersenyum dan melambaikan tangan pada mereka, ia tidak mempedulikan perkataan istrinya.

Vincent menggandeng tangan Tania sambil tersenyum dan berjalan menuju ke arah Johan. Dia mencoba untuk melepaskan tangannya,namun tangannya dipegang lebih erat lagi oleh Vincent. Ini sudah terlanjur.

Tania merasa sangat tidak bertenaga, sekarang Vincent membuatnya merasa sangat tertekan, dan merasa sangat berat.

Setelah berjalan sampai ke depan Johan dan Levita, mereka membantu membawa koper, dan keempat orang itu berjalan keluar. Tania meminjam kesempatan berbicara dengan Levita lalu melepaskan tangannya dari Vincent.

"Apakah Thailand menyenangkan? Bukannya kalian bilang akan pergi untuk 8 hari? Ini baru hari keempat, kok kalian sudah pulang?" Tanya Johan.

Tania tidak menjawabnya, lalu Vincent berkata "Perjalanannya lumayan menyenangkan, tetapi terlalu lelah, Tania ingin pulang lebih awal, jadi kami pulangnya awalan deh."

"Ternyata begitu. Gadis satu ini biasanya sangat energik, kok kali ini malah bilang lelah. Ini benar-benar hal yang langka." Johan memalingkan wajahnya dan menepuk kepala adik perempuannya dengan tangannya, berkata sambil tersenyum.

Benar-benar bisa berpura-pura! Tania dalam hati tersenyum dingin. Tetapi jika kakaknya tahu tentang apa yang dia lakukan dengan Alex, mungkin dia tidak akan begitu memanjakannya dan mengelus kepalanya, sebaliknya dia akan meratakan kepalanya.

Setelah naik ke mobil, Vincent duduk di depan, Tania dan Levita duduk di belakang. Mereka mengobrol tentang tempat bermain di Thailand.

"Apakah kamu ada membelikan oleh-oleh untukku? Kulihat kamu hanya membawa satu koper saja, jangan-jangan kamu tidak beli apa-apa? Kalau benar begitu maka aku akan marah padamu," kata Levita, setengah bercanda.

“Tentu saja ada, bagaimana mungkin aku bisa melupakan kakak iparku?” Tania mengambil tas ranselnya dan mengambil sebuah kotak kecil lalu menyerahkannya ke Levita. “Coba lihat kamu suka atau tidak.”

Levita membuka kotak itu dengan penuh kegembiraan dan ia melihat itu adalah sepasang anting-anting yang terbuat dari emas murni. Polanya bagus dan unik. Sangat cantik. "Wow, cantik sekali, terima kasih, aku cinta mati sama kamu."

“Sudahlah, kamu tidak perlu begitu, kamu cinta mati saja sama kakakku.” Tania tertawa sambil menggunakan mulut menunjuk ke orang di depannya, meskipun perasaannya tertekan, tetapi dilihat dari luar ia masih terlihat sangat bahagia. Bukankah ia juga berpura-pura.

Johan tertawa di depan. "Kakak iparmu itu, bukan cinta mati padaku, dia malah selalu berusaha untuk menakut-nakutiku. Tadi dia mengatakan padaku bahwa kamu mungkin dibunuh. Membuat aku sangat terkejut. Aku berpikir, Bagaimana bisa kamu bisa dibunuh, hei—— Dia itu selalu seperti itu, ingin rasanya aku membawanya ke psikiater. "

"Mana ada aku seperti itu. Aku tadi melihat Alex, dan kemudian aku berpikir, apakah mungkin dia telah mencelekai Tania dan Vincent? dan bukannya tadi telepon mereka juga tidak bisa tersambung?" Levita membela diri.

Tania agak berkeringat setelah mendengarnya, imajinasi kakak ipar telah mencapai tahap tertinggi, dan kesan Alex dimata keluarganya adalah seseorang yang mirip dengan pembunuh gila, dia seperti seorang pembunuh berantai. Dia menghela nafas dalam hatinya. Awalnya dia berencana untuk memberi tahu keluarganya tentang hal apa yang terjadi ketika nanti makan bersama.

"Lagi-lagi si Alex, jangan-jangan kamu benaran tertarik pada bajingan seperti itu? Saat itu di tengah malam, kamu bilang melihatnya di rumah kita. Lalu kali ini kamu juga bilang melihat dia. Otakmu kok dipenuhi olehnya sih? Sepertinya aku benar-benar akan membawamu ke psikiater "Ujar Johan yang duduk di depan dan agak sedikit berapi.

Tubuh Vincent kaku seketika, "Jam berapa itu?"

"Ah?" Johan agak tidak mengerti kata-kata Vincent. Ia berpikir seketika, lalu berkata, "Itu adalah terakhir kalinya kamu pergi ke kamar Tania di tengah malam. Levita turun ke lantai bawah untuk minum air dan bertemu denganmu, dia bersikeras mengatakan bahwa ia bertemu dengan Alex, bahkan pelayan Novi Huang juga telah memastikan itu adalah kamu. Coba kamu bilang apakah otaknya tidak bermasalah? "

Vincent meletakkan tangannya di pahanya, diam-diam mengepalkannya, dan napasnya menjadi berat. Dia sekarang tahu bahwa hari itu Alex berada di kamarnya, dia tidak mengangkat telepon dalam waktu yang lama, mungkin karena mereka sedang melakukan sesuatu hal yang lain, mereka benar-benar menganggapnya sebagai seorang idiot.

Tania menggigit bibirnya, dia berpikir, kali ini semuanya akan terbongkar.

"Mungkin kakak ipar tidur terlalu lama, jadi agak ngaur." Vincent tersenyum tipis padanya. Waktu itu dia turun dan sama sekali tidak bertemu dengan Levita. Dia sangat tahu akan itu.

“Lihat, orangnya sendiri saja sudah mengakuinya.” Johan memandang Levita dari kaca spion.

Levita berpikir, lalu ia semakin tidak mengerti"Tania, ayo besok kamu temani aku ke psikiater".

Tania tersenyum, “Oke, oke, aku akan menemanimu.” Vincent membantunya untuk menutupi hal itu, tetapi dia tidak bersyukur, karena dia tahu bahwa dia hanya ingin terus menyamar, menyamar sampai dia tidak punya keberanian lagi untuk itu.

Tidak bisa terus seperti ini, dia bertekad dalam hatinya, pada saat makan nanti ia akan mengatakan yang sebenarnya.

Dia tidak bisa berpikir terlalu banyak lagi sekarang, dia memang egois, dia tidak ingin kehilangan Alex, dia dikendalikan olehnya, dan dia juga rela jika disambar petir.

Dia berusaha membuat hatinya kuat, Tania yang egois berusahan untuk mengalahkan dia yang merasa bersalah, dan merasa simpatik itu.

Sepanjang perjalanan ia berpikir, ketika mobil berhenti di depan pintu rumahnya, ia masih belum bisa memutuskannya, dan tidak punya waktu lagi untuk memikirkannya.

Saat itu Langit mulai agak gelap, dan Alex telah naik taksi sampai ke Glass Garden.

Saat memasuki villa, penjaga keamanan di pintu memberi tahu Michael dan Jimmy, mereka menutup telepon dan pergi mencarinya, bocah satu ini akhirnya pulang juga.

Dirumah Tania.

Siska dan Novi Huang telah menyiapkan meja yang dipenuhi dengan hidangan lezat, Ayah Tania duduk di sofa dengan membawa kacamata orang tua ia memeriksa PR cucunya. Dulu dia sibuk dengan pekerjaan perusahaan, dan sangat jarang menghabiskan waktu dengan cucunya. Dalam dua tahun terakhir ini, ia memiliki banyak waktu untuk menikmati kesenangan keluarga seperti ini. Kehilangan satu hal, tetapi ia dapat memanen sesuatu hal yang lebih berarti.

Mereka masuk kerumah, Ayah Tania pun melepas kacamatanya, dan tersenyum dengan lembut "Semuanya sudah pulang, Levita, kamu pergi lihat apakah ibumu sudah selesai menyiapkan makanan atau belum."

“Oke Ayah, aku segera pergi sekarang.” Levita dengan patuhnya pergi ke dapur.

"Beberapa hari ini mainnya pasti sangat lelah. Ayo duduk dan beristirahat dulu sebentar, lalu nanti sudah bisa makan." Ujar Ayah Tania, lalu ia pun melanjutkan memeriksa PR cucunya . Dalam hatinya, dia telah menganggap Vincent sebagai keluarganya sendiri.

Tania duduk terlebih dahulu, dan Vincent duduk di sebelahnya, keduanya saling berpandangan dan tidak mengatakan apapun.

Setelah beberapa saat, Levita keluar untuk memanggil semua orang pergi makan, orang tua maupun anak kecil semuanya dari ruang tamu pindah ke ruang makan, duduk bersama dan sangat harmonis, Siska terus memjepit makanan untuk Vincent, memikirkan putrinya tidak perlu menderita lagi di masa yang akan datang, dia tertawa dengan sangat bahagia.

Tania memakan nasi dalam mangkuk, ia memikirkan harus bagaimana mengatakannya, wajah mereka yang sangat rilex dan bahagia, dan akan segera berubah menjadi terkejut,penuh dengan kemarahan, kesedihan, kegelisahan ,,,

Tapi jika sekarang tidak mengatakannya, dia takut dia akan semakin tidak memeliki keberanian untuk itu.

"Ayah, Bu, aku ingin mengatakan sesuatu——" Dia menarik nafas yang dalam lalu mendongak, ia tidak memikirkan hal yang lain lagi, ia memaksakan dirinya untuk mengatakannya.

Novel Terkait

Menantu Hebat

Menantu Hebat

Alwi Go
Menantu
4 tahun yang lalu
Get Back To You

Get Back To You

Lexy
Percintaan
4 tahun yang lalu
A Dream of Marrying You

A Dream of Marrying You

Lexis
Percintaan
4 tahun yang lalu
Mr. Ceo's Woman

Mr. Ceo's Woman

Rebecca Wang
Percintaan
4 tahun yang lalu
Demanding Husband

Demanding Husband

Marshall
CEO
4 tahun yang lalu
The Revival of the King

The Revival of the King

Shinta
Peperangan
4 tahun yang lalu
Cinta Adalah Tidak Menyerah

Cinta Adalah Tidak Menyerah

Clarissa
Kisah Cinta
5 tahun yang lalu
Be Mine Lover Please

Be Mine Lover Please

Kate
Romantis
4 tahun yang lalu