Terpikat Sang Playboy - Bab 416 Asalkan Kamu Bahagia

Merry Mou tertegun sejenak, wajah kecilnya menjadi pucat, “Apa maksudmu? Aku belum pernah bertemu dengan pria yang tidak berperasaan dan tidak setia seperti kamu. Menurutku kamu bukannya tidak mau berteman, kamu hanya tidak ingin memiliki teman sepertiku. Percuma saja aku menemanimu selama ini. Dasar orang malang yang tidak tahu terima kasih, tidak punya hati.”

Tania duduk untuk membujuk Vincent, “Ia hanyalah seorang gadis, ia sensitif. Kamu setuju saja untuk menjadi temannya. Kamu lihat, kamu hampir membuatnya menangis. Saat kamu koma, untung saja ada ia yang pagi dan malam menemanimu. Kalau tidak, aku tidak tahu harus bagaimana. Berilah ia penghargaan atas kerja kerasnya. Menjadi teman juga bukan memaksamu untuk menikahinya. Jangan terlalu pelit.”

“Aku tidak mau berteman dengannya itu untuk kebaikannya. Tania, kamu memutuskan untuk meninggalkanku dan mencari kebahagiaanmu sendiri. Aku sudah mengorbankan diriku untuk membantumu, tapi tolong jangan lagi bantu menjodoh-jodohkan aku. Kalau tidak, aku bisa membencimu.” Nada bicara Vincent terdengar datar dan yakin. Ia tidak suka Tania yang seperti ini. Bagi Vincent, ini adalah penderitaan yang sangat menyiksa saat orang yang dicintainya malah mendorong seorang wanita lain ke dalam pelukannya.

“Bukan, aku tidak—” Tania dapat melihat raut tidak senang pria itu. Ia ingin segera menjelaskan, namun ia juga tidak tahu bagaimana baiknya menjelaskan.

“Tidak perlu bicara lagi—” Merry Mou menyela percakapan mereka, “Vincent, kamu takut aku akan mempersulitmu setelah aku mendapatkan posisi sebagai temanmu, bukan? Benar, aku menyukaimu. Aku langsung menyukaimu sejak pertama kali aku melihatmu, tapi perasaanku tidak ada hubungannya denganmu. Siapa yang aku sukai adalah kebebasanku. Kalau tidak, aku juga tidak akan membuang waktu selama ini untuk menemanimu. Dan aku juga bukan orang yang menginginkan balas budi. Hari-hari ini aku lalui dengan senang, aku juga tidak menyesal dengan hal-hal yang sudah kulakukan. Kamu ingin memutuskan hubungan antara kita agar kita hanya sebagai orang asing yang bahkan tidak bisa menjadi teman? Baiklah, aku mengerti. Biarlah seperti ini saja.”

Merry Mou berjalan ke samping lemari, mengambil ransel miliknya, dan memasukkan kamera beserta barang pribadi sehari-harinya ke dalam tasnya. Ia memakai ranselnya dan langsung berjalan pergi tanpa mengucapkan selamat tinggal.

Merry Mou tidak ingin mengucapkan perpisahan, karena ia tahu mereka pasti akan bertemu lagi nanti.

“Merry Mou—” Tania memanggilnya, namun ia sudah berjalan keluar pintu. Gadis ini pasti sakit hati. Awalnya ia percaya bahwa setelah Vincent sadar, ia akan tergerak oleh wanita itu. Tapi ternyata, menjadi teman biasa pun bahkan tidak bisa.

Vincent memang seperti itu. Ia tidak peduli dengan dunia ini, ia tidak peduli dengan siapapun. Ia terlihat dingin dari luar namun dalamnya juga dingin hati. Keputusan yang sudah dibuatnya tidak bisa diubah bagaimanapun juga!

Orang yang kesepian hanya bisa melakukan hal yang membuat dirinya semakin jauh!

Alex tidak tahan lagi dan berkata, “Vincent kamu benar-benar menolaknya? Dengan wajahnya yang begitu imut kamu juga tega mengusirnya? Walaupun kamu tidak menyukainya, biarkan saja ia tinggal. Kamu bisa menganggapnya sebagai penggemarmu untuk memuaskan perasaannya yang sia-sia. Apakah harus—”

Vincent memutar bola matanya dan tertawa dingin, “Kamu pikir aku adalah orang sepertimu.”

Tania mengehela napas, “Yah—, ia pergi begitu saja. Rasanya benar-benar bersalah padanya. Kalau dari awal aku tahu, aku pasti akan menolaknya saat ia menawarkan dirinya untuk menemanimu di saat-saat sulit itu. Dengan begitu pasti ia tidak akan menerima rasa sakit yang sebesar seperti sekarang ini.”

“Ia sudah terluka. Apa kamu tidak melihat raut wajahnya yang akan segera menangis ketika ia keluar?” Alex mengurut-urut pundak istrinya, “Kamu juga tidak usah terlalu memikirkan masalah ini. Biarlah anak ini hidup sendirian sampai tua.”

“Kamu bicara asal apa?! Vincent baru 31 tahun, aku tidak akan membiarkan kamu mengutuknya seperti ini!” Tania dengan amarah membara mencubit paha Alex, “Nanti ia pasti akan bertemu dengan wanita yang bisa membahagiakannya.”

Alex pun kesakitan “Iya, baiklah. Aku salah. Istriku, aku mengaku salah. Apakah masih belum cukup?”

“Cepat pergi tanya ke suster apakah Vincent sudah boleh makan sesuatu. Kalau boleh, belilah sesuatu ke sini.” ujar Tania dengan nada memerintah.

“Baiklah! Walaupun ia tidak makan, kamu dan bayi juga harus makan. Aku akan pergi beli, tapi kamu harus jaga jarak dengannya. Mengerti?” ujar Alex tidak tenang.

“Alex, menurutku kamu boleh jadi orang yang lebih membosankan. Ia adalah pasien, aku adalah ibu hamil. Apa yang bisa kami lakukan? Pergi sana, pergi.” Tania mendorong suaminya keluar.

Alex berjalan keluar sambil berkata kepada Vincent “Untung saja kamu tidak jadi menikah dengannya. Kalau tidak, kamu akan sama sepertiku. Melalui setiap hari di rumah dengan kasar.”

“Perkataanmu ini merangsangku untuk membunuhmu.” Vincent tersenyum dengan raut dingin.

Alex berjalan keluar dari kamar pasien. Mungkin perkataan lawannya yang kalah itu tidak terlalu baik, tapi entah mengapa suasana hati Alex tiba-tiba berubah menjadi begitu baik.

Di dalam kamar pun hanya tertinggal Vincent dan Tania.

Setelah keheningan sejenak, Vincent melihat buliran putih di luar kasurnya. Ia lalu bertanya, “Apakah di luar sedang turun salju?”

“Iya, kemarin pagi mulai turun. Tidak disangka saljunya turun begitu deras.” Tania menolehkan kepala dan melihat ke arah luar jendela, “Bagaimana rasanya begitu sadar musim sudah berganti? Apakah ada perasaan yang tidak bisa dijelaskan?”

“Aku tidak terlalu memikirkan musim, hanya saja kamu berubah banyak. Perutmu membulat, tubuhmu juga menggemuk. Aku telah melakukan banyak kesalahan padamu, tapi aku juga merindukan masa-masa itu.” Vincent berujar seadanya. Disaat ia koma, Tania dan Alex bersatu kembali dan memiliki anak bersama. Ini lebih baik daripada ia sadar dan melalui itu semua.

Tania mengerti maksudnya, “Sebenarnya kamu benar-benar tidak seharusnya seperti itu kepada Merry Mou. Seperti yang Alex katakan, walaupun kamu tidak menyukainya, kamu tidak perlu sesadis itu menolaknya. Aku benar-benar dengan tulus berharap kamu tidak perlu kesepian seorang diri seperti ini.”

“Kamu bilang kalau dari awal kamu menolaknya untuk menemaniku, sekarang ia tidak akan terluka. Sama saja dengan sekarang aku menolaknya agar ia tidak menerima luka yang lebih besar di kemudian hari. Hal yang tidak ada hasilnya, lebih baik dibereskan lebih awal.” ujar Vincent hangat sambil menatap Tania.

“Kamu belum pernah mengenalnya jadi bagaimana mungkin kamu bisa dengan yakin tahu tidak ada hasilnya? Dicoba sebentar juga tidak masalah. Merry Mou begitu terbuka dan optimis. Ia pasti bisa mengisi hatimu yang dingin.” Tania menggenggam tangan Vincent, berharap ia bisa mengubah pola pikir pria itu.

Vincent menarik tangan Tania dan mencubitnya, ia tertawa dalam, “Mencintai seseorang bukanlah perkara yang mudah. Apalagi aku tahu diriku sendiri, selamanya tidak mungkin mencintai orang lain. Untuk apa menyeret dan membuatnya lelah? Aku tidak suka memaksa diri sendiri.”

“Kalau begitu apakah kamu terpikir bagaimana melalui hari-hari seumur hidupmu ini? 40 tahun dalam sekejap mata akan sampai. Lalu 50 tahun, 60 tahun?! Apakah kamu mau sendirian sampai tua? Apakah sesulit itu untuk mencintai seseorang?” Nada suara Tania sedikit putus asa, hatinya terasa sangat sedih dan sulit untuk ditahan.

“Sangat teramat sulit...” Vincent berulang kali menjawabnya dengan yakin.

“Vincent—, apakah dengan semua yang sudah terjadi sampai sekarang, kamu masih ingin balas dendam kepadaku” Tania menjilat bibirnya, matanya terlihat sedikit basah.

“Haha—” Vincent tertawa ringan, “Bodoh, bagaimana kamu bisa berpikir seperti ini? Memangnya ada dendam apalagi yang bisa kubalaskan terhadapmu? Sekarang aku hanya ingin hidup ke arah yang sudah ditunjukkan. Aku tidak ingin dengan sia-sia sembarangan mencari perempuan untuk berada disampingku, lalu memiliki anak dan menganggap hidupku sempurna. Hal seperti ini malah lebih bertolak belakang dengan keinginanku. Bahagia atau tidak bukan dinilai dari luar. Jangan-jangan kamu juga sama dengan orang lain yang berpikiran seperti ini.”

Tania tidak lagi bicara, ia tidak bisa menemukan perkataan apa yang bisa ia katakan.

“Asalkan kamu bahagia, aku sudah merasa lebih dari cukup bisa melihatmu bahagia. Sungguh. Dan tentangku, kamu tidak perlu khawatir. Biarkan aku yang bertanggung jawab. Biarkan semuanya mengalir seperti biasa.” Sebaliknya, Vincent masih menghibur Tania.

Novel Terkait

Bretta’s Diary

Bretta’s Diary

Danielle
Pernikahan
4 tahun yang lalu
Love From Arrogant CEO

Love From Arrogant CEO

Melisa Stephanie
Dimanja
4 tahun yang lalu
Meet By Chance

Meet By Chance

Lena Tan
Percintaan
4 tahun yang lalu
Cinta Pada Istri Urakan

Cinta Pada Istri Urakan

Laras dan Gavin
Percintaan
4 tahun yang lalu
Pernikahan Tak Sempurna

Pernikahan Tak Sempurna

Azalea_
Percintaan
4 tahun yang lalu
Half a Heart

Half a Heart

Romansa Universe
Romantis
4 tahun yang lalu
Loving The Pain

Loving The Pain

Amarda
Percintaan
5 tahun yang lalu
Cutie Mom

Cutie Mom

Alexia
CEO
5 tahun yang lalu