Terpikat Sang Playboy - Bab 99 Apakah Ini Provokasi atau Tanda Menyerah

Ayah Tania berhenti sejenak, matanya menjadi sedikit merah. Mengingat kembali masalah ini membuat hatinya merasa menderita.

Ayah Tania mengatur raut wajahnya dan kembali melanjutkan, “Hari itu saat aku masuk, wajahnya yang penuh ketakutan dan kegelisahan memberitahuku bahwa pria brengsek itu kembali mencarinya. Kami juga tidak tahu darimana ia mendengar hubungan kami yang baik, tapi ia menyuruh ibumu untuk memeloroti uangku. Pria brengsek itu mengancamnya dengan sebilah pisau dan berkata kalau ibumu tidak memberinya uang, maka ia akan membunuh ibumu dan dirimu. Ia sudah trauma dengan kekerasan yang dulu dilakukan ayahmu, bagaimana pun aku mencoba menenangkannya semuanya percuma. Ia hanya bilang bahwa demi uang pria itu benar-benar bisa membunuh orang, membuatnya tidak bisa hidup lagi. Ia juga bilang bahwa tidak ingin merepotkanku, juga tidak ingin Vincent sampai terkena masalah. Saat itu aku tidak tahu bahwa dalam hatinya ia sudah berniat bunuh diri dan juga sudah mengirim pergi Vincent. Ini salahku juga, aku tidak menyadari jiwanya yang kosong. Aku bilang padanya aku akan pulang untuk memberinya uang supaya bisa mengusir binatang itu pergi. Tidak lama setelah aku keluar, terdengar suara ledakan dan rumah itu mulai terbakar. Apinya membara sangat besar sampai orang pun tidak bisa mendekat. Aku langsung melapor pemadam kebakaran dan aku berdiri di tengah kerumunan, melihat api melahap habis rumah itu.”

Ayah Tania tidak bisa menahan kesedihannya lagi, air matanya pun mulai menetes, “Aku tahu, saat itu ia berpikir bahwa pria itu selamanya tidak akan bisa mengancamnya lagi kalau ia meninggal. Bagaimana ia bisa begitu bodoh? Selama itu aku tidak pernah menghampirinya sebenarnya karena aku memikirkan keluargaku sendiri dan aku juga takut akan opini publik. Tanah itu ada di bawah namaku, makanya setelah ia meninggal, aku lalu mendirikan bangunan perusahaan Tan. Katakanlah aku sedikit egois, Vincent. Setelah itu kamu dirawat oleh orang lain, aku yang mengatur siapa yang menjadi orangtua angkatmu. Aku selalu memperhatikanmu dalam gelap. Kamu tumbuh dengan sangat baik, saat berumur 17 tahun kamu melanjutkan studimu di Amerika,dan mendirikan sebuah perusahaan di sana. Aku kira kau akan tinggal selamanya di sana untuk mengembangkan usahamu, tidak kusangka kamu akan pulang ke sini dan bergabung dengan perusahaanku. Saat itu aku merasa sangat senang. Aku kira ayah ibumu menceritakan kepadamu tentangku sehingga kamu memutuskan untuk bergabung denganku. Aku benar-benar tidak pernah menyangka bahwa kamu datang untuk balas dendam. Aku tidak menyangka kamu akan salah paham seperti ini.”

Vincent hanya duduk diam, bibirnya pucat pasi. Pupilnya menyorotkan sinar yang tidak pasti, tangannya juga bergetar hebat. Tidak! Ini bukan kenyataan yang sebenarnya!

Setelah Tania mendengarnya, ia sendiri juga merasa terluka. Tapi di waktu yang bersamaan, ia juga merasa sangat marah, “Vincent, kamu sudah mendengarnya. Ayahku bukan musuhmu tapi adalah penyelamatmu. Seharusnya kamu membalas kebaikannya.”

“Ini hanya perkataan dari sudut pandangnya saja. Aku tidak akan percaya begitu mudahnya, bisa saja ini sebenarnya adalah kebohongan.” Napas Vincent mulai menderu, hatinya masih tidak bisa menerima kenyataan ini.

“Jika kamu mau tahu apakah aku bohong atau tidak itu mudah. Ayo kita ajak ibu angkatmu bertemu ayahku, atau kita selidiki kampung halaman ibumu dan ayahku. Kalau masih belum cukup, suruh orang untuk mencari ayah kandungmu. Kamu begitu hebat, begitu cerdik, tapi tidak bisa membedakan baik atau buruk? Bodoh sekali, dimana hati nuranimu?” Tania berkata dengan begitu agresif, matanya mulai seperti api yang membara.

Ayah Tania menahan putrinya yang mulai terbakar emosi, “Tania, tidak perlu bicara lagi. Ayah ingin tahu alasan Vincent berbuat seperti itu dan sekarang ayah tahu ia bukan gelap mata karena harta. Ayah jadi tenang sekarang. Apakah Vincent mempercayai ayah atau tidak, biarkan ia sendiri yang mempertimbangkannya. Masalah ini kita akhiri saja seperti ini. Sesampainya di rumah, kau tidak perlu memberi tahu ibu dan kakakmu. Kamu juga pulanglah ke rumahmu sendiri, baik-baiklah dengan Alex melewati hari-hari kalian. Ayah semakin lama semakin tua, tidak ingin melihat kalian bertengkar sampai berdarah-darah. Apakah kamu mengerti putriku?”

Tania mengangguk-anggukkan kepalanya, “Aku mengerti, ayah, aku mengerti.” Tania memeluk ayahnya. Seperti ayahnya yang menganggap Vincent seperti anaknya sendiri, Tania juga mengerti kepedihan yang dirasakan ayahnya.

Walaupun Vincent telah melakukan banyak hal yang mengecewakan, ayah Tania juga tidak membencinya. Orangtua memang tidak mungkin bisa membenci anak-anaknya.

Vincent tiba-tiba bangkit berdiri dan dengan langkah besar berjalan keluar pintu. Langkah kakinya berjalan begitu cepat, begitu panik.

Tania menemani ayahnya pulang dan setuju untuk menyembunyikan rahasia ini.

Langit sudah menjadi gelap begitu Tania kembali ke taman kaca. Ia tidak menyalakan lampu dan duduk di atas sofa, memikirkan semua yang terjadi barusan. Takdir memang lucu, bisa mencampur-adukkan kebaikan dan dendam.

Tania tidak tahu bagaimana Vincent bisa menghadapi kenyataan ini. Kalau dipikir-pikir, pria itu begitu tragis, melihat dengan mata kepala sendiri ibunya meninggal di hadapannya. Kalau saja ia tidak salah paham dari awal, cerita mereka berdua pasti akan berbeda sekarang.

Tania tenggelam dalam pikirannya dan tertawa sambil lalu.

Waktu menunjukkan hampir pukul enam malam, Tania pun mulai merasa lapar. Sekarang ia tidak memikirkan apakah Alex akan pulang. Tania tidak mau berharap sehingga ia tidak akan kecewa.

Tania baru saja akan berdiri dan keluar pintu saat sebuah mobil berwarna merah berhenti di depan pintu.

“Kakak ipar—” Linda turun dari mobil, mengenakan rok panjang melebihi lutut berwarna krem. Ia terlihat seperti bidadari dan sambil tertawa anggun berjalan sampai ke hadapan Tania.

Kepala Tania menjadi sedikit sakit dan ia memaksa semangatnya untuk bangkit. Tania pun menjawab, “Oh Linda. Ada masalah apa sampai kamu datang sekarang?”

“Kita bicara di dalam saja.” Linda menenteng tas berwarna merah muda dan berjalan masuk ke dalam rumah. Tania pun membalikkan tubuhnya dan berjalan masuk.

Setelah Linda berdiri di dalam rumah, ia lalu membalikkan tubuhnya, “Kakak ipar, sudah hampir dua minggu berlalu sejak hari ulang tahunku. Setelah kupikir baik-baik, ada beberapa hal yang menurutku akan lebih baik jika kubicarakan denganmu.”

“Boleh saja, ayo duduk dan mengobrol.” Tania berjalan ke kursi rotan yang berada di depan jendela dan duduk disitu.

Linda juga berjalan mendekat dan duduk. Ia dengan sopan menundukkan kepalanya. Lalu, seolah mengumpulkan keberaniannya, ia mengangkat kepalanya dan berkata, “Kakak ipar, kamu sudah tahu masalahku dengan Alex, bukan?”

“Hmm, aku hanya mendengar dari rumor yang beredar.” jawab Tania asal. Apakah wanita yang sedang berpura-pura ini akhirnya akan menyerang?

“Sebenarnya hari itu aku tidak minum sampai terlalu mabuk. Aku mendengarkan semua perkataanmu, kakak ipar. Kamu juga tahu Alex bukan pria yang suka dikekang, aku tidak ingin menghancurkan pernikahan kalian. Hubunganku dengan Alex akan selalu menjadi teman dan pacar. Saat ia membutuhkanku sebagai teman, aku akan menjadi temannya. Saat ia sedang membutuhkanku secara fisiologis, aku akan menjadi pacarnya. Aku tidak akan memaksamu untuk bercerai dengannya dan aku juga tidak berharap kalian bercerai. Aku tidak takut untuk mengakui bahwa dulu ia pernah melamarku. Tapi aku menolaknya karena aku menyukai hidup yang bebas. Kakak ipar, kita berdamai saja, ya? Semuanya saling menutup dan membuka sebelah mata saja, ya?” ujar Linda dengan sopan.

“Kalau kamu memang mau aku hanya membuka dan menutup sebelah mata, untuk apa hari ini kamu datang ke sini? Apakah kedatanganmu ke sini berarti kamu menyerah? Atau justru kau sedang memprovokasiku? Aku, Tania, tidak terlalu suka bermain dalam gelap. Kalau kau bisa menarik perhatian Alex, itu adalah masalah pribadimu. Bisa duduk di posisi ini adalah sebuah keberuntungan bagiku. Kita semua adalah orang dewasa, pernikahan bukan hanya di atas kertas. Siapa yang bisa menjamin selamanya Alex bisa berada disampingku?” Tania berkata menyetujui dan bangkit berdiri “Perutku lapar, aku mau pergi makan malam. Lakukan semaumu di sini”.

Di belakang Tania, Linda menunjukkan sebersit kebanggaan diri. Dengan nada yang halus dan suara yang lembut, ia pun berkata “Kakak ipar, celana dalam ganti Alex di tempatku sudah tinggal sedikit. Tentu kakak ipar tidak keberatan bukan kalau aku pergi mengambil ke atas? Karena kemungkinan Alex akan tinggal di tempatku untuk waktu yang lama.”

Tania menahan napasnya dalam hati. Ia akhirnya bisa merasakan aliran darah yang mengalir di tenggorokannya.

“Tentu tidak. Kalau kau bisa membawanya, ambil saja semua baju dan sepatunya. Aku juga sudah menaruh beberapa model untuk musim yang baru.” Tania mengibaskan tangannya dan berjalan keluar villa.

Novel Terkait

Wahai Hati

Wahai Hati

JavAlius
Balas Dendam
4 tahun yang lalu
Villain's Giving Up

Villain's Giving Up

Axe Ashcielly
Romantis
3 tahun yang lalu
Mendadak Kaya Raya

Mendadak Kaya Raya

Tirta Ardani
Menantu
4 tahun yang lalu
Milyaran Bintang Mengatakan Cinta Padamu

Milyaran Bintang Mengatakan Cinta Padamu

Milea Anastasia
Percintaan
4 tahun yang lalu
Cinta Dibawah Sinar Rembulan

Cinta Dibawah Sinar Rembulan

Denny Arianto
Menantu
4 tahun yang lalu
Love In Sunset

Love In Sunset

Elina
Dikasihi
5 tahun yang lalu
Akibat Pernikahan Dini

Akibat Pernikahan Dini

Cintia
CEO
4 tahun yang lalu
Cinta Dan Rahasia

Cinta Dan Rahasia

Jesslyn
Kesayangan
5 tahun yang lalu