Terpikat Sang Playboy - Bab 324 Kami Bersiap Rujuk!

Kakek He duduk tepat di tengah dan menghadap ke arah selatan. Di samping kanan dan kirinya adalah Liona dengan Jimmy, dan disisi satunya adalah Michael, Anlice, dan Nico.

Meja makan sudah dipenuhi dengan begitu banyak makanan mewah. Belum ada satupun yang memulai, mereka semua menunggu kedatangan Alex dan Tania.

“Semuanya sudah hadir, duduklah.” Kakek He sudah menunggu lebih dari setengah jam. Awalnya raut wajahnya sudah tidak enak, tapi begitu melihat Alex dan Tania datang bersama-sama, seketika itu juga raut wajahnya kembali menghangat. Ia melihat ke arah Liona dan Jimmy yang duduk di samping kanan dan kirinya, “Kalian berdua silakan bergeser, biarkan Alex dan Tania duduk di sampingku.”

“Ya, ayah!” Jimmy tersenyum ringan dengan elegan. Ia sama sekali tidak keberatan. Ia bangkit berdiri dan duduk di samping Nico.

Lain halnya dengan Liona yang dengan tidak senang hati bangkit berdiri. Dengan suara rendah ia pun menggerutu, “Apa-apaan ini—” Berdasarkan apa menyuruhnya minggir? Liona berjalan ke samping suaminya dan duduk disana. Ia melihat sekilas Tania yang berjalan masuk. Liona tidak mengerti bagian mana dari wanita itu yang membuat Alex begitu terpesona. Orang seperti Tania ini, kenapa semuanya terjerat olehnya?!

Alex dan Tania masing-masing duduk di samping kanan dan kiri kakek He.

“Kakek.” Tania dengan sopan menyapanya, lalu duduk dengan tenang dan penuh martabat. Anlice duduk di samping Tania dan lusa ia akan menjadi ibu mertuanya.

“Ya!” Kakek He tertawa penuh rasa sayang. Ia menyumpitkan sepotong abalone dan meletakkannya di depan Tania “Ayo, cobalah. Hari ini koki memasaknya dengan spesial. Kakek sudah tua, apalagi ada tekanan darah tinggi. Kedepannya harus banyak makan sayur-sayuran, makanan laut yang mahal seperti ini kakek sudah tidak bisa menikmatinya.”

Tania mengangkat garpu dan pisaunya, memotong sedikit abalonenya dan mencicipinya. Ia lalu berkata sambil tersenyum, “Segar dan enak sekali.”

“Hahaha... Kalau begitu makanlah yang banyak.” Kakek He menepuk-nepuk tangan Tania dengan kasih dan berbicara kepada yang lain, “Semuanya silakan makan. Sangat jarang kita bisa makan bersama-sama. Biarkan aku si tua ini bahagia sekali-kali, siapa yang tahu besok bisa saja berubah.”

“Ayah, lihatlah apa yang kamu katakan. Ini terdengar tidak bagus. Peh, peh, peh…” Liona seperti percaya takhayul menyemburkan mantra di luar meja.

Wanita cantik di rumah Alex. Kakek He langsung tertawa melihat kelakuan putrinya, “Kamu, ya. Walaupun ayah bisa hidup sampai 100 tahun, hanya belasan tahun saja bisa hidup dengan baik. Ini adalah hal yang wajar kalau akhirnya semua kembali ke asal. Setiap orang harus menyambut waktunya. Apanya yang beruntung atau tidak beruntung. Jadi kita harus lebih menghargai kejayaan masa muda. Kalau sudah hidup di umurku ini dan kembali mengingat badai hidup yang terjadi di masa lalu, tiba-tiba aku merasa itu semua hanya kerikil kecil dalam kehidupan. Bahkan lebih ringan daripada debu yang datang.”

Saat semuanya makan, mereka dengan tenang mendengarkan perkataan kakek He. Perasaan yang dirasakan masing-masing orang tidak sama.

“Perkataan opa membuat aku merasa sangat beruntung. Aku juga harus secepat mungkin mencari kekasih dan menghargai masa kejayaanku yang indah. Alex, Tania, bagaimana dengan kalian? Bukankah seharusnya kalian menjadi contoh? Masalah sebesar rujuk seperti ini, tidak mungkin baru kalian urus saat kalian sudah menjadi kakek dan nenek, bukan?” Nico yang berada di samping tersenyum ringan.

Tania dan Alex saling bertatapan. Mata kakek He tiba-tiba berkilat. Michael tertawa kecil, Jimmy masih tetap menjaga raut hangatnya, sedangkan Liona terkesiap. Ekspresinya seperti terlihat ia tidak memiliki cara lain.

Sedangkan raut Anlice adalah yang paling halus dan yang paling diperhatikan oleh mereka sekeluarga. Mengenai hubungan Alex dan Tania, beberapa pria dewasa itu tidak menentangnya. Sedangkan Liona, walaupun ia tidak terlalu cocok dengan Tania dan juga pernah bertengkar hebat dengannya, tapi pada dasarnya ia hanya bibi Alex dan tidak memiliki kekuatan apapun untuk mengurusinya. Hal penting yang tersisa hanyalah perlakuan Anlice. Tidak terlihat ekspresi apapun di wajahnya. Tidak ada senyum, juga tidak terlihat adanya dendam dan amarah.

Alex menatap ibunya. Ia tidak peduli apakah ibunya belakangan ini bisa menerima Tania atau tidak. Ia telah menetapkan hatinya. Alex menolehkan kepalanya dan menatap kakeknya. Ia lalu berujar dengan serius, “Kakek, aku dan Tania sudah memutuskan besok akan pergi ke catatan sipil untuk mengurus surat rujuk.”

“Benarkah! Bagus, bagus.” Kakek He diam-diam merasa bahagia dalam hatinya. “Anakku, hidup bersama dengan orang yang kamu sukai sampai tua itu benar-benar akan bahagia. Kalau sampai nanti saatnya kalian tua, tinggallah di tempat kakek ini. Betapa bahagianya kalau bisa melihat di dalam taman kaca banyak anak cucu.”

“Kakek, sepertinya kakek mengatakan hal yang terlalu jauh. Lagipula, tempatmu ini bukan tempat yang aku suka.” Alex menggelengkan kepalanya, seperti tidak setuju dengan kakeknya.

“Anak tengil ini—” Melihat cucunya yang berhati dingin, kakek He menghela napas dan meniup janggutnya.

Tania yang berada di samping tersenyum dan berkata, “Sebaliknya aku sangat menyukai tempat kakek ini. Di sini udaranya sangat jernih dan juga sangat tenang, benar-benar cocok untuk masa tua.”

Liona mendenguskan senyumnya, “Tania, ternyata kamu menyukai tempat ini. Tapi kalau kamu mau tinggal disini, bukankah seharusnya bergilir ke pamanmu dulu? Dia juga berhak atas kediaman Alex ini.” Liona tidak melihat dirinya sebagai sombong. Ia tidak suka adiknya yang tidak memperjuangkan apapun, hanya saja ia juga tidak bisa merebut apapun dari keponakannya.

“Kakak kedua, kamu tidak usah memperhatikan aku seperti ini. Makanlah.” Michael menyumpitkan beberapa lauk kepada Liona untuk menghentikan kobaran api yang ia sebabkan. Awalnya semenjak kakaknya meninggal, kediaman Alex dan perusahaan seharusnya diurus olehnya. Tapi dari kecil kakaknya menganggapnya sama seperti seorang ayah sedangkan Alex dianggap seperti seorang adik. Sepeninggalan kakaknya, ia sangat teramat sedih, jadi Michael dengan keinginannya sendiri terjun ke dunia politik dan menyerahkan segala urusan keluarga Alex kepada Alex.

“Bibi, yang kamu katakan itu benar, aku terlalu lantang.” Tania dengan cerdik mengubah perkataannya. Ini sama seperti jaman kerajaan jaman dulu, hubungan antara anak dan cucu juga sama. Kepada siapa kekuasaan kerajaan ini akan jatuh juga masih tidak dapat ditentukan.

Kakek He menatap putrinya dengan tidak senang, “Emosimu ini mirip siapa?! Ibumu sangat pengertian, bagaimana bisa melahirkan seorang anak yang suka mencari masalah sepertimu? Belajarlah kepada adikmu.”

“Ayah—, kakak kedua memang bertemperamen seperti ini. Mulutnya tajam tapi hatinya lembut. Tidak usah dijadikan masalah. Alex adalah orang paling penting dalam keluarga Alex. Tidak peduli sekarang atau nanti, aku tidak akan berebut apapun dengannya. Ayah tidak perlu khawatir bisa terjadi masalah seperti itu.” Michael tahu apa yang sedang dikhawatirkan ayahnya, ini juga masalah yang bisaanya terjadi di keluarga orang kaya.

Kakek He merasa tenang, hatinya juga merasa bersalah kepada anaknya. Dari kecil ia memberikan seluruh perhatian dan kasih sayangnya kepada cucunya, memberikan perusahaannya kepada cucunya, sebenarnya hal ini tidak adil. Selain memberikan kepadanya nama tuan muda ketiga, ia tidak pernah memberikan apapun pada Michael.

“Paman ketiga—” Alex bangkit berdiri dan menuangkan segelas anggur untuk Michael, “Usiamu sudah tua, kapan kamu akan membawa pasangan hidupmu? Ayo kita tambah anggota keluarga ini. Kalau tidak, aku hanya bisa bertanggung jawab merawatmu sampai tua.”

“Tergantung jodoh saja. Sampai tua nanti, asalkan ada kamu dan Nico, aku tidak khawatir sedikitpun. Lagipula, paman ketiga juga belum terlalu tua.” Sangat jarang Michael bercanda. Ia meredakan suasana tegang, semua anggota keluarga saling percaya dan menjaga. Tidak ada kasih yang lebih dalam dari ini. Mereka tidak akan menjadi musuh atau bertengkar karena uang.

Nico yang ada di samping lebih dulu tertawa, selanjutnya Liona juga akhirnya melepas tawanya. Tania merasa suasana hangat di dalam keluarga seperti ini sangat indah. Walaupun mereka semua masing-masing berkedudukan tinggi, tapi semuanya bersatu. Tidak seperti keluarga kaya lainnya, dari luar terlihat baik-baik saja, tapi dalam kegelapan mereka bisa saling bertarung demi harta.

Setelah mereka semua tertawa, kakek He pun terpikir sesuatu, “Alex, tentang kamu dan Tania yang akan rujuk, apakah kamu sudah menyampaikan hal ini kepada keluarga Tan?”

“Belum.” jawab Alex jujur.

“Mana bisa seperti ini. Hal ini harus dibicarakan dengan baik, pelan-pelan. Besok kamu mampir dulu ke keluarga Tania. Masalah rujuk ini juga tidak akan terlambat. Ini baru namanya menghargai.” Pada dasarnya kakek He adalah tetua, sehingga ia tahu peraturan apa yang seharusnya dilaksanakan.

Novel Terkait

His Second Chance

His Second Chance

Derick Ho
Practice
4 tahun yang lalu
Cintaku Pada Presdir

Cintaku Pada Presdir

Ningsi
Romantis
4 tahun yang lalu
Mr. Ceo's Woman

Mr. Ceo's Woman

Rebecca Wang
Percintaan
4 tahun yang lalu
Beautiful Lady

Beautiful Lady

Elsa
Percintaan
4 tahun yang lalu
Cinta Yang Dalam

Cinta Yang Dalam

Kim Yongyi
Pernikahan
4 tahun yang lalu
Si Menantu Buta

Si Menantu Buta

Deddy
Menantu
4 tahun yang lalu
Because You, My CEO

Because You, My CEO

Mecy
Menikah
5 tahun yang lalu
Rahasia Seorang Menantu

Rahasia Seorang Menantu

Mike
Menjadi Kaya
4 tahun yang lalu