Terpikat Sang Playboy - Bab 274 Pikiran Jahat

Pagi-pagi benar.

Linda terbangun dari mabuknya dan melihat Alex yang sedang tertidur di sofa yang lain. Meja teh dipenuhi dengan botol anggur merah dan gelas. Kepala Linda terasa seperti mau pecah. Tidak ada rencana apapun yang berhasil dilakukannya kemarin, ia juga tidak ingat bagaimana ia pulang setelah minum-minum kemarin.

Selain itu, sepertinya kemarin malam ia berbicara mengenai banyak hal. Linda tertegun seraya hatinya mulai gelisah. Ia... Tidak mengatakan apa yang tidak seharusnya dikatakan, bukan?

Linda mencoba mengingat apa yang terjadi kemarin malam namun ingatannya serasa berkabut. Alex yang sedang tidur di sofa pun terbangun dan tersenyum pada Linda sambil berkata, “Kemarin malam kita benar-benar hanya minum sedikit.”

“Iya! Tentu saja!” Linda tersenyum lebar pada Alex kemudian bertanya, “Kemarin malam... Aku tidak mengucapkan sesuatu yang aneh, bukan?”

“Aneh? Apa maksudmu?” tanya Alex berpura-pura bingung.

Linda menghembuskan napas lega lalu tertawa sambil mengibas-kibaskan tangan, “Bukan apa-apa. Aku takut aku hanya kehilangan kontrol setelah minum-minum. Bukankah itu jadi hal yang memalukan.”

“Kamu tenang saja karena kemarin malam aku minum lebih banyak darimu sehingga lebih cepat mabuk. Jadi, aku tidak akan tahu hal memalukan apa yang kamu perbuat.” Alex berpura-pura sedang sakit karena terlalu mabuk dan memegang dahinya. Tapi, Alex mendengus dingin dalam hati. Wanita ini benar-benar terlalu berhati-hati.

“Haha... Kemampuan minummu memang tidak sehebat aku.” Linda benar-benar tidak merasakan adanya kecurigaan dalam hatinya. Ia lalu bangkit berdiri dan menghampiri Alex, lalu menaruh sepasang tangannya di dada pria itu, “Alex, aku benar-benar senang karena kita bisa bersama lagi.”

Alex menahan diri untuk tidak menunjukkan aura dingin yang sudah memenuhi hatinya. Ia justru menggenggam tangan Linda yang secara kasual menempel di dadanya, “Setiap kali aku terluka atau sedih, kamu selalu berada di sisiku. Sekarang aku akhirnya mengerti siapa orang yang seharusnya benar-benar aku sayangi.”

“Alex—aku mencintaimu.” Linda memeluk Alex, hatinya benar-benar merasa senang. Ia bahkan tidak peduli lagi kalau ia sampai harus mati.

Berbeda dengan Linda, rasa jijik di dalam hati Alex semakin besar.

Pagi itu setelah bangun, Tania pergi menemu Levita terlebih dulu untuk memberitahu kakak iparnya itu agar tidak perlu khawatir lagi. Ia sudah menemukan solusinya.

Levita ingin bertanya pada Tania mengapa ia tiba-tiba berpisah dari Alex dan memutuskan untuk bersama dengan Vincent. Tapi karena dua hal itu tidak berhubungan dengan masalah foto, Levita pun mengurungkan niatnya untuk bertanya. Ia hanya bisa mempercayai Tania seutuhnya.

Tania mengenakan pakaian yang indah dan turun ke bawah untuk menyantap sarapannya. Dengan sekali pandang ia mencari barang-barang aneh yang tidak seharusnya ada dirumahnya, tapi setelah melihat-lihat ia tidak menemukan apapun.

“Nona, ini sarapan anda.” Novi Huang meletakkan sepiring makanan di hadapan Tania.

Saat itulah Tania menyadari sepasang anting-anting besar yang menghiasi telinga Novi Huang. Padahal, gadis itu tidak pernah memakai anting-anting sebelumnya.

“Ei, Novi, anting-antingmu cantik sekali. Pasti emas murni.”

“Iya! Awalnya aku juga tidak percaya. Jadi kemarin lusa saat dalam perjalanan pulang setelah membeli barang, aku memungut anting-anting ini dijalan. Bukankah nona bilang harga emas sedang mahal sekarang? Aku benar-benar beruntung, bukan?” ujar Novi Huang bangga.

Tania tersenyum miris, “Iya, kamu benar-benar beruntung! Anting-anting ini membuatmu terlihat jauh lebih muda.” Di dunia ini, mana ada kejadian sepasang anting-anting yang terjatuh bersama! Linda pasti menggunakan cara ini untuk menyelundupkan alat penyadap ke dalam rumah Tania. Cara ini benar-benar cerdik, perbuatannya tidak akan ketahuan. Kalau bukan karena Tania memperhatikannya dengan seksama, siapa yang akan menyadari bahwa seorang pelayan mengenakan tambahan aksesoris?

Berarti selama Novi Huang tidak berada di dekat Tania, Linda pun tidak bisa menguping pembicarannya.

Tania berpura-pura ia sedang tidak dalam kondisi waspada dan pergi ke tokonya setelah sarapan. Ani masih belum kembali dari Thailand sedangkan pegawai yang lain ribut meminta oleh-oleh darinya. Tania tidak membawa oleh-oleh dan menawarkan akan mentraktir mereka sebagai bentuk permintaan maafnya.

Siang hari, Tania mengirimkan pesan pada Nico untuk bertemu dengannya di sebuah restoran Korea. Tania menyerahkan toko pada seorang pegawainya sedangkan para pegawai yang lain ikut makan bersamanya. Ketika Tania sudah makan setengah dari pesanannya, ia pun pamit untuk pergi ke kamar mandi. Tania lalu berjalan menghampiri ruangan makan yang lain dan melangkah masuk. Di dalamnya, Nico sedang duduk dan menikmati daging panggang.

“Apa kamu sudah menemukan tempatnya?” tanya Tania terus terang sambil duduk.

“Iya, tapi alamat yang kamu beritahu padaku menunjukkan tempat yang berbahaya. Tempat itu akan diruntuhkan, jendela dan pintu sudah tidak ada lagi. Nomor rumah itu juga sudah tidak ada, tidak mungkin melacaknya.” ujar Nico sambil menyantap sepotong daging.

Tania terdiam. “Bagaimana mungkin? Apa ini berarti ia menggunakan nomor telepon dan alamat palsu?” tanya Tania sambil menautkan alisnya.

“Sepertinya memang palsu. Aku sudah memeriksa nomor teleponnya dan nomor itu terdaftar atas nama Linda. Tapi alamat yang ia tinggalkan dan alamat kurir itu berbeda. Ketika aku sampai sana, ternyata itu adalah rumah kosong. Tapi sepertinya ia tidak jauh dari gedung yang akan diruntuhkan itu. Jadi menurutku, ia pasti berada di antara dua titik ini. Tapi apakah kamu tidak mengira-kira kenapa ia meninggalkan nomor telepon dan alamat itu untuk kamu cari? Mungkin saja ini adalah bentuk penipuannya.”

Tania terdiam sesaat, “Menurutku, ia ingin mempermainkan aku dengan memberikanku beberapa petunjuk lalu melihatku yang seperti lalat tanpa kepala.”

“Betul sekali! Masih ada satu kemungkinan lagi, yaitu adanya jebakan besar yang menunggumu. Baginya, kamu adalah kekhawatiran terbesarnya. Selama kamu ada di sini, Linda akan terus khawatir Alex akan bersama denganmu. Jadi, cara yang paling bagus adalah apabila kamu menghilang selamanya.” ujar Nico terus terang.

“Tidak... Tidak mungkin... Ia sudah berada dalam kondisi yang seperti ini... Tidak mungkin ia tega membunuh orang lain hanya untuk mendapatkan perhatian.” Tania tidak berani mempercayainya namun apa yang diucapkan Nico masuk akal juga.

“Benar atau tidaknya akan terlihat nanti. Oh ya, kemarin Alex pergi menemui Linda dan tidak kembali semalaman. Aku tidak tahu apakah ia memutuskan untuk mempercayaimu atau malah mempercayai Linda.” Nico merasa ia harus memberitahu Tania tentang hal ini.

Hati Tania langsung terasa sesak, “Apakah kamu sudah memberitahunya?”

“Kurang lebih pada level yang bisa ia pahami. Tapi Linda adalah orang yang pandai bersilat lidah dan Alex juga selalu melihat seseorang dari sisi lama mereka. Jadi, aku tidak tahu apakah sekarang ia sudah bisa melihat Linda yang sesungguhnya atau masih dibuat bingung oleh wanita itu. Jadi kamu sebaiknya bersiap-siap. Besok ada pesta amal, kamu harus datang bersama dengan Vincent. Baru pada saat itulah kamu bisa mengetahui apa yang ada di dalam benak Alex.” Selesai berujar, Nico menundukkan kepalanya untuk minum sehingga raut wajahnya tidak terlihat.

Mendengar ucapan Nico, Tania merasa kesal. Alex menghabiskan semalaman dengan Linda? Apa yang mereka lakukan?

Tania mengajak Vincent untuk makan malam bersama dan ternyata pria itu benar-benar mengungkit tentang pesta amal, “Kalau kamu ingin Linda benar-benar mempercayainya, maka kamu harus datang bersama denganku besok.”

“Baiklah, besok kita pergi bersama.” ujar Tania sambil tersenyum. Ia lalu melanjutkan dengan nada suara meminta maaf, “Vincent, maaf kamu masih harus direpotkan dengan menemaniku melakukan hal seperti ini.”

“Aku kan sudah bilang, selamanya kamu akan berada di dalam hatiku. Kamu ingin kembali masuk ke dalam duniaku atau hanya ingin tinggal beberapa hari saja, aku akan tetap menyambutmu. Aku juga berterimakasih karena kamu jujur denganku dan bukan hanya sekedar memanfaatkanku. Lagipula, apa kamu benar-benar tidak ingin bantuanku saat Linda sedang mengancammu?” Vincent benar-benar bingung kenapa Tania bersikap penuh rahasia seperti ini. Ini tidak seperti karakternya. Jangan-jangan... Ini ada hubungannya dengan Levita yang jatuh pingsan tempo hari?

“Tidak perlu. Aku bisa menyelesaikan masalah ini sendiri.” tolak Tania dengan tegas.

Keesokan malamnya, lentera pun dinyalakan.

Novel Terkait

Pejuang Hati

Pejuang Hati

Marry Su
Perkotaan
4 tahun yang lalu
Mendadak Kaya Raya

Mendadak Kaya Raya

Tirta Ardani
Menantu
4 tahun yang lalu
My Beautiful Teacher

My Beautiful Teacher

Haikal Chandra
Adventure
4 tahun yang lalu
After Met You

After Met You

Amarda
Kisah Cinta
4 tahun yang lalu
Cantik Terlihat Jelek

Cantik Terlihat Jelek

Sherin
Dikasihi
4 tahun yang lalu
Pengantin Baruku

Pengantin Baruku

Febi
Percintaan
4 tahun yang lalu
Bretta’s Diary

Bretta’s Diary

Danielle
Pernikahan
4 tahun yang lalu
The Comeback of My Ex-Wife

The Comeback of My Ex-Wife

Alina Queens
CEO
4 tahun yang lalu