Terpikat Sang Playboy - Bab 162 Aku tidak pernah mencintaimu!

Rasa sakit tercekik menembus jantung Alex, bagian rapuh yang baru saja dibelah dan belum pulih, menjadi retak seketika atas kata-katanya yang kejam.

Tania tidak memiliki keberanian untuk melihat kesedihannya lagi. Dia membalikkan badan dan menarik nafas sebentar kemudian mengatakan “Sampai jumpa” lalu ia melangkah keluar, tanpa ragu-ragu, dia hampir tidak bisa menahan lagi, dalam hatinya begitu sakit, ia hanya memberitahukannya di dalam hati bahwa ini adalah satu-satunya hal yang bisa dia lakukan, ini juga baik bagi mereka.

“Apakah yang kamu katakan itu jujur?” Alex bertanya dengan samar, menatap punggungnya.

Tania tidak menoleh ke belakang, mengerutkan kening yang menyakitkan, memaksakan jawab bahwa perkataannya benar “Tentu saja, kita sudah berakhir sejak 1 tahun yang lalu,apakah kamu lupa, orang berbicara itu harus punya prinsip,saya tidak peduli dengan hal-hal yang rumit, walaupun saya tidak tahu kenapa hari itu saya bisa bertemu denganmu, kamu menyelamatkan saya adalah fakta,tapi hal yang lebih tidak bisa kita ubah lagi adalah, kita sudah tidak memiliki hubungan, pikiran saya sangat sadar. Saya harap kamu tidak akan memiliki pikiran yang tidak realistis. Perasaan saya saat ini sangat stabil. Beberapa hari yang lalu, Vincent sudah melamar saya, saya sudah membuat persiapan untuk menerimanya,kamu juga bukannya sudah bersama dengan Linda kan, kalau begitu maka baik-baiklah, saya akan ucapin selamat untukmu,jalanin jalan masing-masing, jangan saling mengganggu sesama lagi.

Alex dengan sulit mengkatupkan bibirnya, berkata “kamu menghadap ke belakang, tatap mata saya dan katakan, kamu sama sekali tidak lagi mencintai saya”.

Tania sekuat tenaga menggigit bibir bawahnya, air mata telah membasahi bulu matanya, dia menoleh dengan tegas, dan berkata dengan kuat, "Alex, aku tidak pernah mencintai masa lalu."

Semuanya diperbaiki dalam sekejap, detak jantung, napas, perasaan ,,,

Dia membuka pintu dan melangkah keluar, bergegas melewati kerumunan, masuk ke dalam lift, dan wajahnya basah kuyup.

Hatinya menuangkan hujan, jantungnya tertikam oleh pisau, cinta ini bagaikan pedang tajam bermata dua, memotong besi bagai tanah, jantung orang berada di bawahnya, sama saja dengan lemahnya sebuah tahu, sensitif untuk di sentuh, sensitif untuk di lukai.

Di dalam ruang pasien.

Alex terus menggemakan kata-kata terakhirnya, dia tidak pernah mencintainya, tidak pernah mencintainya ,,,,

Setelah terdiam beberapa saat, setetes air mata dari mata kirinya perlahan menyelinap, hancur, dan menghilang ke dalam debu, la menertawakan dirinya sendiri, wajahnya lebih tipis, tertawanya semakin menyakitkan, membuat orang lain tidak bisa membedakan apakah dia sedang tertawa atau sedang menangis.

Ternyata dia tidak pernah mencintainya sejak awal hingga akhir.

Mesin detak jantung yang berada samping tempat tidur, bergerak semakin meningkat, dan dia tersentak di dadanya, oksigen yang dia hirup masuk, terasa menyakitkan.

Nico yang berada diluar merasa ada yang tidak beres, segera bergegas masuk ke dalam ruang pasien “ya—, kamu kenapa, kamu kenapa? Melihat elektrokardiogram bergerak dengan cepat , wajahnya berubah menjadi abu-abu.

Tidak, tidak boleh,,,

Dia dengan cepat menekan bel, "Situasi telah berubah, cepat datang ke ruang pasien."

Orang-orang yang berada diluar jendela menjadi panik kembali, Vincent yang tadi melihat Tania lari keluar, ia juga pergi menyusul. Jadi dia tidak tahu kalau kondisi Alex mengalami perubahan,tapi dia larinya terlalu cepat, naik lift sampai turun ke bawah, dia sudah tidak kelihatan jejaknya.

Mungkin sudah pulang ke rumah?

Tapi segera dia bisa pastikan kemungkinan ini, dia tidak mungkin pulang ke rumah, pasti sudah berkeliaran di jalanan, asal pergi mencari ke tempat yang sering dia pergi, mungkin bisa menemukannya.

Sepanjang sore dia berlari ke setiap tempat yang pernah ia singgah, termasuk bar, restoran, taman, tepi sungai, bahkan mencarinya ke kedai mie yang ia pergi waktu itu juga tidak menemukannya.

Tapi ternyata, Tania tidak pergi ke mana pun, ia hanya kembali ke tokonya, menyikat dinding dengan pekerja dekor dan tetap bersibuk diri selama satu sore.

Dia tidak punya alasan menangis untuk mantan suaminya sepanjang sore, dan dia tidak punya hak untuk merasa sedih dan sakit, menyakiti orang milik orang lain, memang tidak ada hak untuk menyalahkan diri dan bersedih hati.

“Nona Tania, pekerjaan kasar ini biar kami saja yang melakukannya dengan baik, kamu memanjat begitu tinggi akan berbahaya”. Kepala kontraktor panik dan berkeringat melihat Tania memanjat dengan tinggi, kalau jatuh , itu tidak bisa di tolong lagi. Hari ini juga tidak tahu kenapa, begitu tiba di toko, tanpa kata langsung bekerja dengan keras, dan jari tangannya masih diperban.

“Tidak masalah, saya bisa melakukannya”, sambil membawa palu, duduk di atas tangga yang tinggi, memegang palu dan memaku di dinding.

Tiba-tiba kepala palunya meleset dan terketuk di jarinya, jari tangannya yang semula sudah terluka masih diperban, darahnya tiba-tiba keluar membasahi kain kasa, dan rasa sakit itu sampai ke jantung.

Kepala kontraktor berada dibawah dikejutkan olehnya, sibuk berkata “Nona Tania, saya menyuruhmu jangan melakukannya, cepat turun saja,kamu lihat jarimu sudah berdarah, kamu seorang perempuan bagaimana bisa melakukan pekerjaan ini?”

Tania turun dari atas sambil menggenggam jarinya “Hari ini pekerjaan bagian di sini sudah selesai, malam ini makan malam di sini saja, saya yang traktir”

“Baiklah kalau begitu, terima kasih Nona Tania. Sungguh jarang bisa ketemu majikan sepertimu yang begitu loyal”. Kepala kontraktor dan beberapa pekerja lainnya merasa sangat senang.

Tania menarik sudut bibirnya, mengobati jarinya dengan seadanya. Daging jari yang bercampuran darah, dia sendiri ragu apakah bisa menyelesaikannya.

Pekerja masih belum menyelesaikan kerjaannya,jari tangannya terluka, tidak bisa lagi bergerak. Dia duduk di alun-alun di luar toko dan mendengarkan lagu dari radio.

Dulu saya hanya bisa tertawa, setelah bertemu denganmu,kenapa begitu suka menangis, adakah gunanya membuat batas perpisahan yang tiada guna, kamu masih ada di dalam hatiku, bagaimana menyuruhku untuk menghapus,,,

Dalam hati Tania, asam bagaikan makan lemon, tidak ada apa-apa ,kenapa memutarkan lagu yang begitu rusak

Lampu dan daun jendela di toko telah ditutup, dan para pekerja berjalan keluar dengan girang, Tania merapikan suasana hatinya, membawa mereka pergi ke restoran, dan memesan sepiring hidangan yang lezat serta minuman anggur yang enak.

“Nona Tania, kamu minum bir tidak?”

“Saya tidak minum, tidak akan pernah minum lagi” Tania kepikiran setelah minum bir ia mencelakai Alex hampir mati, dia merasakan benci dan sakit yang tiada bandingnya dengan minuman bir ini.”

“Baiklah, para saudara, mari kita minum”. Kepala kontraktor menyulangkan gelas dan minum dengan puas bersama beberapa bawahannya.

Tania makan sayur sesuap demi suap,sampai sumpitnya jepit ke mana pun tidak tahu. Keramaian dalam ruang kosong, dalam otaknya seperti tv yang baru saja selesai tayang, seperti hanya tersisa bunga saju hitam putih,berdiam dalam waktu yang lama pun tidak akan ada gambar lain.

Pintu kotak tersebut terbuka di dorong orang, Vincent melihat seorang Tania yang duduk di sana, ia merasa lega. Dia mencarinya hingga tidak ada tempat lain lagi yang bisa dia pergi, baru datang melihat ke pertokoan, tidak terpikirkan bos yang tetangga sebelah mengatakan bahwa dia sudah datang sejak siang hari.

Bagaimana pun Vincent berpikir, ia tidak menyangka dia akan ke toko.

Para pekerja yang ada di dalam ruang kotak itu, semuanya mengenal Vincent, dan mereka dengan hangat menyapa, “Tuan Vincent, silahkan duduk. Hari ini Nona Tania bekerja terlalu keras,kamu lihat, tangannya sampai terluka, setelah pulang kerja, ia masih mentraktir kita makan, apakah kamu sudah makan? ikut duduk dan makan sedikit jugalah”. Mereka berinisiatif memberikan tempat duduk berada di samping Tania.

Vincent menghampirinya dan duduk di samping Tania, ia melihat kondisi jari tangannya terlebih dahulu, baru memandangi wajahnya “Tadi kenapa lari begitu cepat? Membuat saya mencarimu begitu lama”

“Saya kepikiran beberapa hari lagi mau pembukaan toko kan, Siapa yang punya waktu untuk menghabiskannya di rumah sakit?" Tania menjawab dengan tenang dan tak tergoyahkan.

Novel Terkait

Waiting For Love

Waiting For Love

Snow
Pernikahan
5 tahun yang lalu
My Charming Wife

My Charming Wife

Diana Andrika
CEO
4 tahun yang lalu
Gue Jadi Kaya

Gue Jadi Kaya

Faya Saitama
Karir
4 tahun yang lalu
Pernikahan Kontrak

Pernikahan Kontrak

Jenny
Percintaan
5 tahun yang lalu
Spoiled Wife, Bad President

Spoiled Wife, Bad President

Sandra
Kisah Cinta
4 tahun yang lalu
The Break-up Guru

The Break-up Guru

Jose
18+
4 tahun yang lalu
Villain's Giving Up

Villain's Giving Up

Axe Ashcielly
Romantis
4 tahun yang lalu
More Than Words

More Than Words

Hanny
Misteri
4 tahun yang lalu