Terpikat Sang Playboy - Bab 213 Bunuh Diri!

Alex menggunakan jas baru, mengambil handphone keluar kantor, Sekretaris Melinda melihat dia keluar, berdiri dan berkata "Jadwah hari ini apakah berubah?"

"Eng! Tidak berubah" Alex menjawab, masuk kedalam lift dan pergi.

Sekretaris Melinda kembali duduk, sebelumnya senior membuat kegaduhan di pernikahan Tania, saat ini, kota ini sudah penuh dengan angin dan hujan, tetapi dia kembali seperti orang baik-baik saja, hari ini adalah minggu pagi dan dia memanggilnya untuk kerja, juga mengatur kerja sore, seolah-olah dia baru saja mengatakan bahwa dia baru saja pergi ke luar negeri, kemarin dan kemarin lusa Linda juga tidak masuk kerja, apakah mencari senior?!

Tidak tahu akan begini, jabatan Linda bukannya tidak menjamin, dia masih menunggu dan melihatnya!

Tania di dalam toko sedang sibuk, hari ini adalah hari minggu, pagi hari bisnis sangat bagus, beberapa orang yang boros keluar untuk belanja.

Di saat kosong, pelayan toko penasaran dan bertanya kepadanya, seorang masih berkata Alex sangat romantis, membuat Tania sangat bingung, dia masi lebih baik tidak romantis.

Alex di dalam telepon sudah memesan restaurant Italy, dia sengaja memesan, melihat Linda belum juga sampai, dia memesan duluan, berpikir mungkin dia segera sampai.

Setelah setengah jam, dia belum juga sampai.

Biasanya dia tidak pernah telat, makanan sudah datang, dia melihat jam, masih menunggu.

Linda adalah wanita yang cerdas, mungkinkah dia tahu apa yang ingin dia lakukan dengannya, jadi dia tidak akan datang? ! Tapi dia tidak tahu, bahkan jika itu, apa yang dia putuskan tidak akan berubah.

Menunggu lagi 10 menit, dia masih tidak terlihat.

Dia tidak dapat menunggu lagi, menelepon dia, selalu nada dering, tetapi tidak orang yang menjawab, dia menutup telepon, apakah di kantor? dia menelepon kantornya, masih tidak ada yang menjawab.

Benar-benar aneh, barusan menelepon, dia juga setuju, kalau tidak ingin datang, tidak perlu sampai tidak menjawab telepon..... menaruh handphone, menunggu lagi 15 menit, kalau dia masih tidak datang, dia tidak ingin menunggu lagi.

Waktu terus berjalan, Alex juga tidak ingin makan lagi, dia terus menerus melihat jam, dahinya mengerut.

Handphone di restaurant berbunyi, dia melihat, Martin menelepon.

Bocah ini menelepon di waktu seperti ini, tidak mungkin mengajak dia makan, Alex mengangkat alis dan menjawab telepon "Halo......., hari ini tidak ada yang menemanimu makan kah?"

"Kamu dimana? cepat kesini, Linda sepertinya bunuh diri" disana Martin dengan gugup berbicara.

Alex bingung "Kamu berkata apa?"

"Jangan banyak bertanya, mobil ambulan sudah datang, dia sekarang ke rumah sakit, kamu segera datang" Martin berkata lalu menutup telepon, lalu menelepon Nico, tidak peduli dia dengan Linda teman atau bukan, harus membertitahunya.

Dengan teman sekantor makan siang Nico mendapat kabar, tertawa bercanda, seketika langsung serius, bunuh diri?!

Teringat semalam sangat galak, dia sedikitpun tidak terlihat putus asa dan ingin bunuh diri, dia main apa, dia berdiri, kepada teman berkata "maaf, saya ada urusan mendadak."

Alex tergesa-gesa ke rumah sakit.

Dia tidak mungkin karena dia bunuh diri, teringat kemarin dia menangis dan berlari pergi, sepertinya hanya karena dia, dengan kesal membanting setir, hatinya tidak nyaman.

Segera sampai di rumah sakit, Martin dan orang lain datang menghampiri Nico yang baru saja sampai, tiga orang di depan pintu berkumpul.

"Ada masalah apa?" Alex nafas tidak teratur dan langsung bertanya ke Martin.

"Hari ini saya istirahat, pagi hari melewati dia, melihat dia kembali dari luar, membeli banyak sekali bahan untuk kuah, saya bercanda dan berkata hari ini ada yang hidangan lezat, dia tidak mempedulikan saya, segera masuk kedalam kamar, siang hari, saya semakin mikir tidak benar, hati tidak nyaman, bagaimana bisa beli bahan untuk makan, jadi saya pergi melihat dia, tidak disangka sekali masuk langsung mencium bau, dia di sofa, tidak sadarkan diri, saya langsung menelepon 120, tidak tahu dapat tertolong atau tidak." Martin ketakutan, dia selalu menganggap Linda adalah adiknya, tidak disangka tidak tidak terbuka.

Alex duduk di samping "Ini semua karena saya, saya baru saja mengajak dia pergi makan, saya ingin berbicara dengan dia."

"Alex, bukan karena kamu, perasaan tidak dapat di paksa, dia melakukan itu karena apa? mengancam kamu? kamu jangan menjadi dia, saya bisa mengatakan bahwa dia tidak akan mati, dia hanya menunjukkannya kepada kamu, sehingga kamu tidak bisa berbicara. "Nico berdiri di depan Alex, dan berkata dengan bijaksana, dia tidak percaya sama sekali, Linda akan bunuh diri.

"Nico, kamu kelewatan" Martin tidak ingin mendengarkan, menampar Nico "Kenapa kamu bicara begitu, berpura-pura?! ada orang yang main-main dengan nyawa? kalau saya tidak bertemu dia, tidak menemuka dia, sekarang tidak ada yang tahu bahwa dia bunuh diri, kamu benci dia saya tidak peduli, tetapi kamu tidak bisa berkata seperti itu, dia adalah teman kita."

"Saya tidak dapat melihat siapa kamu" Nico mendorongnya, melap darah di mulutnya "suatu hari kamu akan melihat seberapa menyeramkan dia, kamu akan dibohongi dia, digunakan, dasar bodoh."

"Tutup mulut" Martin tidak percaya apa yang dilihatnya, hatinya merasakan sesuatu.

Alex membungkukkan pinggang, dengan tangan di dahinya, dia sangat bingung sekarang, dia tidak bisa menganalisis apa pun, jika Linda sudah mati, maka dia akan bersalah seumur hidup, tidak peduli apapun itu dia tidak menangani hal-hal dengan baik dan menyakitinya.

Martin berkata benar, mana ada yang bermain dengan nyawa, dengan sifat seperti Linda, dia juga tidak akan berani.

Nico tidak berbicara, dia tahu, apapun yang dibicarakannya, Alex dan Martin tidak akan percata, karena sampai sekarang mereka tidak melihat Linda yang asli, dia pasti akan menemukan bukti dia berbohong.

Bunuh diri, jangan bercanda, dia jika ingin beneran mati, kenapa kemarin tidak mati!

Dokter keluar, Martin segera menghampiri, khawatir dan bertanya "Dia bagaimana?"

"Masih untung segera ketahuan, nyawa masih dapat di selamatkan, jika telat, dia sudah tidak ada, umur masih muda, sangat kasihan, kalian lebih baik memperhatikan dia, jangan membuat dia melakukan hal bodoh, juga jangan memaksa dia, jika sudah mati bisa apa" Dokter berkata dengan hati kuat.

Nico tersenyum dingin di belakang " Dokter sangat baik hati, karena orang sakit memikirkan semua ini, siapa tahu, kalau dia adalah saudaranya."

Dokter melihat Nico, memegang hidungnya "Ternyata Kepala Nico! kamu dengan pasien adalah teman?"

Novel Terkait

My Perfect Lady

My Perfect Lady

Alicia
Misteri
4 tahun yang lalu
The Sixth Sense

The Sixth Sense

Alexander
Adventure
4 tahun yang lalu
Angin Selatan Mewujudkan Impianku

Angin Selatan Mewujudkan Impianku

Jiang Muyan
Percintaan
4 tahun yang lalu
This Isn't Love

This Isn't Love

Yuyu
Romantis
4 tahun yang lalu
Adore You

Adore You

Elina
Percintaan
4 tahun yang lalu
The Gravity between Us

The Gravity between Us

Vella Pinky
Percintaan
5 tahun yang lalu
Satan's CEO  Gentle Mask

Satan's CEO Gentle Mask

Rise
CEO
4 tahun yang lalu
Love And War

Love And War

Jane
Kisah Cinta
4 tahun yang lalu