Terpikat Sang Playboy - Bab 100 Perceraian adalah Akhir yang Paling Baik untuk Kita!

Di dalam restoran, Tania menyantap makanannya seorang diri.

Tania menyuapkan sesendok nasi, sesendok sayur, lalu meminum sup. Ia makan dengan begitu sistematis, seperti sebuah robot yang menyuapi diri sendiri. Saat ini Alex pasti sedang makan bersama wanita rubah itu, dilingkupi dengan cinta mereka yang kuat. Untuk apa Tania merasa begitu marah sampai makan pun tidak tertelan.

Tania bukan hanya ingin makan, tapi ia mau makan dengan sangat lahap.

Sekarang, kata ‘perceraian’ ini sangat sering muncul di dalam benaknya. Tania juga sekarang hanya bisa bertahan dengan sekuat tenaga dan sebisa mungkin menghadapi situasi ini.

Tapi jika benar mereka bercerai, Tania tidak bisa membiarkan wanita-wanita itu tertawa atas kekalahannya. Selama ia duduk di posisi ini, ia tidak akan membiarkan mereka tertawa atas dirinya. Apabila berpisah dari Alex, ia harus berpisah dengan congkak. Ia yang tidak menginginkan Alex dalam hidupnya.

Nico yang awalnya memang berniat pergi ke restoran untuk makan, seketika menghentikan langkahnya saat melihat ada Tania di situ seorang diri. Ia akhirnya pergi makan di tempat lain.

Sejak saat itu, Linda memiliki kekuasaan paling kuat sebagai kekasih Alex. Melinda benar-benar tidak bisa melawannya, hanya bisa menggigit giginya dan bertarung dengan mulutnya.

Tania berubah menjadi pendiam. Ia tidak ingin berargumentasi dan tidak ingin memulai perang. Melihat langit yang sudah cerah, Tania pun bangun dan pergi bekerja. Ketika waktu pulang kerja tiba, ia meninggalkan kantor dan pulang ke taman kaca untuk menikmati waktunya.

Jika secara tidak sengaja ia berduaan dengan Alex di kantor, Tania juga memilih untuk tidak mencari ribut. Diam adalah emas.

Waktu pun berlalu di tengah suasana hati yang berantakan dan kusut. Tidak terasa sekarang sudah berada di penghujung musim gugur. Sekalinya berdiri di tengah taman kaca yang dipenuhi dengan daun yang berguguran, Tania bisa berdiri selama beberapa jam.

Tania merasa seperti lansia di masa tua, hanya menunggu pernikahan ini mengakhiri hidupnya. Sekarang ia sudah tidak tertolong, perasaannya terhadap Alex juga sudah mati.

Tania sudah merasa dingin hati. Ia benar-benar tidak ingin melanjutkan peperangan ini lagi.

Otaknya sangat waras dan Tania sadar betul bahwa ia baru bisa memberikan dirinya sendiri waktu untuk sembuh hanya dengan berpisah dari Alex dan membuang semua rasa sakit yang membusuk ini.

Karena hari ini Melinda membawa tamu dari Inggris pergi jalan-jalan di luar, Tania yang bertanggung jawab membawa masuk segala jenis dokumen.

“Pak Direktur, ini adalah berkas yang harus anda selesaikan hari ini. Saya letakkan di sini dan jika ada perlu silakan panggil saya.” ujar Tania dengan formal. Setelah meletakkan dokumen itu, ia pun membalikkan tubuhnya dan berjalan keluar.

“Tania, kamu sudah mendapatkan dua bulan untuk menenangkan diri. Sekarang, coba katakan apa yang kamu pikirkan dan apa yang kamu sadari.” Alex bertanya dari balik punggungnya. Ia akhirnya tidak tahan lagi. Melihat Tania menjadi sekurus ini, pasti hari-harinya tidak berlalu dengan baik.

Tania tetap berdiri di tempat yang sama, “Aku sedang berpikir, kapan kau akan mengatakan bercerai agar kita saling memberi sebuah jalan untuk hidup masing-masing. Kamu melewati hari-harimu yang biasa dan aku akan melewati hari-hariku yang penuh kebebasan. Setelah dengan tenang berpikir, menurutku ini adalah satu-satunya jalan akhir yang paling baik”.

Amarah Alex langsung tersulut sampai hampir saja darahnya tersedak keluar. Setelah dua bulan tidak mempedulikannya, wanita yang pantas mati ini malah mengeluarkan kata-kata seperti ini.

Alex awalnya mengira bahwa Tania akan mempertimbangkan untuk melewati hari-hari bersamanya dengan baik setelah wanita itu menenangkan diri. Dalam beberapa hari ini, Alex juga berpikir untuk mencoba tidak memperhitungkan masalah Tania dengan Vincent saat emosi Tania sudah lebih baik. Lagipula, Tania adalah istrinya. Selama ia tidak menyerah dan mencoba sekuat tenaga sekali lagi, perubahan suasana bisa saja terjadi. Alex sudah bertekad untuk memberikan satu sama lain kesempatan sekali lagi.

Tapi sekarang, Tania malah mengutarakan keinginannya untuk memberi masing-masing sebuah jalan untuk hidup.

“Keluarlah.” Alex menyender pada kursinya, nada bicaranya begitu datar. Di dalam hatinya, Alex juga merasa kesepian dan lelah.

Alex berharap Tania masih akan membalas ucapannya, namun wanita itu malah berjalan pergi menuju pintu keluar. Beberapa waktu belakangan ini, Alex menghabiskan waktu bersama wanita lain dan tidak pulang kerumah dengan harapan Tania akan memohon padanya untuk pulang.

Perusahaan Vincent.

Di dalam ruang kantor yang memiliki warna dasar gelap dan tegas, Vincent memutar-mutar kursinya sambil menghadap jendela besar yang memperlihatkan tanah luas di bawahnya. Satu lembar foto hitam putih terletak di atas lututnya.

Setelah waktu yang lama, Vincent pun mengambil napas berat dan mengeluarkannya pelan. Belum lama ini, ia akhirnya bertanya kepada orangtua angkatnya. Waktu itu memang benar ayah Tania yang memberikan mereka uang untuk membesarkannya. Setelah itu, ayah Tania pula yang secara rutin memberikan mereka sejumlah uang. Tidak hanya itu, ternyata memang benar ibu kandungnya dan ayah Tania tumbuh besar bersama. Saat itu di desa, mereka bahkan disangka sebagai sepasang kekasih karena hubungan mereka yang sangat baik. Foto hitam putih yang ada di tangan Vincent saat ini adalah foto yang diambil ketika ibu kandungnya dan ayah Tania sedang memetik sayur bersama di sawah. Dan yang terpenting adalah kenyataan bahwa tanah itu memang benar telah dibeli sebelum ibunya meninggal.

Artinya, jika memang ayah Tania menginginkan tanah itu, ia tidak perlu menyuruh orang untuk membakar rumahnya dan membunuh ibunya.

Selama bertahun-tahun ini, Vincent selalu mengira bahwa ibunya dibunuh dan tidak pernah terpikir di benaknya bahwa ternyata ibunya bunuh diri. Ibunya ditekan sampai tidak bisa hidup lagi dan memilih untuk mengakhiri hidupnya demi lari dari kenyataan. Dalam ingatan Vincent yang kabur, ibunya selalu mengukirkan raut khawatir di wajahnya. Vincent tidak pernah berpikir bagaimana ibunya bisa meninggalkannya pergi.

Lalu setelah ini, ia harus bagaimana? Siapa yang bisa memberitahunya bahwa masih ada jalan untuk menebus kesalahan yang telah ia perbuat?

Pukul setengah lima, Tania pulang kerja tepat waktu. Tidak semenit lebih cepat maupun semenit lebih lambat. Ia lalu naik mobil dan sedang dalam perjalanan pulang ketika sebuah mobil berwarna hitam mencegatnya di tengah jalan.

Tania melihat keluar dari jendela mobilnya dan yang ia lihat adalah Vincent. Bagaimana bisa pria itu mencegat mobilnya di tengah jalan?

“Bisakah kau memberiku sedikit waktu makan bersama? Aku ingin mengobrol denganmu.” ujar Vincent melalui jendela mobil.

Tania mempertimbangkannya sejenak lalu berkata kepada Andi, “Kamu pulanglah duluan, aku pergi makan bersama temanku. Nanti aku akan naik taksi saja untuk pulang.” Tania memutuskan untuk menerima ajakan Vincent karena ia teringat bahwa apa yang pria itu ingin bicarakan dengannya kemungkinan berkaitan dengan persoalan orangtuanya.

“Baik, Nyonya.” Andi tidak berani berpikir maupun menebak sembarangan. Tuan muda setiap hari tidak ada di rumah, jadi tidak bisa juga menyalahkan nyonya muda.

Tania pun turun dari mobil dan berjalan ke samping mobil Vincent. Ia membuka pintu mobil dan duduk di dalamnya “Ayo jalan, bukankah katamu mau pergi makan?”

Vincent menyalakan mobilnya, “Apakah kamu pulang seorang diri setiap hari? Alex tidak menemanimu?”

“Apa maksudmu bertanya pertanyaan yang kau sudah tahu jawabannya? Sebelum datang mencariku, pasti kamu sudah mencari tahu dengan jelas.” Tania menjawab jengkel dan melemparkan pandangannya keluar jendela.

Mobil itu berhenti di sebuah rumah makan Korea, “Dulu bukannya kau bilang sangat suka sup kimchi di sini? Setiap hari makan tidak akan bosan. Waktu itu kau benar-benar makan di sini selama satu minggu. Kau bilang ini restoran yang paling sering kau kunjungi berulang kali.”

“Waktu itu aku makan terlalu banyak, makanya membuat diri sendiri sampai mual. Tapi ya tidak apa-apa, sekarang sudah lama tidak makan di sini.” Tania turun dari mobil dan berjalan masuk ke rumah makan itu.

Ternyata pemilik rumah makan itu masih mengenal mereka, dulu pasangan ini selalu datang.

“Kalian sudah lama sekali tidak datang? Duduk di tempat biasa, ya?”

“Baiklah.” Tania dengan asal menjawab.

Pemilik rumah makan lalu membawa mereka ke tempat duduk yang membelakangi layar. Tania kemudian duduk dan memesan beberapa menu.

“Hari ini kamu mencariku, apa yang ingin kau bicarakan? Apakah kau sudah menyelidiki semuanya dan mengakui bahwa ternyata ibumu bunuh diri?” Tania bersender di atas meja dan memandang Vincent.

“Memang kamu adalah orang yang tidak mau basa-basi, ya?” Vincent tertawa ringan, di wajahnya tersirat penyesalan, “Iya—, faktanya kematian ibuku memang tidak ada hubungannya dengan ayahmu. Aku yang telah salah paham. Aku tidak tahu bagaimana memperbaiki kesalahan ini, makanya aku bertanya padamu. Jika aku meminta maaf padamu, apakah kamu bisa memaafkanku?”

Vincent menatap Tania, sorot matanya menyiratkan harapan yang dalam.

Tania menekuk bibirnya sedikit ke dalam “Bukankah ayahku sudah bilang, ia tidak akan menginvestigasi lagi tentang hal ini? Lagipula perusahaan Tania sudah tidak ada, masih mau menebus seperti apa? Aku menghormati keputusan ayahku.”

“Yang aku maksud adalah dirimu. Apakah hatimu bisa memaafkanku?” Vincent menatapnya lekat-lekat, hatinya merasa gelisah menghadapi sikap Tania yang selalu menghindari pertanyaan.

Novel Terkait

Love And Pain, Me And Her

Love And Pain, Me And Her

Judika Denada
Karir
4 tahun yang lalu
Hidden Son-in-Law

Hidden Son-in-Law

Andy Lee
Menjadi Kaya
3 tahun yang lalu
Cinta Yang Paling Mahal

Cinta Yang Paling Mahal

Andara Early
Romantis
3 tahun yang lalu
Unlimited Love

Unlimited Love

Ester Goh
CEO
4 tahun yang lalu
My Perfect Lady

My Perfect Lady

Alicia
Misteri
4 tahun yang lalu
Beautiful Love

Beautiful Love

Stefen Lee
Perkotaan
3 tahun yang lalu
Lelah Terhadap Cinta Ini

Lelah Terhadap Cinta Ini

Bella Cindy
Pernikahan
4 tahun yang lalu
Don't say goodbye

Don't say goodbye

Dessy Putri
Percintaan
4 tahun yang lalu