Terpikat Sang Playboy - Bab 325 Tidak Enak Badan, Muntah!

Alex menatap sekilas Tania, lalu menatap kakeknya lagi, “Ya. Besok aku akan pergi ke rumah Tania untuk memohon persetujuan mereka.”

“Buat apa memohon?! Bisa masuk lagi ke keluarga Alex ini adalah impian semua orang.” Mulut Liona merespon cepat, ia masih saja tidak bisa menahan kata-katanya yang buruk. Siapa suruh keponakannya mengatakan kata memohon seperti itu?! Benar-benar tidak enak didengar karena seperti memandang keluarga Tania seperti keluarga yang terlalu tinggi dan terhormat.

“Ibu—“

“Kakak kedua—“

“Istriku—“

Nico, Michael, dan Jimmy membuka mulut secara bersamaan. Mereka rasanya ingin langsung mencari lakban untuk membungkam mulut Liona. Masalah ini sedang dibicarakan baik-baik, tapi ia malah mengacaukannya. Walaupun hatinya tidak berniat jahat, tapi perkataan buruk seperti ini juga membuat orang sakit kepala.

Tania menelan kekesalannya. Kalau bukan karena begitu banyak tetua disini, ia tentu saja tidak akan meloloskan perkataan Liona itu. Tapi melihat wajah Alex, Tania tahu sekarang ia masih harus menahan diri.

Melihat anak, suami, dan adiknya menaikkan alis kepadanya membuat kekesalan Liona pun mereda, “Ya, ya, baiklah. Aku hanya bilang saja. Sebenarnya aku juga sangat menyambut Tania.”

“Terima kasih, bibi!” Tania dengan tenang tersenyum kepada Liona.

Liona tersenyum canggung, kemuian melihat Anlice yang sedari masuk ke ruang makan sampai sekarang tidak mengucapkan sepatah kata apapun. Ia berpikir di dalam hati, apa yang terjadi dengan kakak iparnya hari ini? Awalnya ia mengira akan ada sebuah perang lagi yang meledak begitu Alex mengatakan ingin rujuk dengan Tania. Liona tidak menyangka kakak iparnya akan diam seribu bahasa sampai akhir. Sikapnya itu benar-benar mengejutkan di mata orang-orang.

Acara makan berlangsung dengan harmonis dan bahagia. Tania memberanikan diri untuk lebih dulu menyapa Anlice, “Ibu—, makanlah lauknya.” Sekarang Tania juga mengubah panggilannya menjadi ibu. Hal ini juga untuk menandakan bahwa pernikahannya dengan Alex kali ini pasti akan rujuk. Tania juga ingin menguji respon Anlice terhadapnya.

Lauk diletakkan di dalam mangkuk Anlice. Hati Alex dan semua orang tergantung di tengah udara, takut Anlice akan membuang lauk itu.

Anlice berhenti sesaat. Dengan perlahan ia mencapit lauk di mangkuknya dan memasukkannya ke dalam mulut.

Terukir raut bahagia di wajah Tania. Sebenarnya ia juga sangat khawatir. Kalau sampai Anlice tidak menerimanya, apa yang sebaiknya ia lakukan? Hal ini menandakan bahwa Anlice selanjutnya bisa menerima kehadiran Tania. Alex juga sangat senang. Ibunya bisa seperti ini tentu saja merupakan hal yang paling baik. Ia juga tidak ingin menjadi anak durhaka, ia juga ingin ibunya hidup tenang dan bahagia.

Kakek He mengangguk-angguk senang. Menantunya bisa mengubah tabiatnya adalah hal yang baik. Anggap saja cara pikirnya juga sudah berubah.

Setelah selesai makan malam, Tania dan Alex menemani Anlice kembali ke vila. Walaupun mereka hanya bertukar beberapa kalimat, tapi bisa tenang dan hangat seperti ini adalah kemajuan yang sangat besar.

Alex dan Tania kemudian bergandengan tangan berjalan di dalam taman kaca menuju vila mereka sendiri.

Angin malam berhembus sangat dingin, Tania mendekatkan dirinya kepada Alex dan bersandar padanya.

“Dingin?” Alex merangkul pundak Tania dan dengan lembut mengusap-usapnya.

“Tidak terlalu, hanya saja aku mengenakan rok, kakiku sedikit dingin. Tapi tidak masalah, sekarang hatiku sangat hangat dan dapat menghilangkan semua rasa dinginnya. Alex, aku tidak sedang bermimpi, bukan? Aku sangat takut begitu aku sadar, semua hal indah ini hanyalah mimpi.” Tania memeluk pinggang Alex untuk merasakan kehangatan pria itu.

“Dasar bodoh! Kalau semua ini hanya mimpi, seumur hidup kamu tidak usah sadar. Kita bersama-sama bermimpi saja.” Alex mencium kepala Tania dan memeluknya lebih erat. Alex juga merasa sekarang ia sedang bermimpi, karena yang ia rasakan ini terlalu bahagia sehingga terasa tidak nyata.

Salju yang tipis berguguran secara perlahan di tengah langit yang kosong. Alex dan Tania melangkahkan derap kaki semakin cepat kembali ke vila. Tapi udara dingin itu masih membuat Tania tidak nyaman, ia merasa lelah berulang kali. Ditambah lagi tadi di mobil gerakannya terlalu bergairah, ia merasa kakinya semakin lelah.

Setelah Tania mandi, ia mengelap tubuhnya dan berjalan keluar. Dengan lelah dan mengantuk ia berbaring di atas kasur. Alex membungkuk menghampiri dan menciumi leher Tania, “Ada apa? Kamu tidak enak badan?”

“Ya! Mungkin karena tadi terkena rintikan hujan. Aku merasa tidak enak badan, kakiku juga sangat lelah. Kamu cepatlah mandi, biarkan aku berbaring sejenak.” Tania menepuk-nepuk Alex dan berujar tak berdaya.

“Baiklah kalau begitu. Kamu tidur saja dulu, aku pergi mandi.” Alex bangkit berdiri dan menuju ke kamar mandi. Saat ia keluar, ternyata Tania sudah tertidur namun tubuhnya tidak terselimuti.

Alex berjalan menghampiri dan menyelimuti Tania dengan baik. Ia membaringkan dirinya sendiri di samping Tania, memiringkan tubuhnya untuk memeluk wanita itu. Alex lalu menutup mata dan tidur. Sekarang, di sela waktu ini, Alex merasa ia tidak perlu melakukan apapun. Hanya perlu dengan tenang memeluknya seperti ini dan tidur. Hatinya merasa lebih terpuaskan.

Pagi hari.

Tania bangun dari tidurnya, namun tetap sama tidak bertenaga. Ia duduk di atas kasur dan meraba dahinya. Ia tidak demam, tapi kenapa ia merasa sekujur tubuhnya tidak bertenaga?

Alex duduk di sampingnya, “Masih tidak enak badan? Mau pergi periksa ke rumah sakit?”

“Tidak perlu! Tidak demam dan tidak batuk, mungkin hanya sedikit flu ringan. Nanti beli saja obat flu dan pasti akan membaik.” Tania memutuskan untuk dirinya sendiri.

“Semalam waktu makan malam masih baik-baik saja. Flu ini benar-benar datang waktu dibilang datang. Kalau tidak, hari ini tidak usah pergi ke rumah sakit. Kamu istirahat di rumah saja, aku akan ijin menemanimu.” ujar Alex sambil mengelus wajah Tania.

Tania melepas tawanya, “Kamu terlalu berlebihan. Tidak perlu istirahat, beli beberapa obat flu saja pasti membaik.” Tania menyibakkan selimutnya dan masuk ke dalam ruang ganti baju. Tapi tiba-tiba ia keluar lagi dan berlari ke toilet.

“Kenapa lagi? Kenapa lagi?” Alex melesat mengikuti Tania.

Tania menyandarkan perutnya di wastafel dan muntah-muntah. Makanan yang dimakannya semalam tidak ada sedikitpun yang keluar. Hanya bau asam yang tercium dari muntahan Tania, rasa melilit di perutnya terasa semakin hebat. Kata-kata yang ingin dikatakannya sama sekali tidak terucap, ia hanya bisa melambai-lambaikan tangannya kepada Alex.

Alex menepuk-nepuk punggung Tania untuk membuatnya merasa lebih nyaman. Alex membuka keran air untuk membersihkan benda yang dimuntahkan Tania. Ia lalu mengambil handuk dan memberikannya kepada Tania untuk mengelap mulutnya. Dengan khawatir Alex berkata, “Bagaimana bisa muntah? Lebih baik periksa ke rumah sakit saja.”

Tania muntah sampai tersisa asam lambungnya yang berwarna kuning. Ia merubuhkan tubuhnya dan seutuhnya bersandar pada tubuh Alex, “Sebenarnya dari semalam lambungku sudah mulai tidak enak, hanya saja responnya tidak sehebat ini. Tapi semalam baju yang aku pakai terlalu tipis, tubuhku menerima udara dingin. Tidak perlu periksa ke rumah sakit, lambungku memang awalnya tidak terlalu bagus. Setelah aku minum obat flu pasti akan membaik.”

Alex membopongnya duduk di sofa luar, “Obat seperti ini apakah bisa sembarangan minum? Ini harus periksa dengan jelas di rumah sakit. Anggap saja kamu periksa untuk membuatku tenang. Sekarang ganti bajumu. Kita ke ruang makan dulu untuk makan sedikit, lalu kita pergi periksa ke rumah sakit”.

“Baiklah.” Tania tidak bisa menang berdebat dengan Alex, lebih baik ia setuju saja. Melihat Alex mengkhawatirkannya seperti ini membuat ia merasa hangat.

Alex mengambilkan Tania pakaian dan sepatu dan memakaikannya padanya. Alex juga memapah Tania ke toilet untuk mencuci muka dan menyikat gigi. Ia juga setengah membopong Tania turun ke ruang makan.

Nico sudah selesai makan dan baru saja akan pergi saat ia melihat wajah Tania yang pucat pasi. Nico pun kembali duduk, “Alex, ada apa dengan Tania? Bagian mana yang tidak nyaman?”

“Kemarin saat kembali ke vila ia sudah bilang tidak terlalu enak badan, sekujur tubuhnya tidak bertenaga. Pagi ini ia juga muntah, apakah kamu tahu ini kenapa? Sebentar lagi aku akan mengantarkannya untuk periksa ke rumah sakit.” Alex berpikir sedikit banyak Nico pasti lebih mengerti kondisi seperti ini dibandingkan dengan dirinya.

“Sekujur tubuh tidak bertenaga dan muntah. Sejak kapan mulai begini?” tanya Nico sambil menatap Tania.

“Perutku sakit sudah beberapa hari, pokoknya aku merasa tidak nyaman. Tapi tidak ada pengaruh yang terlalu besar. Semalam saat kembali aku merasa sedikit dingin, setelah pulang ke vila dan mandi, sekujur tubuhku merasa tidak bertenaga dan langsung ingin tidur. Pagi ini sebenarnya baik-baik saja, tapi saat berdiri sebentar di ruang ganti baju, dengan tidak jelas langsung merasa ingin muntah.” Tania sendiri merasa aneh.

Novel Terkait

Husband Deeply Love

Husband Deeply Love

Naomi
Pernikahan
4 tahun yang lalu
Rahasia Seorang Menantu

Rahasia Seorang Menantu

Mike
Menjadi Kaya
4 tahun yang lalu
His Second Chance

His Second Chance

Derick Ho
Practice
4 tahun yang lalu
Thick Wallet

Thick Wallet

Tessa
Serangan Balik
4 tahun yang lalu
Takdir Raja Perang

Takdir Raja Perang

Brama aditio
Raja Tentara
4 tahun yang lalu
Demanding Husband

Demanding Husband

Marshall
CEO
4 tahun yang lalu
My Secret Love

My Secret Love

Fang Fang
Romantis
5 tahun yang lalu
Doctor Stranger

Doctor Stranger

Kevin Wong
Serangan Balik
4 tahun yang lalu