Terpikat Sang Playboy - Bab 429 Malam Tahun Baru Imlek

"Kamu jangan terburu-buru dulu, aku tidak mengatakan kamu akan menganiayanya. Aku hanya mengatakan hal yang sebenarnya. Dia bukan ayah kandungmu, perasaan kalian tidak dalam. Ditambah lagi kamu sudah tinggal di Perancis selama bertahun-tahun dan kamu selalu bertengkar dengannya. Bagaimana bisa aku dengan tenang menyerahkannya kepada mu, kamu juga tidak perlu mengatakan sesuatu hal yang sungkan, kita adalah satu keluarga, tidak perlu begitu sungkan " Liona berkata dengan tajam.

"Oke, baiklah. Karena kamu berpikir begitu, maka kelak aku juga tidak akan peduli padanya. Aku akan melihat seberapa kompetennya kamu sebagai seorang putri. Kamu nanti jangan bilang capek, lelah, dan kotor. Aku benar-benar meragukanmu, jangan-jangan kamu ingin ayah memberi lebih banyak warisannya kepadamu. Aku beritahu padamu, itu tidak mungkin" Anlice marah, dan kata-katanya menjadi semakin tidak enak di dengar.

Liona juga merasa sangat kesal "Kapan aku memperdebatkan hal ini? Kamu jangan menggunakan uang untuk mengacaukan keluarga ini. Aku memiliki karierku sendiri. Setelah aku menikah, selain tinggal di Taman Cermin aku tidak pernah menggunakan uang perusahaan sepesen pun, pernahkah aku ingin mengambil ahli resor? Kakak ipar, meskipun aku diluar tidak terbilang kuat, tetapi aku sudah memutuskan untuk tidak memperebutkan itu dengan keponakan ku dan adikku, ayahku belum meninggal, kamu sudah bersiap membuat alasan untuk menendangku keluar dari rumah bukan? Aku beri tahu padamu, itu tidak mungkin, bahkan jika ayah sudah tiada, aku masih memiliki seorang adik laki-laki untuk mendukung ku. "

Tania agak tidak mengerti dengan perkataan mereka, dikeadaan seperti ini, kenapa mereka sampai mengaitkannya ke warisan?

"Kakak kedua, kakak ipar, kalian sudah menyimpang dari temanya. Kami sekarang sedang membahas masalah merawat ayah, dan berusaha untuk merawat ayah tanpa mempengaruhi pekerjaan masing-masing. Mengenai warisan, ayah sudah merencanakannya 10 tahun yang lalu. Ia menyimpannya di brankas bank Swiss, tidak ada yang perlu membahas tentang hal itu " Michael memandangi mereka dan berkata dengan otoritatif.

Anlice membuang wajahnya dengan tidak senang "Dialah yang memprovokasi ku terlebih dahulu."

"Aku mengatakan hal yang sebenarnya, kamu jangan memfitnah orang" Liona melototi Anlice.

"Tidak tahu sebenarnya siapa yang sedang memfitnah orang" Anlice menepuk meja dan berdiri.

Tania sedang duduk diam di samping Alex dan ia menahan napasnya, ia tidak mengatakan apa-apa, biarkan saja para pria itu menyelesaikannya.

"Jangan bertengkar lagi" teriak Alex, ia yang mendengarkannya merasa kesal "Bu, kamu dan bibi, kalian berdua ini selalu saja memperumit suatu masalah, dan bertengkar tanpa habis-habisnya. "

Nico tertawa "Aku setuju akan itu".

"Bu, kamu duduk dulu" Alex berdiri dan menekan Anlice duduk ke sofa lagi, lalu berkata "Kurasa untuk sementara begitu saja. Jika selalu diurus oleh ibuku atau bibi, mereka juga akan merasa kecapekan, dan Kakek juga akan merasa bosan. Jika setiap hari orang yang menjaganya bertukaran, maka dia juga akan ada banyak bahan pembicaraan, kita bertujuh, kebetulan satu orang, satu hari. Jika kalian memiliki waktu luang di malam hari, kita bisa berkumpul bersama dan menemaninya makan bersama. Dengan begitu, tidak akan mengganggu jadwal kerja masing-masing dan bisa mengurus kakek dengan baik. Bagaimana menurut kalian? " Alex melihat ke semua orang.

"Ide Alex sangat bagus, aku setuju dengannya" Michael menjawabnya terlebih dahulu.

"Aku juga, tetapi rumah sakit benar-benar bukan tempat yang teratur, namun aku akan berusaha untuk meluangkan waktu" Nico juga setuju.

Dengan begitu, yang lainnya juga harus setuju akan itu.

"Kalau begitu kita akan menjalankannya sesuai rencana. Besok adalah Malam Tahun Baru Imlek, lusa adalah hari pertama di bulan pertama. Siapa pun yang memiliki pengaturan perjalanan harus di hilangkan, Mari kita menemani Kakek untuk melewati tahun baru yang baik, karena ini mungkin waktu terakhir dalam hidupnya untuk melewati Malam Tahun Baru bersama dengan kita" Alex berkata dengan nada tenang.

Tidak ada yang bersedih lagi. Beberapa hari ini, mereka menyadari bahwa kakek membutuhkan senyuman dan kegembiraan .

Pada akhirnya, hanya tinggal Michael sendirian disana, dan yang lainnya pulang terlebih dahulu.

Tania sudah memasuki usia kehamilannya yang ke 7 bulan, perutnya sudah sangat besar, dan kakinya juga sudah sangat bengkak, dia yang awalnya kurus sudah menjadi sangat gemuk, dia berjalan dengan memegangi pinggangnya, ia berjalan sedikit saja sudah terengah-engah.

"Apakah kamu lelah?" Ketika sampai di villa mereka, Alex membantunya untuk duduk.

"Lelah" Tania menganggukkan kepalanya, ia terengah-engah, dan ia sangat malas untuk mengucapkan lebih banyak kata lagi, ia meletakkan kakinya ke atas tubuhnya, dan memerintahkannya untuk "memijitnya."

Alex dengan patuh memijat kakinya dan berkata sambil tersenyum "USG empat dimensi yang dilakukan terakhir kali, terlihat bayi kita yang sangat imut, aku pikir mereka pasti mirip denganku, istriku, menurutmu siapa yang akan lahir duluan?"

Tania menyentuh dagunya "Aku harap bayi laki-laki yang lahir duluan, jadi kakak dan adik perempuan. Bagaimana denganmu? Siapa yang kamu inginkan untuk lahir duluan?"

"Aku merasa siapa saja oke!" Alex menjawabnya sambil tersenyum.

"Kamu ini omong kosong, oh ya, besok malam Tahun Baru Imlek, aku tidak tahu apakah Vincent akan melewatinya sendirian atau pergi ke rumahku. Kalau tidak, kita telepon dia dan menyuruh nya melewatinya bersama kita?" Tania tiba-tiba terpikir akan hal itu.

"Istri ku, apakah menurut mu itu cocok?" Alex tidak langsung menolaknya, tetapi sebenarnya ia sangat tidak setuju akan itu.

"Apanya yang tidak cocok?"

"Aku tidak peduli akan itu, tetapi ibuku, bibiku, jika mereka tidak memarahi Vincent itu akan sangat aneh. Memikirkan mulut mereka yang begitu tajam, hal ini, Kamu jangan tanyakan itu."Alex mengatakannya dengan nada bujukan.

Tania bergumam "Yang kamu katakan ini benar! Ya sudahlah, aku akan menelpon kakakku dan menyuruhnya mengajak Vincent untuk makan bersama."

Alex menciumnya "Oke! Nanti saja, mungkin kakakmu sudah mengajaknya dari awal." Vincent jangan berharap mencoba masuk dan bergabung dengan mereka.

Keesokan harinya.

Di pagi hari, para pelayan sudah membuat suasana di Taman Cermin menjadi sangat ceria. Makan malam sudah dimulai dari 4:30 sore. Semua orang duduk untuk makan bersama. Kakek He duduk di kursi roda dan secara khusus menyuruh Alex dan Tania untuk duduk di sampingnya dan menemaninya makan.

Nico sangat ahli dalam membuat suasana menjadi lebih meriah, ia selalu tertawa, Tania menjepitkan sayur untuk Kakek, Alex menuangkan jus jagung hangat untuk Kakek, pemandangannya sangat hangat, kedua bibi yang baru saja bertengkar kemarin, sekarang sudah duduk bersama berbicara sambil tertawa.

Ketika makanan dipiring sudah dingin, para pelayan akan pergi untuk menghangatkannya, mereka makan sampai jam 8 malam dan tidak bubar.

Kakek merasa sangat bahagia. Keluarga sangat harmonis. Dia merasa bahagia ketika melihatnya "Malam Tahun baru di masa kecil ku dulu, jauh lebih meriah daripada sekarang. Semua orang makan malam bersama, anak-anak memainkan kembang api di luar, gang jalan yang gelap, dari satu sisi ke sisi lain, setiap keluarga sangat ramai, tidak seperti Malam Tahun Baru sekarang ini, sangat sepi" dia berkata sambil menghela nafas, orang semakin tua, hal dulu-dulunya malah seperti didepan mata.

"Kakek, keluarga kita juga sangat ramai tahun ini, kami juga sudah menyiapkan kembang api. Apakah kamu ingin melihatnya?" Ujar Nico sambil tersenyum.

"Hehe," Kakek tertawa " Perasaan bahagia itu hanya ada di era itu. Inilah yang dinamakan waktu. Kakek hari ini sangat bahagia, jika tidak sakit aku tidak akan tahu, cucu-cucuku ini sangat berbakti. Ini adalah kebanggaan terbesar seumur hidup kakek. Aku memiliki seorang putra yang baik, seorang putri yang baik, seorang menantu perempuan yang baik, seorang menantu laki-laki yang baik, dan memiliki cucu-cucu yang baik, bahkan cucu menantu perempuan ku juga sangat baik padaku, bahkan jika aku sekarang memejamkan mata, aku pun dapat merasakan sebuah kebahagiaan."

Tania yang duduk di sampingnya, mendengarnya mengatakan itu dan merasa ingin menangis.

"Kakek, mari kita pergi menyalakan kembang api." Alex meletakkan sumpitnya dan mendorongnya keluar.

Novel Terkait

Precious Moment

Precious Moment

Louise Lee
CEO
4 tahun yang lalu
Unlimited Love

Unlimited Love

Ester Goh
CEO
4 tahun yang lalu
Asisten Wanita Ndeso

Asisten Wanita Ndeso

Audy Marshanda
CEO
3 tahun yang lalu
Menaklukkan Suami CEO

Menaklukkan Suami CEO

Red Maple
Romantis
3 tahun yang lalu
Where’s Ur Self-Respect Ex-hubby?

Where’s Ur Self-Respect Ex-hubby?

Jasmine
Percintaan
4 tahun yang lalu
Everything i know about love

Everything i know about love

Shinta Charity
Cerpen
5 tahun yang lalu
Spoiled Wife, Bad President

Spoiled Wife, Bad President

Sandra
Kisah Cinta
4 tahun yang lalu
Meet By Chance

Meet By Chance

Lena Tan
Percintaan
3 tahun yang lalu