Terpikat Sang Playboy - Bab 134 Anak Siapa Yang Sudah Tidak Ada?!

Tania menangis sangat lama, tangisannya berhenti ketika dia tertidur dalam pelukan Vincent.

Langit sudah cerah, udara pagi di musim dingin terasa sangat dingin, bahkan menghirup udara dari hidung juga bisa terasa sakit.

Vincent meletakkan Tania diatas kasur, lalu keluar untuk menelepon Johan, memberitahu bahwa Tania sudah sadar, sementara ini belum menanyakan masalah anak, ketika mengatakannya Vincent sendiri juga merasa aneh, bagaimana mungkin Tania tidak merasa sedih karena hal ini? Apakah karena rasa sakit yang diakibatkan oleh Alex lebih menyakitkan hingga mengakibatkan Tania lupa akan hal ini?

Alex minum hingga mabuk berat, jam tiga subuh baru dipapah kembali oleh Nico, lalu kembali ke Taman Kaca, kebetulan beberapa hari ini Nico sedang cuti, jadi ia bisa menjaga Alex.

Nico ingin melihat ketika Alex sadar nanti, apakah dia akan terus bersembunyi atau akan menyelesaikan masalah, pada perjamuan malam kemarin, Alex mengumumkan bahwa dia akan segera bercerai, mungkin sekarang semua orang sudah mengetahuinya, ditambah lagi Ricky yang mengakibatkan kakak ipar keguguran, pernikahan ini sudah tidak bisa diteruskan lagi.

Pukul delapan lewat semua keluarga Tania tiba di rumah sakit.

Siska tidur pukul dua belas malam, lalu bangun jam tiga subuh untuk memasak sup dan mempersiapkan baju ganti, kali ini tubuh anaknya yang mengalami keguguran harus dijaga dengan baik, Tania masih muda, kedepannya pasti masih bisa hamil.

Ketika seluruh anggota keluarga Tania tiba dikamar Tania, Tania masih sedang tidur.

Vincent sedang mendiskusikan hal mengenai Tania yang tidak menanyakan masalah anaknya dengan keluarga Tania, akhirnya mereka sepakat untuk tidak mengungkitnya dihadapan Tania agar Tania tidak merasa sedih.

Ketika mendekati jam sembilan, Tania baru bangun lagi dari tidurnya, kamarnya penuh dengan orang, cahaya mentari menyinasi kamar Tania, menghangatkan kamarnya, Tania merasa baikan setelah menangis.

"Tania, kamu sudah bangun, mama sudah membuatkan sup untuk kamu, bangun dan minum sedikit ya?" Kata Siska yang duduk diatas ranjang setelah melihat Tania bangun.

"Baik!" Jawab Tania.

Ayah Tania mengatur ranjang pasien untuk mempermudah Tania untuk bersandar, lalu menggeser kursi ke hadapan Tania, Siska mengeluarkan sup ayam, meletakkannya diatas meja, lalu menyuapi Tania dengan perlahan.

Semua orang sangat berhati-hati, mereka bagaikan sedang berjalan di rute tambang, takut untuk menginjak daerah yang sensitif.

"Kakak, aku sudah merasa baikan, nanti pulang kerumah ya" Kata Tania sambil mengelap mulutnya setelah menghabiskan sup ayam.

Orang dalam kamar saling menatap satu sama lain, jelas-jelas mengalami keguguran, bagaimana mungkin tubuhnya membaik dengan secepat itu, apakah dikarenakan dia terlalu sakit hati hingga membuat dia kehilangan akal sehat?

"Tania, kamu baru saja...."

"Tubuh kamu terlalu lemah, dokter bilang kamu harus dirawat selama beberapa hari baru boleh pulang, dengarkanlah kata dokter, hanya tinggal selama beberapa hari saja" Kata Johan yang memotong perkataan Vincent, Johan menagatakannya dengan sangat alami, lalu memberi Tania senyum menenangkan.

Tania tersenyum "Kalau begitu tinggal selama dua hari lagi."

"Baik! Jika kamu merasa lelah, tidurlah lagi" Kata Vincent, setelah menatap Johan sejenak dia berjalan keluar dari kamar, tidak lama kemudian, satu per satu anggota keluarga Tania juga keluar dari kamar.

"Bagaimana ini, adik ipar berkelakuan seperti tidak tahu bahwa dirinya telah mengalami keguguran, dia tidak mungkin lupa ingatan kan?" Tebak Levita.

Vincenr tertawa : "Bukan seperti itu! Sebenarnya dari awal Tania tidak tahu bahwa dia hamil dan sekarang mengalami keguguran, jika tidak bagaimana mungkin dia bisa setenang itu, walupun hanya akting, juga tidak mungkin bisa sealami itu."

"Mungkin dia memang tidak mengetahuinya, sebelumnya kita tidak mendengar Tania membahasnya, jika bukan kita yang memberitahu dia bahwa ketika perjamuan itu dia pingsan, mungkin sampai sekarang dia juga tidak mengetahuinya" Analisis Siska.

"Kita jangan memberitahukan masalah ini kepada Tania, semua orang tidak boleh mengungkitnya, walaupun suatu hari nanti Tania mengetahuinya, seiring dengan berjalannya waktu Tania tidak akan merasa sesakit sekarang" Vincent mengusulkan, ini juga alasan kenapa dia meminta semua orang untuk keluar.

Anggota keluarga Tania menganggukkan kepala setuju, kembali kedalam kamar, Tania sedang melihat jendela sambil melamun, melihat mereka berjalan masuk baru kembali sadar secara perlahan.

Mereka dapat melihat bahwa Tania sangat tidak bahagia.

Sore hari, keluarga Alex membawa barang datang, keluarga Tania tidak menyangka bahwa mereka masih memiliki keberanian untuk datang.

"Kalian pergilah, tidak ada yang perlu dibicarakan, tunggu Tania keluar dari rumah sakit, maka akan segera mengurus perceraian" Kata ayah Tania kepada orang tua Alex yang berdiri disamping.

"Ayah Tania, kedatangan kami hari ini bukan untuk membahas masalah perceraian, tapi untuk mewakili keluarga Alex untuk meminta maaf" Kata Michael dengan sopan.

Johan mencibir : "Orang yang seharusnya meminta maaf tidak datang, jadi apa gunanya meminta maaf, walaupun Alex datang, dengan satu kata maaf, apakah masalah sudah selesai, begitu banyaknya orang, dia menganggap adikku ini sebagai apa?"

"Kakak...." Setelah Tania memanggil Johan dengan lembut, Johan baru diam.

"Kakek, paman ke-3, paman, tante, aku berterima kasih atas kedatangan kalian, masalah aku dengan Alex tidak ada hubungannya dengan kalian, jadi aku tidak membenci kalian, aku berpikir, mungkin kedepannya kita juga tidak akan ada kesempatan untuk bertemu lagi, terima kasih kalian telah menjagaku selama aku tinggal di Taman Kaca" Kata Tania dengan nada yang tenang sambil melihat mereka.

Kakek Alex menghela nafas "Kakek datang untuk melihat keadaanmu, istirahatlah dengan baik, walalupun anak sudah tidak ada, tapi kamu jangan terlalu sedih" Setelah mengatakannya Kakek Alex menyuruh Michael untuk meletakkan barang, lalu pergi.

Keluarga Tania merasa sangat terkejut, kenapa juga orang tua itu mengatakan masalah keguguran.

Tania tercengang, duduk di kasur tertegun, Tania menanyakan : "Anak?! Anak apa yang sudah tidak ada? Anak siapa yang sudah tidak ada?"

Seketika itu semua orang merasa panik.

Tania, kamu tenang dulu, dengarkan aku dulu" Vincent berjalan kesamping kasur, lalu menekan punggung Tania "Aku tahu kamu tidak dapat menerimanya, tapi anak sudah tidak ada, tidak ada orang yang dapat merubah kenyataan ini!"

"Anak siapa yang sudah tidak ada, siapa punya...... siapa punya......" Teriak Tania, seketika itu juga suara yang keluar dari tenggorokannya terdengar serak, matanya penuh dengan air mata, dia duduk disana sambil terengah-engah.

Ayah Tania dan Siska sangat takut dengan Tania yang seperti ini, anak yang kasihan, sebenarnya dia masih perlu menerima berapa banyak cobaan baru cukup, Levita memiliki hati yang lembut, setelah melihat keadaan seperti ini, air matanya mengalir tanpa henti, sekarang dia tidak lagi merasa iri dengan Tania yang menikah dengan Alex, laki-laki yang terlalu ganteng, juga bisa membawa masalah.

"Kenapa kalian tidak memberitahuku, kenapa semua orang mengetahuiya, tapi hanya aku yang tidak mengetahuinya" Tania mengelus perutnya, berpikir bahwa didalam perutnya pernah mengandung sebuah anak, tapi sebelum dia menyambut kedatangannya, tiba-tiba anak itu sudah menghilang, seperti tidak pernah datang, kenapa bisa seperti itu, setidaknya biarkan dia merasakan denyut nadinya satu kali,matanya yang bulat dipenuhi dengan air mata, menetes keluar setetes demi setetes.

Tania menangis dengan sangat sedih, rasanya seperti mau mati.

Vincent melepaskan Tania, kata-kata yang menenangkan juga sudah tidak berguna lagi, ini adalah kesakitan yang harus dia hadapi, tidak ada orang yang dapat membantunya.

Alex dan Nico berjalan keluar dari dalam lift dan berjalan menuju kamar Tania, kata yang pertama kali Alex ucapkan setelah dia sadar adalah, pergi melihat keadaannya, walaupun dia tahu dengan jelas, jika dia muncul sekarang, maka akan dipukul hingga mati, tapi dia tetap ingin datang, walaupun harus dipukul juga tidak apa-apa.

Nico mengatakan bahwa dia akan membantu Alex untuk mengurus mayatnya.

Membuka pintu, lalu berjalan masuk kedalam kamar, mereka melihat Tania yang sedang menangis diatas kasur.

Novel Terkait

Wahai Hati

Wahai Hati

JavAlius
Balas Dendam
4 tahun yang lalu
Innocent Kid

Innocent Kid

Fella
Anak Lucu
4 tahun yang lalu
Hei Gadis jangan Lari

Hei Gadis jangan Lari

Sandrako
Merayu Gadis
4 tahun yang lalu
Hidden Son-in-Law

Hidden Son-in-Law

Andy Lee
Menjadi Kaya
3 tahun yang lalu
Evan's Life As Son-in-law

Evan's Life As Son-in-law

Alexia
Raja Tentara
3 tahun yang lalu
Cinta Seumur Hidup Presdir Gu

Cinta Seumur Hidup Presdir Gu

Shuran
Pernikahan
4 tahun yang lalu
Menantu Luar Biasa Bangkrut

Menantu Luar Biasa Bangkrut

Menantu
4 tahun yang lalu
My Tough Bodyguard

My Tough Bodyguard

Crystal Song
Perkotaan
4 tahun yang lalu