Terpikat Sang Playboy - Bab 3 Perubahan Rumah (2)

Wajah Tania seketika pucat, wataknya yang keras dan berapi-api, di saat ini hanya bisa diam membisu.

“Mengapa kamu melakukan ini semua? Keluarga kami di bagian mana telah melakukan kesalahan padamu?”

“Masalah ini, seharusnya kamu menanyakan ini pada ayahmu, tanya dia, dulu sudah melakukan hal tak terpuji apa!” Vincent menikmati wajah Tania yang saat ini menerima tekanan yang begitu dalam, matanya tersenyum bahagia seperti bunga yang baru mekar.

Rasanya puas sekali! Dendam dari 10 tahun yang lalu, seperti sudah terbalaskan setengah.

Sudah 9 tahun, dia akhirnya mendapatkan kesempatan untuk menarik penyakit dendam yang sudah bersarang di hatinya, dan dia selamanya tidak bisa melupakan kejadian ketika orang rumahnya mati terbakar, tidak bisa melupakan ayah Tania yang sudah menggunakan tanah rumahnya untuk membangun tanah kekuasaannya, jadi, Vincent ingin menghancurkan, dengan menggunakan tangannya sendiri, menghancurkannya hingga pecah bercerai.

“Vincent, aku tidak akan memaafkanmu.” Tania dengan acuh melangkah cepat meninggalkan ruangan Vincent, sekarang yang paling penting adalah, dia harus pergi melihat ayah dan kakaknya.

Vincent mengalihkan pandangannya ke arah Jane yang masih terduduk di lantai, dia dari dalam kantong jasnya mengeluarkan buku cek, lalu di cek menuliskan beberapa angka dan mengoyakkannya menaruhnya di atas meja, dengan suara dinginnya berkata: “Drama sudah selesai, ambil ini dan pergi ke rumah sakit.”

Lantai 40.

Tania baru keluar dari lift, ayah dan kakaknya sudah dibawa polisi ke kantor, dia tidak punya waktu berpikir banyak, langsung pergi mengejar polisi ke kantor polisi.

Tania melajukan mobilnya lurus meninggalkan kantor, dan Vincent mengikutinya dari belakang.

Di jalan raya, ada mobil polisi yang berada di depan mobil Tania, dia sangat yakin, ayah dan kakaknya berada di dalam mobil itu, dan dengan kecepatan penuh mengejar mobil itu, tanpa memperhatikan mobil besar yang ada di kiri depannya.

“Ces--Tin--”

Ketika supir mobil menyadari keadaan yang terjadi, dia sudah tepat waktu menginjak rem mobil besarnya, tapi karena jaraknya yang begitu dekat, mobil tanpa bisa dihindari saling menabrak.

Kepala Tania menabrak keras stir mobil, matanya menggelap, lalu kehilangan kesadaran.

“Tania--” Vincent turun dari mobil, berlari sampai di samping mobil Tania, dan dari dalam mobil menggendong mengeluarkan Tania yang kepalanya sudah mengeluarkan darah, tubuh Vincent tiba-tiba merinding.

Tania mati kah! pikiran ini membuat Vincent begitu panik, “Tania, kamu tidak boleh mati, dengar tidak” Vincent teriak dengan keras, wajahnya yang indah terlihat begitu terluka.

Jam 11 tengah malam, Tania dari yang tak sadarkan diri mulai sadar, kepalanya terbalut perban berwarna putih, ibu dan kakak iparnya juga ponakan wanitanya yang berumur 6 tahun, berkumpul di sofa tepat di samping ranjangnya tertidur.

Tania tidak membangunkan mereka, dia melihat langit-langit atas ruangan hingga subuh hari.

Keesokan harinya, matahari baru terbit, Vincent datang keruangannya, ibu Tania masih belum tahu kalau suami dan anaknya berurusan dengan polisi semua terjadi karena Vincent, ibu Tania masih dengan ramah menyambut Vincent, di mata ibu Tania, calon menantunya yang sangat bisa di andalkan ini mungkin saja bisa membantu menyelamatkan keluarganya.

Tania yang terbaring, dengan nada suaranya yang dingin berkata, “Ada apa?”

Vincent duduk di kursi, “Kata dokter, kamu sudah tidak apa-apa!” Ketika menggendong Tania membawanya ke rumah sakit, kepala Tania semuanya penuh dengan darah, dan baru-baru ini dia baru tahu kalau luka di kepala Tania hanya luka kulit kepala yang terkelupas.

“Aku tidak mati, apakah kamu merasa ini semua sangat disayangkan?”

“Bagaimana mungkin, hidup yang seperti setengah mati baru lebih bagus, aku hari ini datang, karena melihat hubungan kita yang dekat sebelumnya, dan aku mau memberitahumu, trailer film yang kamu lihat kemarin sudah selesai, dan sekarang dengan resmi menyambut film yang sesungguhnya.”

Wajah Tania yang dari awal sudah pucat, mendengar perkataannya, semakin pucat hingga berwarna keabu-abuan.

Satu minggu kemudian, dia baru benar-benar mengerti arti dari perkataan Vincent.

Vincent melapor pada bagian uji coba kualitas makanan, kalau kedai makanan di bawah perusahaan Tan, sudah menambah bahan penyebab kanker yang membahayakan tubuh orang yang memakannya, ribuan kedai yang ada di seluruh kota di tutup, dan sesudahnya dengan tanpa perasaan merampas nyawa perusahaan Tan, yaitu dengan menghancurkan taman milik perusahan Tan yang seharga 25 M.

Novel Terkait

Precious Moment

Precious Moment

Louise Lee
CEO
4 tahun yang lalu

Istri Yang Sombong

Jessica
Pertikaian
5 tahun yang lalu

Balas Dendam Malah Cinta

Sweeties
Motivasi
5 tahun yang lalu

Love at First Sight

Laura Vanessa
Percintaan
4 tahun yang lalu

More Than Words

Hanny
Misteri
4 tahun yang lalu

Back To You

CC Lenny
CEO
4 tahun yang lalu

Loving Handsome

Glen Valora
Dimanja
4 tahun yang lalu

Asisten Bos Cantik

Boris Drey
Perkotaan
4 tahun yang lalu