Terpikat Sang Playboy - Bab 119 Apakah Harus Menunggu Benda Itu Menghilang, Baru Hatinya Bisa Merasa Sakit!

Alex mengusirnya!!!

Tania merasa hancur, apakah dia yang salah, Tania dimarahi dan dipermalukan oleh ibunya, apakah dia harus menerimanya tanpa mengatakan apapun, Tania mengelus dadanya, hatinya terasa hancur berkeping-keping, terasa sangat sakit hingga sulit bernafas, air matanya juga mulai menetes.

Tania masih ingat, orang yang kemarin malam dengan percaya dirinya mengatakan bahwa dia tidak akan melepaskannya, hari ini malah mendorongnya dan mengusirnya tanpa perasaan.

Ternyata hubungan mereka tidak bisa menghadapi cobaan, tidak peduli seberapa indahnya janji dan memori mereka, pada akhirnya tetap tidak bisa menghadapi pahitnya kenyataan, pria yang mengatakan bahwa dia akan berjuang bersama dan mencoba untuk terus bahagia bersamanya, ketika disuruh memilih antara dirinya dan ibunya, dia memilih ibunya tanpa ragu

Benar! Wanita bisa dicari lagi, tapi ibu hanya ada satu, posisi Tania dalam hatinya hanya seperti ini, ketika dia ingin menyayanginya, maka dia akan meyayanginya, ketika ingin membuangnya, maka akan membuangnya.

Tania tidak memiliki keberanian dan tenaga untuk tinggal disini, Alex sudah mengusirnya, apakah Tania harus tinggal disini tanpa malu.

Tania menghapus air mata dari wajahnya, berlari keluar dari villa dengan sempoyongan, langit yang mendung menandakan akan turun badai besar.

Tania berjalan dijalan dengan mengenakan sandal, mengingkirkan salju yang ada dijalan, melihat nyonya muda mengenakan baju yang tipis, bahkan tidak menukar sandal dikakinya, pelayan itu merasa sangat heran.

"Nyonya muda, hari ini sangat dingin, jika keluar dengan baju tipis ini, anda akan terserang flu" Kata pelayan mengejar Tania.

Tania tidak memperdulikannya, terus berlari keluar, pelayan itu juga tidak bisa melakukan apa-apa, dia berpikir nyonya muda sedang bertengkar dengan tuan muda, dia tidak bisa mencampuri masalah pribadi pasangan suami-istri ini, hanya bisa kembali sambil menyingkirkan salju.

Pintu gerbang rumah keluarga Alex ada didepan mata, Tania memiliki firasat bahwa jika hari ini dia keluar dari pintu gerbang ini, maka dia tidak akan kembali lagi.

Tapi dia ingin kembali untuk apa?

Melangkahkan kaki yang terasa sangat berat itu, dia berlari keluar dari pintu gerbang, pada detik itu juga, air mata pun menetes keluar.

Tiba-tiba turun hujan salju yang lebat, Tania mengira bahwa jodoh mereka masih sangat panjang, tidak menyangka, ternyata jodoh mereka sangat pendek.

Salju membuat sandal Tania menjadi basah, dingin seperti es yang menempel dikakinya, hanya tersisa rasa kebas yang menyakitkan, tapi tidak peduli seberapa kebas dan sakitnya, tidaklah sesakit hatinya.

Tania tahu bahwa dia salah, dia tidak seharusnya bertaruh sebesar itu, sekarang dia kalah dengan sangat menyedihkan.

Alex mengambil obat, membantu ibu menggunakannya, lalu mengantarnya kembali ke villa, setelah menemaninya beberapa saat baru pergi.

Saat ini dia baru teringat akan Tania, sepertinya ketika sedang marah tadi, dia telah mengatakan hal yang kelewatan, sepertinya dia telah mengusirnya, Alex menonjok dinding dengan keras, marah dengan dirinya yang tidak berpikir dengan jernih tadi.

Alex segera kembali ke villa untuk mencari Tania, lalu menelepon kekantor menanyakan apakah Tania ada kekantor, jawabannnya adalah tidak ada, Alex mencari Tania di Glass Garden, tapi tidak kunjung menemukannya,

Akhirnya ada seorang pelayan yang memberitahu bahwa tadi pagi, Tania keluar dengan mengenakan sandal, bahkan tidak mengenakan mantel, hati Alex terasa sakit, kali ini dia menyakiti Tania lagi.

Sepertinya Alex tahu kemana Tania pergi.

Tania tidak tahu bagaimana dirinya berjalan pulang kerumahnya, pikirannya sangat kacau, Tania merasa dirinya seperti sedang berjalan diatas api penyucian, orang dari keluarga Tania sangat terkejut ketika mereka melihat tubuh Tania yang berubah menjadi hijau keunguan karena kedinginan.

"Anakku, ada apa denganmu?"

"Adik ipar kamu kenapa bisa menjadi seperti ini?"

Dalam rumah Tania, hanya Siska dan Levita yang ada di rumah, dengan tergesa-gesa, mereka membopong Tania ke kamarnya yang berada diatas. menyuruh pelayan untuk menyiapkan air panas, dan menyeduh teh jahe, lalu membantu Tania melepas baju dan calananya, semua pakaiannya sudah basak kuyub, dingin dan berat, tidak tahu bagaimana caranya untuk bertahan sampai dirumah.

Orang yang hatinya sudah mati rasa sudah melupakan rasa sakit.

"Tania, beritahu mama, apakah kamu disiksa oleh keluarga alex, sekarang kita sudah tidak bergantung pada mereka lagi, jika iya, katakanlah, aku papa kamu pasti akan membantu kamu untuk meminta keadilan" Hati Siska terasa sangat sakit ketika melihat keadaan anaknya yang sangat menyedihkan ini.

Levita berdiri disamping, dengan lembut berkata kepada Siska : "Mama, aku akan menelepon papa dan Johan meminta mereka untuk pulang."

"Baik! Minta mereka untuk cepat pulang" Siska menganggukkan kepala, ini adalah masalah besar, tentu saja mereka sekeluarga harus mendiskusikannya.

Levita menelepon ayah mertua terlebih dahulu, baru kemudian menelepon suaminya, Johan mengangkat telepon ketika berada dalam kantor Vincent, lalu menceritakan semuanya kepada Vincent.

"Aku ikut denganmu, aku juga ingin pergi melihat Tania, bagaimanapun juga, kita masih teman" Kata Vincent dengan lembut.

"Baiklah, ayo sekarang pergi, mamaku dirumah sudah sangat khawatir" Kata Johan sambil berdiri dari tempat duduk.

Ketika mereka tiba dirumah keluarga Tania, Ayah Tania juga sudah pulang, semua orang berkumpul dikamar Tania, tapi tidak peduli bagaimana mereka bertanya, Tania tidak menjawab, tidak tersenyum dan tidak bergerak, seperti boneka yang telah kehilangan jiwa.

Mereka tidak pernah melihat Tania yang seperti ini.

"Paman, menurutku mungkin Tania tidak ingin mengatakan apapun untuk beberapa saat ini, Bagaimana jika kita keluar dulu, biar dia bisa menenangkan diri sejenak" Vincent memberi masukan, dia dapat melihat bahwa Tania tidak ingin berbicara, jika terus menanyakannya juga tidak ada gunanya, dan mungkin saja bisa menambah beban Tania.

Ayah Tania menganggukkan kepala, mengatakan : "Kita semua keluar dulu, biarkan tania menenangkan dirinya."

Semua orang mematuhi apa yang dikatakan ayah Tania, Mereka semua keluar dari kamar Tania, lalu duduk di ruang tamu.

Kamar menjadi tenang, karena berada dalam selimut yang hangat, pelan-palan rasa kebas pada kedua tangan dan kaki Tania mulai menghilang, namun hatinya masih terasa sangat dingin, jika jantung bisa berhenti berdetak, apakah dia bisa terleas dari penderitaan akan rasa putus asa ini?

Semakin cinta maka semakin sakit, semakin mencintai maka semakin terluka.

Pintu kamar dibuka dengan perlahan, sebuah bayangan hitam berjalan masuk kedalam kamar Tania, lalu duduk disampingnya, duduk dalam diam selama beberapa saat.

"Apakah kamu tahu bagaimana caraku untuk melewati beberapa hari ini? Aku terus berpikir, jika aku tidak melukaimu, apakah kamu akan mulai berhubungan dengan dia, jika aku bisa menggenggammu dengan erat, mungkinkah orang yang menikah denganmu sekarang adalah aku, ketika memikirkan hal ini, aku merasa sangat menderita, aku yang licik ini menghalalkan segala cara agar kamu bisa kembali kesisiku" Vincent menggenggam tangan Tania, lalu meletakkannya diatas dadanya.

Bola mata Tania bergerak, dia tersenyum lemah : "Namun tidak ada jika didunia ini."

Tapi masih ada masa depan, jika hatimu sudah kosong, maka aku akan mengisinya hingga penuh, jika hatimu sudah dingin, maka aku akan menghangatkannya, walaupun jika hatimu sudah mati, aku akan menghidupkannya kembali, kamu boleh memarahi aku yang mengambil kesempatan dalam kesempitan, kamu boleh kesal, boleh benci, tapi aku tidak akan menyerahkan satu kesempatanpun" Vincent mengatakan apa yang ada dalam hatinya, Vincent hanya ingin Tania mengetahui bahwa dia sangat mempedulikan Tania.

Tania hanya melamun : "Apakah harus menunggu benda itu hilang, baru bisa menghargainya, baru hatinya bisa merasa sakit?" Suaranya sangat kecil, sangat halus.

"Benar! Ketika memilikinya, orang selalu mengira dirinyalah yang paling benar, selamanya tidak akan berubah, maka dari itu mereka bisa melukainya dengan mudah, setelah kehilangan baru menyadari bahwa orang yang sudah mereka sakiti itu, mungkin tidak akan kembali lagi, perasaan itu sungguh membuat hati ini sangat sakit."

Novel Terkait

Precious Moment

Precious Moment

Louise Lee
CEO
4 tahun yang lalu

Unlimited Love

Ester Goh
CEO
4 tahun yang lalu

Cinta Seorang CEO Arogan

Medelline
CEO
4 tahun yang lalu

My Charming Lady Boss

Andika
Perkotaan
5 tahun yang lalu

My Charming Wife

Diana Andrika
CEO
4 tahun yang lalu

Diamond Lover

Lena
Kejam
4 tahun yang lalu

Now Until Eternity

Kiki
Percintaan
5 tahun yang lalu

Unperfect Wedding

Agnes Yu
Percintaan
5 tahun yang lalu