Mr Lu, Let's Get Married! - Bab 426 Jodoh yang Tak Didapatkan

4 mata saling bertemu, Ivanest Han tidak memiliki ekspresi apapun, dia memakai kacamata hitam, dan berjalan melintasinya.

Nyaris, sang pria hampir mengira wanita ini sudah bukanlah Ivanest Han.

Jasmine Zhao dari belakang melihat jari tangannya Ivanest Han mencengkram tasnya dengan erat, tapi dia tetap pergi dengan natural, sang wanita pasti tidak merelakannya.

"Nona Han." Rio He pertama kalinya mengambil inisiatif memanggilnya, tapi setelah memanggilnya, dia tidak tahu sebaiknya mengatakan apa, beberapa waktu yang lalu, sebenarnya sang pria ingin mengajaknya bertemuan, hanya saja dia telah pergi ke luar negeri.

Keheningan telah hancur, Rio he ingin berbicara namun tersangkut di tenggorokan.

"Ingin mengatakan apa?" Ivanest tetap bersikap normal seperti biasanya, dia memalingkan kepala, ekspresinya malah begitu dingin.

Setelah terdiam beberapa saat, Rio He bertanya, "Kamu sudah kembali ke Kota Nan?"

"Hmm, pulang untuk melihat-lihat keadaan perusahaan, sekalian mengurus rumah sewaan dan yang lainnya." Dia bersikap tidak mempedulikan apapun, bibir merahnya melekuk, samar-samar tersenyum.

Nada bicaranya yang arogan seketika langsung memberi jarak di antara mereka berdua.

Di hadapan Rio He, dia bukan lagi seorang gadis kecil yang terus mengejarnya tanpa henti.

Daripada menganggap dia telah berubah, lebih tepat adalah Rio He telah menguras seluruh kesabarannya. Ataupun, antusias nona kaya sepertinya ini terhadap cinta, hanya sekedar untuk beberapa bulan saja.

Rio He tidak banyak berbicara lagi, dia sudah mengerti maksud dari Ivanest Han.

Jasmine Zhao sudah tidak tahan lagi, setelah Ivanest Han pergi, Rio He masih melamun di sana, rasa kecewa di matanya tidak mampu disembunyikan.

"Tidak kejar?"

Rio He berpikir sejenak, kemudian menggelengkan kepala, "Perbedaanku dengannya sangat besar, dia merasa ini sudah seharusnya berakhir, kalau aku mengejarnya, malahan akan membuatnya merasa tidak senang."

Ucapan ini kedengarannya tidaklah bermasalah, tapi......

"Kenapa kamu merasa dia ingin mengakhirinya? Kalau dia benar-benar ingin mengakhirinya, dia tidak akan memperlihatkan sikap yang berpura-pura seperti itu, kalau kamu merasa kamu bisa memberikan kebahagiaan padanya, kenapa tidak memberikan satu kesempatan untuk kalian berdua?"

Setidaknya di mana Jasmine Zhao, Ivanest Han masih belum sepenuhnya menyerah terhadap Rio He, hatinya pun masih berharap sang pria akan berjalan ke arahnya.

Rio He tidak merasa ragu lagi, dan pergi mengejar, hanya saja saat dia baru tiba di pintu, langsung terlihat ada seorang pria mengenakan tuxedo sedang memberikan bunga kepada Ivanest Han, di sampingnya terdapat sebuah mobil balap mewah.

Meskipun sang wanita sedikit ragu, tapi terakhir tetap menerima bunganya, dan naik ke mobil bersama pria itu.

Seorang putri kaya yang cantik dan elegan, memang hanya pantas dipasangkan dengan seorang lelaki yang sukses seperti ini, Rio He kembali menarik seluruh niat untuk mengejar Ivanest Han, membalikkan badan dan kembali ke mall.

"Tidak terkejar?"

Jasmine Zhao menanyakannya, Rio He tidak menjawab, hanya menanyakan Jasmine Zhao masih ingin pergi ke mana, dia akan mengantarnya pergi.

"Kalau begitu, mohon merepotkanmu mengantarku pergi ke rumah sakit."

Tadi dia lagi-lagi mengalami perasaan tidak nyaman seperti itu lagi, berpikir dirinya akan lebih tenang setelah pergi memeriksakannya di rumah sakit.

Di tengah jalan, Rio He mendapatkan panggilan telepon, dia melihat Jasmine Zhao sekilas saat sedang menyetir, lalu mengatakan, "Baik, aku mengerti."

Setelah menutup panggilan, Jasmine Zhao menanyakannya, "Jefferson?"

Rio He tidak menyangkal, "CEO Lu mengatakan dia malam ini ada perjamuan bisnis, menyuruhku untuk mengantarmu pulang dengan selamat."

Jasmine Zhao sedikit memalingkan kepala, melihat pemandangan di luar jendela yang berlalu, selamat......

Setelah tiba di rumah sakit, dia mendeskripsikan gejalanya terhadap dokter, karena belakangan ini pasien yang mengidap penyakit influenza seperti ini sangat banyak, dari orang dewasa sampai anak kecil, membuat seluruh lorong rumah sakit sangatlah kacau.

Dokter tidak memiliki banyak waktu untuk memeriksa Jasmine Zhao lebih lanjut.

"Aku rasa gejalamu saat ini masih belum begitu jelas, juga tidak memiliki gejala demam, aku rasa kamu pulanglah dulu, dan coba makan obat dulu, kalau membaik, beberapa hari ini jangan pergi ke tempat umum yang dipadati orang, juga harus memperhatikan makanan dan mengkonsumsi makanan yang tawar, tentu saja ada faktor lain yang bisa memicu gejala mual seperti ini, misalkan, hamil."

Jasmine Zhao mengambil resep obat yang dibuka oleh dokter, kepalanya hampa.

Kata hamil ini sangat berpengaruh besar terhadapnya, setelah diantar pulang oleh Rio He, dia mengambil sekantong plastik obat, lengannya hampir tak bertenaga, dia menyalakan lampu ruang tamu, setelah itu baru merasa rumahnya menjadi lebih hangat.

Jefferson Lu masih belum pulang jam segini, mungkin akan sibuk hingga larut malam.

Jasmine Zhao pergi ke kamar mandi untuk mandi, saat sedang memikirkan makan malam ingin memakan apa, langsung terdengar suara langkah kaki di ruang tamu.

"Di kamar mandi?" Jefferson Lu berdiri di pintu, sosok tubuh yang tinggi besar terpantul di frosted glass.

"Hmm, baru selesai mandi." Jasmine Zhao mengedipkan mata, baru tiba-tiba menyadari dirinya tidak membawa baju ganti, melihat sang pria membalikkan badan dan hendak pergi, dia memanggilnya dengan panik, "Err...... bisa bantu aku mengambilkan baju tidur tidak?"

Sang pria pergi ke kamar, tidak sampai semenit, dia membawa baju tidur yang sering dipakainya, mengetuk pintu, "Ini."

Raut wajah Jasmine Zhao sedikit memerah, bersembunyi di balik pintu, membuka sedikit celah, mengulurkan tangan dan menerimanya.

Jefferson Lu ingin tertawa tapi ditahannya, di antara mereka, masih ada bagian apa yang tidak pernah dilihat?

Sang pria mengganti kemejanya, saat hendak ke dapur mempersiapkan makan malam, dia melihat obat di atas meja makan, keningnya berkerut, Rio He sudah mengabarinya, tapi melihat wanita ini membawa pulang begitu banyak obat, hatinya penuh dengan kekhawatiran.

Jasmine Zhao keluar dari kamar mandi, melihat dia mengeluarkan ponsel dan mencari tahu apa kegunaan dari setiap obat, bahkan sampai membagi obatnya menjadi dua tumpukan.

"Semua ini mengandung hormon, kamu jangan makan terlalu banyak, yang lainnya, merupakan obat yang mengandung nutrisi, juga tidak begitu cocok......"

"Memangnya kamu lebih ahli dibandingkan dokter?" Dia telah menghabiskan banyak tenaga untuk membawa pulang obatnya, setelah dikelompokkan olehnya, apapun tidak boleh dikonsumsinya.

Tidak peduli bagaimanapun, Jefferson Lu tetap mempertahankan pendiriannya.

"Makan dulu! Besok aku akan membawamu ke rumah sakit melakukan pemeriksaan."

Dia menyesal terhadap sikapnya di perusahaan terhadap sang wanita, tapi situasi saat itu cukup mendesak, tidak ada waktu untuknya merasa ragu, semua perkataan permintaan maaf telah berada di ujung mulut, hanya saja, sang pria tidak mampu mengutarakannya.

Jasmine Zhao tidak mampu menyainginya dalam debat, lalu mengomel sejenak, dan memasukkan obatnya kembali.

Memikirkan dugaan hamil yang dikatakan oleh dokter, lalu mengangkat kepala melihat sosok punggung Jefferson Lu, dia tidak mampu mengatakannya keluar.

Dia pernah begitu berharap bisa melahirkan anak itu, tapi Tuhan tidak memberikannya kesempatan, kali ini, dia takut ini hanya sekedar mimpi kosong belaka.

......

Setelah Jimmy Wang kembali bebas, setiap hari selalu bermain bersama Andreas Zhuo.

Kalau bukan di bar, pasti berada di hotel kelas tinggi, yang menemani mereka pun rata-rata merupakan wanita cantik, Fanny mampu menemukan posisinya dengan menanyakan orang lain, setelah mencarinya berhari-hari, sekarang malah terlihat Jimmy Wang memeluk wanita di kiri dan kanan.

"Kenapa kamu datang?"

Dia melihat Fanny dengan kesal, mengangkat tangan menyuruh wanita cantik di dalam ruang VIP keluar dari sini.

Andreas Zhuo menghisap rokok cerutu, bangun dan menyapanya, "Nona Fanny! Aku tidak akan mengganggu kalian, pamit dulu."

Fanny memalingkan kepala, sama sekali tidak ingin meladeninya.

"Untuk apa mencariku? Bukankah sudah pernah kukatakan, nanti akan segera mencari waktu untuk pergi ke kediaman Keluarga Fan mencari papamu, kamu tidak perlu buru-buru seperti ini! Aku tadi......"

Perkataannya hanya baru dikatakan setengah, lalu Fanny melemparkan sebuah surat dokumen penyerahan hak asuh.

"Tanda tanganlah, aku dan Lala tidak akan menyulitkanmu."

Novel Terkait

Cinta Yang Tak Biasa

Cinta Yang Tak Biasa

Wennie
Dimanja
4 tahun yang lalu
Cinta Seumur Hidup Presdir Gu

Cinta Seumur Hidup Presdir Gu

Shuran
Pernikahan
4 tahun yang lalu
Cinta Adalah Tidak Menyerah

Cinta Adalah Tidak Menyerah

Clarissa
Kisah Cinta
5 tahun yang lalu
Innocent Kid

Innocent Kid

Fella
Anak Lucu
4 tahun yang lalu
Cinta Tapi Diam-Diam

Cinta Tapi Diam-Diam

Rossie
Cerpen
5 tahun yang lalu
Thick Wallet

Thick Wallet

Tessa
Serangan Balik
4 tahun yang lalu
Pria Misteriusku

Pria Misteriusku

Lyly
Romantis
4 tahun yang lalu
Your Ignorance

Your Ignorance

Yaya
Cerpen
5 tahun yang lalu