Mr Lu, Let's Get Married! - Bab 215 Rindu

Ibu Lu memegang tangan Rose dan mengatakan bahwa dia sangat ingin membawa Rose untuk pergi makan.

“Hanya sebuah makan siang, kalian ayah dan putranya pasti bisa menyisihkan waktu makan siang bukan?”

Ibu Lu sambil bercanda sambil menatap ayah Lu untuk bekerja sama dengannya.

Tetapi wajah ayah Lu tetap dingin, “Aku sekarang harus ke bandara, akan terbang ke kota Jin sore ini dan tidak ada waktu untuk makan.”

Ekpresi wajah ibu Lu tiba-tiba menjadi suram, berjalan lalu berbisik kepada ayah Lu, “Kenapa kamu tidak memperdulikan permasalahan anakmu dan tidak bisakah hanya meluangkan waktumu beberapa jam saja?”

Setiap kali selalu ibu Lu seorang diri yang mengatasi hal ini, seolah ayah Lu tidak tertarik yang membuat hati ibu Lu semakin terbakar.

Malah Rose yang berada di sebelahnya hanya menunjukkan raut wajah yang kecewa dan tidak banyak berbicara.

Tidak peduli bagaimana cara ibu Lu membujuknya, ayah Lu sudah menetapkan keputusannya.

Jefferson dengan segera mempersiapkan supir untuk mengantar ayah Lu ke bandara.

Ayah dan anaknya yang meninggalkan gedung Vogue, meninggalkan kesuraman pada wajah ibu Lu dan merasa sungkan untuk berkata kepada Rose.

“Bibi, aku akan menemani anda untuk makan, di belakang pusat pembelanjaan ada sebuah restoran yang enak.” Rose tersenyum dan memegang tangan dari ibu Lu seolah-olah masalah barusan tidak terjadi dan tidak peduli dengan sikap ayah Lu.

Hati ibu Lu seolah terikat bahkan ibu Lu sudah bertekad untuk mempersunting Rose menjadi bagian keluarga Lu dan berpikir kelak bakal ada seseorang yang bisa berdiri disamping dia.

Tetapi sebelum makanan disajikan di meja, ibu Lu seperti terdiam akan perkataannya Rose.

“Kamu berkencan buta?” Jika bukan Rose yang mengatakannya secara pribadi, ibu Lu tidak akan percaya, “Rose, aku selalu berpikir kamu bisa melengkapi Jefferson dan menikah lebih awal, bagaimana mungkin kamu bisa berkencan buta!”

Intinya keluarga Tang sudah tidak bisa menunggu.

Rose hanya mengelengkan kepalanya, “Bibi, aku tahu bahwa perasaan Jefferson kepadaku tidak seperti dulu, perasaan yang dipaksakan tidak akan bahagia, selain itu...”

Sebelum selasai berkata ibu Lu sudah mengerti maksud dari perkataannya.

“Apakah kamu khawatir tentang Jasmine? Dia sudah dipindahkan ke kota Zin dan tidak memiliki kesempatan untuk bertemu dengan Jefferson, kamu tidak perlu khawatir jika dia mencoba merayu Jefferson, aku juga tidak akan mempersilahkan dia masuk.”

Dengan jamian ibu Lu, senyum Rose semakin dalam, “Bibi, aku tidak bermaksud seperti itu, terakhir kali aku juga bertanya kepada Jefferson tetapi dia belum menjawabnya, mungkin dia sudah tidak memiliki perasaan terhadap diriku.”

Wajah ibu Lu terasa runtuh, “Pada saat itu hubungan kalian baik-baik saja, jika bukan karena kamu ingin belajar keluar negeri pastinya sekarang kalian telah memiliki anak.”

Perkataan ibu Lu sangat menusuk tetapi dia tidak menyadarinya dan keluar dengan sendirinya.

“Jefferson tidak pernah berkomunikasi dengan perempuan lain, kamu harus percaya padanya, pastinya di hatinya masih ada kamu.”

Rose menundukkan kepalanya sambil melihat peralatan makan lalu ingin mengatakan beberapa kata kepada ibu Lu.

Di depannya, ibu Lu menekan suaranya pelan-pelan, “Kadang-kadang aku dan pamanmu bukan orang yang berpikiran seperti orang zaman dahulu, jika kalian bisa memiliki bayi dan menikah juga tidak apa-apa.”

Wajah Rose memerah, dengan malunya menundukkan kepalanya, “Bibi, apa yang kamu katakan!”

Melihat responnya ibu Lu langsung berkata, “Program perjalan tour kapan lalu masih bisa, dan aku sekarang bisa menyuruh sekretaris Jefferson membawakan paspornya kepadaku!”

Rose ingin buru-buru, ibu Lu lebih ingin segera, berharap dengan segera bisa memeluk seorang cucu yang gemuk.

Di kondisi seperti ini Rose tidak perlu melakukan apapun, cukup ibu Lu yang membantunya mempersiapkan segalanya.

Begitu dia kembali ke perusahaan dia melihat sekretarisnya sedang menundukkan kepala dan berdiri di depan pintu kantor.

“Maaf, CEO Lu.”

“Kenapa?” Tatapan Jefferson begitu datar dan melangkah masuk ke kantor, bersiap-siap melihat materi rapat sore hari.

“Baru saja ibu Lu menyuruhku untuk meminta paspor anda, dan aku... tidak bisa menolaknya.”

Sekretaris tidak berdaya, ibu Lu berulang kali menekankan jika dia tidak mengambil paspor Jefferson maka dengan segera dia akan memecatnya dan tidak akan membiarkan dirinya untuk bisa mendapatkan pekerja di kota Nan ataupun kota Jin.

“CEO Lu, aku bersedia untuk menerima hukuman.” Sekretaris sudah membuat kesalahan yang paling buruk.

Jefferson sedikit menaikan alisnya, jarinya menunjuk ke tepian buku materi, “Pergi dan cari tahu biro perjalanan di kota Nan lalu lihatlah daftar yang berisi namaku lalu gantilah dengan namamu.”

“Ini... baiklah, CEO Lu, aku akan dengan segera mengantinya.” Selama tidak dipecat, cara ini juga lebih baik.

Apa yang dipikirkan oleh ibu Lu, bahkan Jefferson sudah malas menebaknya, dia melihat layar ponselnya.

Setelah semenit kemudian, Jasmine menerima teleponnya.

“Kamu sedang apa?”

“Melihat contoh penerbitan majalah.” Sambil memandangi majalah di tangannya, Jasmine menjawabnya.

“Oh, hari ini sudah jumat, tidakkah bersiap-siap untuk pulang kerja lebih awal?”

Jasmine mengangkat kepalanya sambil melihat ke arah jam yang menunjukkan pukul 6.

Tanpa sadar sudah sudah waktunya dia sedikit mengerakkan lehernya dan merengangkan pinggangnya.

Di sisi telepon sana, pria itu sedikit menaikan sudut bibirnya dan benar-benar berpikir untuk mencarinya, bahkan jika sekali bertemu dengannya harus duduk beberapa jam pesawat diapun sangat bersedia.

“Bagaimana denganmu? Sudah pulang kerja?” Pada saat dia pergi dengan terburu-buru, Jasmine masih mengkhawtirkan dia bakalan marah.

Di atas meja masih ada dua tumpukkan dokumen, mendengar perkataannya, terlihat bola matanya memiliki arti yang mendalam, “Ya, sudah bersiap-siap untuk pulang.”

Meskipun mereka tidak di kota yang sama tetapi dapat merasakan dirinya berada disisi dia.

Ini merupakan sebuah kerinduan juga ketenangan dengan rasa yang aneh.

Setelah menutup telepon, Jasmine merasa bahwa hari ini dia sedikit aneh, lalu membawa tasnya dan berjalan ke depan pintu penerbit majalah dan Rio sudah menunggunya di mobil.

Jika dia tidak menyapa Vanessa maka orang lain mungkin akan curiga Rio adalah pacarnya.

Baru saja dia naik mobil, dirinya melihat beberapa murid magang itu bersama-sama berjalan ke tempatnya.

Orang yang berjalan paling depan bernama Cedric.

Dia melihat Jasmine yang menaiki mobil Rio dengan segera dia menghentikan mobilnya dan tidak membiarkan dia untuk pergi.

Murid magang yang berada di belakangnya ikut bersemangat ketika melihat dia, setelah berjemur seharian, mereka tidak hanya lelah, dan emosi setiap orang sudah meledak-ledak.

“Wakil editor Zhao, kami sudah selesai memotretnya.” Cedric tidak menunggu Jasmine menjawabnya lalu dengan segera membuka pintu mobilnya lalu memberikan kamera ke arahnya.

Wajah Rio sendiri terlihat dingin, memandang mereka dengan sikap mempertahankan diri, juga memperhatikan keselamatan dari Jasmine, hanya dengan satu kata terucap dari dia, pasti dia akan dengan segera mengerakan tangannya.

Dengan isyarat mata mengatakan tidak apa kepada Rio, Jasmine membuka kamera dari Cedric dan melihat foto di dalamnya.

Beberapa foto di bagian depan bagus dan jika beberapa foto yang lainnya terlihat jelek, mungkin karena ingin menyelesaikan pemotretan.

Dia hanya melihat sebagian lalu menutup kameranya.

“Tingkatan kamu sudah sesuai standar, mereka boleh menyerahkannya kepadamu untuk diperiksa, besok pagi beritahu aku hasilnya.” Jasmine mengembalikan kameranya dan jelas responnya sangat tenang dan membuat Cedric merasa tidak senang.

Novel Terkait

My Perfect Lady

My Perfect Lady

Alicia
Misteri
4 tahun yang lalu
Doctor Stranger

Doctor Stranger

Kevin Wong
Serangan Balik
4 tahun yang lalu
Mr Huo’s Sweetpie

Mr Huo’s Sweetpie

Ellya
Aristocratic
4 tahun yang lalu
Loving The Pain

Loving The Pain

Amarda
Percintaan
5 tahun yang lalu
Cantik Terlihat Jelek

Cantik Terlihat Jelek

Sherin
Dikasihi
4 tahun yang lalu
Menunggumu Kembali

Menunggumu Kembali

Novan
Menantu
5 tahun yang lalu
Si Menantu Dokter

Si Menantu Dokter

Hendy Zhang
Menantu
4 tahun yang lalu
Demanding Husband

Demanding Husband

Marshall
CEO
4 tahun yang lalu