Mr Lu, Let's Get Married! - Bab 209 Dirinya Hanya Ingin Melindunginya

“Jefferson, bukannya aku tidak mengizinkan kamu bersama dengan Jasmine, tetapi coba kamu pikirkan sendiri, kamu dan dia itu tidak cocok, jika kamu memaksanya untuk bersama apakah kalian akan bahagia?” Ibu Lu menggunakan cara yang lembut untuk berkata.

Apalagi Jefferson akan menjadi penerus Lu Corp’s, dia tidak mungkin demi Jasmine melakukan hal ini kepada keluarganya.

Jika memang harus berada disana, ibu Lu pasti akan mencari cara untuk melepaskan Jasmine.

Hal ini, ibu Lu sendiri mengerti maka dari itu dia tidak akan melawan Jefferson, jika dirinya tidak setuju Jasmine tidak akan pernah mempunyai nama dan pasti tidak akan lancar disini, dan walaupun dia telah memberikan keturunan untuk keluarga Lu tetapi tetap saja dia harus melihat wajah ibu Lu setiap hari.

Jika ingin mendapatkan warisan dari keluarga Lu, tentu saja ibu Lu tidak akan mengalah karena ini.

“Hatiku telah memperhitungkan semua ini.”

Perkataan Jefferson menandakan jika dia tidak akan memberikan kesempatan Jasmine untuk pergi.

Melihat Jefferson yang seperti itu, ibu Lu berkata dengan gemetar.

“Baik, kamu terus saja menjaga dia, bahkan kamu tidak peduli dengan sejuta perkataan di kantor, kamu pasti akan menyesal karena wanita itu.” Setelah ibu Lu berkata, dia langsung menutup teleponnya.

Awalnya dia ingin menggunakan keuntungan perusahaan, agar Jefferson meninggalkan Jasmine tetapi tampaknya semua ini gagal.

Dirinya sungguh merasa marah, lalu menutup teleponnya dan memenangkan dirinya.

Pelayan yang melihat ibu Lu ini marah, tidak berani menganggunya hanya menunggu suasananya lebih membaik dan berkata, “Nyonya, nona Tang meminta seseorang untuk mengantarkan 2 buah tiket opera musik.”

“Dua tiket?” Ayah Lu sering melakukan pekerjaan di kota Pu, Rose sendiri berada di kota Nan, dia sendiri dengan sengaja meminta seseorang mengantarkan tiket ini.

Salah satu tiket ini pasti untuk Jefferson.

“Astaga, gadis yang begitu baik, mengapa Jefferson tidak bisa melihatnya!” Ibu Lu semakin khawatir.

Sebelumnya acara berlibur kedua keluarga ini telah gagal, di depan orangtuanya Rose dirinya ini sudah cukup malu, jika tetap tidak bisa memperbaiki hubungan Jefferson dan Rose, maka hubungan kedua keluarga ini akan menjadi renggang.

Setelah ibu Lu berpikir, hanya bisa menggunakan urusan kantor untuk menarik Jefferson dari kota Jin.

Jika tidak, hingga Rose mengetahui kepergian dia ini demi Jasmine ke kota Jin, hatinya pasti akan sakit.

Di sisi lain, Jasmine yang melihat Jefferson menutup teleponnya, hatinya merasa tidak enak.

“Kamu tidak perlu berantem dengan ibu mu, aku tidak apa-apa, apapun yang dikatakan ibumu memang sudah sepantasnya.”

Jasmine sendiri tidak memperdulikan hal ini, dia sendiri juga tidak berharap jika ibu Lu menganti pemikirannya tentang dia.

Apalagi dirinya dan Jefferson memang berbeda, tetapi jika ibu Lu tiba-tiba baik kepada dia maka dia pasti akan merasa tidak terbiaa.

“Aku tahu jika ibuku meminta seseorang untuk bertemu denganmu.” Jefferson berkata dengan tenang, sambil memutarkan tubuhnya melihat kearah Jasmine, “Pada saat itu aku memikirkan satu hal, jika aku menjagamu, apapun yang terjadi aku tidak akan membiarkan kamu terluka.”

Tatapannya melihat dia dengan dalam, setelah itu dia membuka matanya, “Aku selalu seperti kehilangan kata-kata.”

Jasmine yang melihat tatapannya itu, membuat hatinya berdegup kencang.

“Tidak...”

Pria ini menghentikan mobilnya, lalu membuka pintunya.

Jasmine tidak lagi ragu, lalu mengikuti dia turun.

Dia berusaha mengikuti Jefferson, tidak menghindar dan ragu.

“Pelanlah sedikit.” Dia membuka mulutnya memanggil Jefferson, di ruangan parkir, satu berjalan di depan dan belakang.

Pria ini berbalik dengan bersihnya, tetapi tatapan matanya terlihat penuh bersalah.

Dia mulai menyesal dengan rencana ini, jika saja dia dapat menahannya sedikit mungkin saja tidak perlu membiarkan Jasmine seorang diri untuk berjuang.

Sikapnya ini membuat dia semakin susah untuk bertahan.

Intinya, keinginan dia menemaninya menjadi sebuah permohonan.

Jika dia berkata tidak tergerak, dengan cara dia melihat Jasmine seperti itu saja telah membuat hatinya merasa sakit, seperti sebuah barang yang nyangkut.

Jarak kedua orang ini tidaklah jauh, Jasmine mengerakan kakinya lalu berjalan dan berdiri di depan dia, “Aku telah menjelaskan, jika aku sendiri yang rela pindah ke kota Jin dan semua ini tidak ada hubungannya denganmu, kamu tidak perlu merasa terbebani karena ini, aku bisa bertanggung jawab untuk diriku sendiri.”

Di mulai dari pertama kali dirinya pindah ke apartemennya, dirinya tidak pernah berpikir akan mengambil sebuah perasaan darinya.

Dirinya dengan polos mencintai dia, dan tidak boleh hancur karena semua ini.

Terkadang beberapa perkataan yang terus dikatakan pasti tidak akan memiliki maknanya.

Perasaannya bagi Jefferson juga seperti itu.

Pria ini menundukkan kepalanya dan melihat ke arahanya, tatapannya terlihat kacau.

Beberapa orang yang melihat Jefferson tiba itu pun memanggilnya, “Direktur Jefferson, anda telah tiba.”

Setelah itu melihat Jasmine yang berdiri di depannya, suasana kedua orang ini terlalu tenang.

Beberapa pengawai mengira jika karena urusan pekerjaan Jefferson memarahi Jasmine.

Setelah menyapa tidak ada yang mendekati, Jefferson sendiri memberikan tatapan yang dingin dan pergi.

“Kamu telah menakuti orang-orang ini.” Jasmine dengan tidak bisa apa-apa berkata, semenjak kapan pria ini seperti ini.

“Ibu bahkan mengatakan hal seperti itu kepadamu, apakah hatimu tidak merasa apa-apa?” Yang ingin Jefferson tahu mengapa dia tidak pernah memberitahunya, apapun yang dikatakan ibu Lu dia tidak pernah memberitahunya.

Apakah dia ingin memulai hidup baru di kota Jin, dan melupakan dia.

Walaupun janin diperutnya itu adalah anaknya, apakah dia tidak ingin menambahkan namanya kelak.

Perasaan ditinggal seseorang ini membuat dia tidak terbiasa.

Hatinya terasa sakit.

“Jika aku mengatakan semua ini, kamu sendiri tidak akan bisa menyelesaikannya, yang terpenting aku sendiri juga harus keluar dari apartemenmu, yang jelas tidak perlu... menjelaskan semua ini.”

Sebenarnya, dia ingin mengatakan tidak perlu memusingkan ibumu, tetapi perkataan yang berada di ujung bibir ini berubah menjadi ini.

Jefferson sendiri merasa kesal, “Sudahlah.”

Dirinya tidak ingin berantem dengannya.

Dia memutarkan tubuhnya dan berjalan ke arah lift, Jasmine sendiri juga tidak melambat, dia mengikuti Jefferson masuk kedalam lift.

Hal ini sungguh menarik perhatian beberapa orang.

Ketika lift yang terbuka, dan beberapa pengawai yang keluar hampir menabrak Jasmine, karena tidak ada yang berani mendekati Jefferson, ketika dia berdiri disana, membuat para pengawai sangat berhati-hati.

Pria yang melihat dia terjepit disana, ingin melindungi dia, tetapi juga takut jika dia menjadi bahan pembicaraan disini.

Maka itu, dia menaikan tangannya menekan tombol lift, lalu masuk.

Dengan dia keluar, para pengawai tidak perlu lagi berkerumun disana.

Dengan seperti ini Jasmine akan merasa lebih nyaman.

Setelah pintu tertutup, pria ini menghelakan nafasnya.

Telepon genggam berbunyi.

Jaxon yang menghubunginya.

Setelah itu terdengar suara yang terburu-buru, “Kamu berada dimana? Aku telah menemukan sesuatu dan harus berkata denganmu!”

“Ada apa?”

Novel Terkait

Memori Yang Telah Dilupakan

Memori Yang Telah Dilupakan

Lauren
Cerpen
4 tahun yang lalu
Love From Arrogant CEO

Love From Arrogant CEO

Melisa Stephanie
Dimanja
4 tahun yang lalu
Because You, My CEO

Because You, My CEO

Mecy
Menikah
4 tahun yang lalu
Perjalanan Selingkuh

Perjalanan Selingkuh

Linda
Merayu Gadis
3 tahun yang lalu
Cutie Mom

Cutie Mom

Alexia
CEO
4 tahun yang lalu
Aku bukan menantu sampah

Aku bukan menantu sampah

Stiw boy
Menantu
3 tahun yang lalu
Istri ke-7

Istri ke-7

Sweety Girl
Percintaan
4 tahun yang lalu
Waiting For Love

Waiting For Love

Snow
Pernikahan
4 tahun yang lalu