Unlimited Love - Bab 126 Tertangkap Basah (3)

Selesai makan, Stanley Yan dan Yesi Mo mengajak Didi pergi berjalan-jalan, sedangkan Jennie Bai naik ke dalam mobil mereka. Sopir mereka bertanya padanya apakah dia ingin pulang sekarang, tapi dia menggeleng, dan menyuruh sopir itu untuk mengantarnya pulang ke rumahnya sejenak.

Malam itu, Jennie Bai tidak lagi ingin kembali pulang ke rumah kediaman keluarga Yan, dia takut semuanya terbongkar.

Keesokan paginya, Andrew Ling meneleponnya dan menanyakan kenapa dia tidak pulang ke rumah kediaman keluarga Yan semalam, dia lalu menyuruhnya segera ke sana.

Tanpa menunggu penjelasan Jennie Bai, dia langsung menutup telepon.

Jennie Bai memandangi ponselnya, dia teringat dengan Sonson, dia menggigit bibirnya, merasa ragu cukup lama, baru setelah itu bangkit berdiri dan pergi keluar.

Saat tiba di rumah kediaman keluarga Yan, Stanley Yan sudah pergi ke kantor, Yesi Mo sedang mengantar Didi pergi ke sekolah. Jennie Bai baru menginjakan kakinya ke dalam ruang tamu ketika dia melihat kepala pelayan datang menyambutnya.

"Nona Bai. "

"Ke-kepala pelayan. "

Jennie Bai menundukan kepalanya dengan salah tingkah dan membalas salamnya.

"Nona Bai, apa kamu sedang tidak enak badan? "

"Ti-tidak... "

"Baguslah kalau begitu, oh iya, Nona Bai, kalau kamu ada waktu, apa kita boleh berbincang? "Kepala pelayan berkata dengan ramah.

"I-itu...a-aku.... "Jennie Bai ingin menolaknya, tapi setelah dia pikir-pikir lagi, dia akhirnya mengangguk, menyetujuinya.

Ada beberapa hal dia harus mau menghadapinya, kalau dia bisa menipu kepala pelayan, maka semua akan beres, Andrew Ling juga tidak akan punya alasan lagi untuk melakukan sesuatupada kepala pelayan.

"Di sini banyak orang yang lalu lalang, sebaiknya kita pergi ke ruang baca nyonya besar dan berbincang di sana. "Kepala pelayan tersenyum sambil mengangguk, lalu berjalan naik.

Setelah memasuki ruang baca Nenek Yan, Jennie Yan terlihat tenang, matanya tidak jelalatan kesana kemari, karena dia tahu dengan gugup, akan mengundang kepala pelayan curiga.

"Om, kamu mau berbincang mengenai apa kepadaku? "

"Sebenarnya tidak ada, aku hanya ingin bertanya padamu kenapa kamu kemarin bisa berada di dalam ruang baca nyonya besar. Kalau aku tidak salah ingat, kunci ruangan ini selain nyonya muda, hanya aku yang memilikinya, dari mana kamu mendapatkan kuncimu? "

Kepala pelayan itu menyeritkan dahinya menatap Jennie Bai, yang ditatap menundukan kepala, "Aku...... "

"Ada apa? Kamu merasa tidak enak mengutarakannya? "

"Bukan begitu juga. Hanya saja, masalah ini aku sudah berjanji untuk tidak mengatakannya pada siapa-siapa. "Jennie Bai menarik nafas panjang, lalu berkata dengan lirih.

"Sudah berjanji dengan siapa? "

"Om, kamu jangan bertanya lagi boleh? Aku sungguh tidak bisa mengatakannya. "Jennie Bai mengangkat kepalanya, menggigit bibirnya sambil menatap kepala pelayan.

"Karena Nona Bai tidak mau mengatakannya, maka aku juga tidak akan bertanya lagi. Tapi masalah keberadaan Nona Bai di sini kemarin, aku akan melaporkannya pada tuan muda. "

"Jangan! "Jennie Bai menjerit dengan gugup, dia kemudian memejamkan matanya, menarik nafas panjang, lalu saat membuka matanya, ekspresi wajahnya terlihat tak berdaya, "Aku yang mengatakannya saja masih tidak cukup? Sebenarnya kunci ini, kakak ipar yang memberikannya padaku. "

"Nyonya muda? "Kepala pelayan terkejut menatap Jennie Bai, "Kamu yakin? "

"Yang aku katakan itu sungguh, kakak ipar yang memberikannya padaku. "

"Kenapa nyonya muda tanpa sebab memberimu kunci ini? "

"Kakak ipar menyuruhku membantunya mencari sesuatu. "

Jennie Bai mengerti kebohongan ini dapat dengan mudah dibongkar, maka lebih baik dia mengatakan sejujurnya.

Tapi di kebenaran yang dia katakan, 80% diantaranya benar, 20% palsu, dengan begini kebohongannya tidak akan mudah dibongkar.

"Barang apa? "

"Aku sudah berjanji pada kakak ipar untuk tidak mengatakannya, bisakah kepala pelayan tidak menyulitkanku? "Jennie Bai menatap kepala pelayan dengan berat hati.

Kepala pelayan mengangguk, lalu menggeleng, "Tidak benar, kalau sungguh nyonya muda ingin mencari sesuatu, dia sendiri sewaktu-waktu bisa datang mencariku, toh kuncinya juga ada di tangannya, kenapa harus menyuruhmu? "

"A-aku... "

Sorot mata Jennie Bai kosong, seketika dia tidak tahu lagi bagaimana mempertahankan kebohongannya itu.

"Jawablah dengan jujur, Nona Bai, sebenarnya siapa yang menyuruhmu datang ke sini mencari sesuatu, lalu mencari apa? "

"Om, aku mohon dengan sangat jangan bertanya lagi, aku sungguh tidak bisa mengatakannya. "

"Tidak bisa mengatakannya atau tidak berani mengatakannya?" Kepala pelayan tersenyum, sambil menatap Jennie Bai, dia memicingkan matanya, "Biar aku tebak, Andrew Ling yang menyuruhmu ke sini, untuk mencari sebuah kotak kecil, benar? "

"Ka-kamu bagaimana bisa mengetahuinya? "Jennie Bai terbelalak, dia menatap kepala pelayan dengan tidak percaya, bola matanya seperti sudah akan keluar.

"Ternyata benar, dia masih belum menyerah? "Kepala pelayan menggunakan nada menyelidiki, bertanya.

"Apa yang sebenarnya sedang kamu katakan? Kenapa aku tidak paham? "Jennie Bai menyeritkan dahinya menatap kepala pelayan, sorot matanya penuh kebingungan.

"Ada beberapa hal kamu tidak perlu mengetahuinya. Kamu hanya perlu melapor balik padanya. Barang yang dia cari, tidak ada di rumah ini, bilang padanya agar dia tidak usah susah-susah membuang tenaga." Kepala pelayan tersenyum sambil menggeleng.

"Tidak ada? Bagaimana mungkin? Dia jelas-jelas mengatakan ada di rumah ini. "

"Kamu tidak percaya dengan kata-kataku? "Kepala pelayan tersenyum pada Jennie Bai, "Kamu tahu aku sudah berada di sini berapa lama? Puluhan tahun, selama ini barang apa yang ada dan tidak ada di rumah ini aku mengetahuinya, selain nyonya besar yang sudah tiada, tidak ada orang yang lebih mengerti daripadaku. Kalau kamu masih tidak percaya, sekarang, kamu boleh mencarinya. "

"Kepala pelayan, kamu...... "

Jennie Bai tidak tahu apakah kepala pelayan sedang mengujunya atau memang sungguh menyuruhnya untuk mencarinya.

"Aku sudah memberimu kesempatan, sisanya terserah padamu. "

"Kamu sungguh membiarkanku mencarinya? Kamu tidak akan memberitahu kakak dan kakak ipar kan? "Jennie Bai bertanya pada kepala pelayan dengan ragu.

"Aku memegang perkataanku dengan serius, tapi kamu juga harus melakukan permintaanku. "Kepala pelayan berkata dengan serius pada Jennie Bai. "Setelah kamu selesai mencarinya, kamu tidak boleh lagi datang ke sini, dan juga tidak boleh lagi masuk ke ruang baca nyonya besar, lebih tidak boleh lagi memindahkan barang-barang di dalam sini. Kalau kamu menyetujuinya, sekarang, kamu bisa mulai mencari. "

"Baiklah, aku setuju. "Jennie Bai berpikir sungguh-sungguh sejenak lalu mengangguk.

Melihat Jennie Bai mulai mencari, kepala pelayan berkata dengan pelan, "Hati-hati, jangan sampai membuat barang-barang di sini berantakan. "

Satu jam kemudian, Jennie Bai menghentikan pencariannya, dia menyeritkan dahi dalam-dalam, "Kenapa bisa tidak ada? Tidak mungkin, dia jelas-jelas mengatakan barang itu ada di sini. "

"Masih ingin melanjutkan? "

"Aku masih ingin mencarinya lagi sekali. "Jennie Bai memonyongkan bibbirnya dengan tidak senang.

"Kalau begitu cepat sedikit, sebentar lagi nyonya muda akan pulang. "

Beberapa menit kemudian, Jennie Bai menemukan sebuah brankas di belakang lukisan pemandangan, seketika raut wajahnya menjadi senang: Di sini, pasti ada di dalam sini.

Kepala pelayan tercengang, dia berada di rumah kediaman keluarga Yan selama ini, belum pernah tahu di dinding ruang baca Nenek Yan ternyata ada sebuah lemari rahasia, di dalamnya ada sebuah brankas, dia menyeritkan dahinya: Apa jangan-jangan barang yang dicari Andrew Ling ada di dalam?

"Kepala pelayan, apa kamu tahu bagaimana cara membuka.... "Jennie Bai menengok menatap kepala pelayan, kemudian dia terpaku, dia bingung.

Di mulut pintu ruang baca Nenek Yan, berdiri Yesi Mo sambil menggenggam gagang pintu, dia terpaku berdiri di situ, dia sedang melihatnya dan sebuah brankas di hadapannya, wajahnya terlihat aneh.

"Ka-kakak ipar. "Jennie Bai memaksakan sebuah senyum di wajahnya, dia bertanya dengan bingung, "Kenapa kamu bisa pulang secepat ini? "

Novel Terkait

Istri kontrakku

Istri kontrakku

Rasudin
Perkotaan
4 tahun yang lalu
Seberapa Sulit Mencintai

Seberapa Sulit Mencintai

Lisa
Pernikahan
4 tahun yang lalu
Balas Dendam Malah Cinta

Balas Dendam Malah Cinta

Sweeties
Motivasi
4 tahun yang lalu
Mr. Ceo's Woman

Mr. Ceo's Woman

Rebecca Wang
Percintaan
3 tahun yang lalu
Si Menantu Dokter

Si Menantu Dokter

Hendy Zhang
Menantu
3 tahun yang lalu
Istri ke-7

Istri ke-7

Sweety Girl
Percintaan
4 tahun yang lalu
My Secret Love

My Secret Love

Fang Fang
Romantis
5 tahun yang lalu
Be Mine Lover Please

Be Mine Lover Please

Kate
Romantis
3 tahun yang lalu