Unlimited Love - Bab 141 Itu Adalah Dia! (1)

"Tentu saja, bukankah kita baru bertemu siang ini!" Stanley Yan dari bibirnya mengeluarkan senyum yang menawan.

Dia tidak mengenal Yesi Mo, dia belum pernah bertemu dengannya sebelum hari ini, tapi dia tidak tahu mengapa hatinya terasa gembira saat dia melihat wanita itu, perasaan yang muncul tiba-tiba itu membuatnya terhenyak.

Ini bukan pertama kalinya dia merasa seperti itu.

"Siang ini? "

Yesi Mo bengong, lelaki di hadapannya itu agak berbeda dengan lelaki yang dia kenal.

"Benar sekali. Siang ini aku dan Vivian pergi makan suki di sebuah rumah makan, saat keluar dari situ, kamu terus mengejar kita, seakan sedang mengejar seseorang. Waktu itu aku dan Vivian mengira kamu adalah orang gila. "Stanley Yan tertawa setelah berkata demikian.

"Maafkan aku, sudah membuatmu tertawa. Oh iya, apa kita pernah bertemu sebelumnya? "

"Mungkin pernah, mungkin belum pernah. "Stanley Yan berpikir dengan serius lalu menggeleng, dia kemudian menjelaskan, "Setengah tahun yang lalu aku hilang ingatan. Baiklah, aku sudah harus pergi. Selamat tinggal. "

Setelah berpamitan Stanley Yan pergi. Yesi Mo mengawasi bayangannya menghilang di kejauhan sambil bergumam, "Setengah tahun yang lalu hilang ingatan? Setengah tahun yang lalu? "

Stanley Yan tepat setengah tahun yang lalu menghilang, Yesi Mo semakin curiga yang baru dia lihat tadi adalah Stanley Yan, karena terlalu banyak hal yang sama.

"Kakak ipar, kenapa kamu begitu lama? "Jennie Bai melihat Yesi Mo kembali, bertanya dengan cemas, "Tidak terjadi apa-apa bukan? "

"Tidak. "Yesi Mo tersenyum dan menjawab sembarangan, "Oh iya, apa acaranya sudah akan dimulai? "

"Sudah hampir dimulai. "Jennie Bai melihat waktu, lalu tersenyum dan berkata, "Sepertinya masih 10 menit lagi. "

Yesi Mo mengangguk lalu duduk di sebelah Jennie Bai lalu memainkan sumpit di atas meja, hati dan pikirannya terbang entah ke mana.

Di sebuah ruang tunggu di sebelah ballroom, Vivian Luo yang mengenakan gaun putih sedang menunggu Stanley Yan. Saat dilihatnya muncul di mulut pintu, seketika dia bangkit berdiri dan menghampirinya, lalu menarik tangannya sambil bertanya, "Felix, kenapa kamu sekarang baru muncul? Sebentar lagi acaranya akan segera dimulai. "

"Acara? Acara apa? "

Stanley Yan dengan bingung bertanya padanya, dia begitu keluar dari lift langsung pergi ke toilet, dia sama sekali belum melihat foto dua orang itu di ballroom.

"Acara lamaran. Acara lamaran kita, apa kamu tahu? Ayahku sudah merestui hubungan kita berdua, apa kamu senang? "Vivian Luo dengan semangat menarik tangan Stanley Yan dan bertanya padanya.

Stanley Yan dalam hati merasa tidak senang, dia menyeritkan dahi.

"Felix, kamu sekiranya tidak marah aku sudah mempersiapkan acara tunangan ini bukan? "

Perkataan Vivian Luo itu menusuk hati Stanley Yan. Walaupun dia lupa ingatannya selama 20 tahun terakhir, tapi dia tetaplah Stanley Yan dengan harga diri yang tinggi, dia sangat tidak senang orang lain mengatur hidupnya.

Tapi dia juga tidak bisa menunjukannya, terutama saat dia tahu betapa cintanya Vivian Luo pada Felix Lu.

"Bukan begitu, aku hanya merasa acara seperti ini sebenarnya tidak perlu, terlalu menghabiskan uang. "

"Tapi aku rasa ini sangat perlu. Dua hari lagi kamu akan pergi bekerja, setelah itu kamu pasti banyak wanita cantik yang mengelilingimu, aku ini sedia payung sebelum hujan, kalau para wanita itu tahu kamu sudah bertunangan, mereka tidak akan berani terang-terangan mendekatimu. "

Stanley Yan tertawa tak berdaya, "Kamu ini, aku tidak tahu lagi. Kamu pikir saja, mobil tak punya, uang tak punya, identitas diri tak punya, latar belakang keluarga juga hanya orang biasa, mana ada orang yang menyukaiku? "

"Itu belum tentu, bukankah aku menyukaimu, dan lagi akan dengan segera menikah denganmu! "

Bantahan Vivian Luo masuk akal, itu membuat Stanley Yan tidak mampu mendebatnya.

"Sudahlah, terserah kamu. Selanjutnya juga tidak terkecuali. Tapi kalau nanti kamu bertindak sesuatu sendiri tanpa sepengetahuanku, aku tidak akan setuju. "Stanley Yan berkata dengan wajah datar.

"Semua itu tergantung padamu. Sudah hampir saatnya, segeralah ganti pakaian, nanti kita akan keluar bersama. "

Vivian Luo mengangkat gaunnya yang terjuntai dan menarik Stanley Yan ke dalam kamar mandi, lalu membantunya bertukar baju. Stanley Yan segera menyuruhnya keluar, dia tidak ingin dirinya yang tidak berbaju dilihat oleh Vivian Luo.

Sebelum dia mengingat semuanya, dia tidak ingin hubungannya dengan Vivian Luo terlalu dekat.

Dia takut kalau-kalau semua yang Vivian Luo katakan padanya hanyalah kebohongan, kalau benar begitu, maka leluconnya akan lebih besar lagi.

Acara pertunangan sudah dimulai. Sejak Stanley Yan dan Vivian Luo berjalan memasuki ruangan, keduanya menjadi pusat perhatian, semua mata tertuju pada mereka.

Kebanyakan dari tatapan mereka turut merasa bahagia, beberapa dari mereka perasaan itu bercampur dengan perasaan lain.

Kagum, cemburu. Identitas Stanley Yan yang sekarang ini adalah Felix Lu, sekarang ini menjadi calon suami Vivian Luo, seketika membuat hidupnya berubah 180 derajat, harga dirinya naik berlipat-lipat, bahkan bisa dibilang melonjak sampai ke langit.

Di tengah perasaan-perasaan dari mereka itu yang bercampur aduk, ada dua wanita yang di dalam hatinya muncul sebuah perasaan lain.

Mason Luo dan Jennie Bai awalnya juga ikut bahagia, tapi saat Stanley Yan dan Vivian Luo berjalan di depan mereka, saat memunggungi mereka, mereka tanpa sadar mengusap-usap mata mereka, dan saling bertukar pandang.

"Nona Bai, apakah kamu juga merasa Felix Lu ini dari belakang sangat mirip dengan tuan muda? "

"Bukan mirip lagi, itu sama persis. kalau bukan karena wajahnya tidak sama, aku pasti mengira dia adalah kakakku. "Setelah berkata demikian, dia berpaling melihat Yesi Mo yang terpaku mengamati bayangan Stanley Yan, "Kakak ipar, bagaimana menurutmu? "

Jennie Bai memanggilnya beberapa kali, dia baru tersadar dan bertanya dengan kaget, "Apa yang barusan kamu katakan? "

"Kakak ipar, apa kamu juga merasa Felix Lu ini sangat mirip dengan kakak? "

"Sungguh mirip. Dan kemungkinan besar dia adalah Stanley Yan." Yesi Mo berkata dengan pelan. Jennie Bai seketika menegang, menoleh dan menatap Stanley Yan, dia kemudian berkata dengan tidak percaya, "Kak, apa kamu ini sedang bercanda? "

"Apa kamu lihat aku ini sedang bercanda? "Yesi Mo tersenyum pahit. "Sebenarnya lelaki yang aku kejar siang ini adalah dia. Dan tadi saat aku pergi ke toilet aku bertemu dengannya. "

"kak, apa menurutmu dia yang berpostur dan bersuara mirip dengannya adalah kakak? Tapi ini juga tidak bisa membuktikan kalau dialah kakak. "

Jennie Bai masih tidak bisa mempercayainya. Yesi Mo menggangguk, "Yang kamu katakan benar, tapi kalau kamu tahu setengah tahun yang lalu dia kehilangan ingatannya, kamu tidak akan berpikiran seperti itu. "

"Kalau begitu dia adalah kakak? "Jennie Bai terbelalak, dia kemudian berkata, "Kakak ipar, kalau begitu, kamu sedang menunggu apa lagi? Segera cegah pertunangan ini. Apa kamu ingin melihat sendiri kakak bersama dengan wanita lain? "

Sejak Stanley Yan berjalan masuk tadi, Yesi Mo dilema ingin mengacaukan pertunangan ini atau tidak.

Tapi saat Stanley Yan berjalan menaiki panggung acara di hadapan semua orang, Yesi Mo mengurungkan niatnya.

"Aku tidak bisa berbuat demikian. "Yesi Mo menggelengkan kepalanya, Jennie Bai tanpa sadar bertanya, "Mengapa? "

Tanpa menunggu Yesi Mo buka mulu, Mason Luo yang berada di sebelahnya langsung menjelaskan, "Nona Bai, aku rasa aku tahu apa yang dipikirkan nyonya muda. Nyonya muda sekarang masih belum benar-benar yakin Felix Lu adalah tuan muda, dan juga untuk mengacaukan acara pertunangan seseorang itu adalah hal yang tidak bermoral. Ditambah lagi ini adalah pertunangan anak perempuan partner kerja perusahaan kita yang paling penting. "

"Tapi bagaimana kalau dia adalah kakak? "Jennie Bai tidak juga menyerah, Mason Luo seketika tersenyum lalu menjawab, "Semisal Felix Lu sungguh adalah tuan muda, sebenarnya tidak perlu gugup. Toh mereka sekarang ini baru bertunangan, bukan menikah. "

Mason Luo sangat mengerti Yesi Mo, yang dia katakan itu seakan mewakili isi hati Yesi Mo.

"Rasanya aku sekarang sudah mengerti maksud kalian. "

Setelah memiliki pengalaman kerja setengah tahun lebih, Jennie Bai sekarang sudah tidak sepolos dulu lagi, dia sekarang dapat dengan cepat menangkap maksud Yesi Mo.

"Kita saksikan dalam diam. "Yesi Mo tersenyum pada mereka berdua, lalu berkata, "Jangan bertindak sembarangan. "

Acara pertunangan berjalan dengan lancar, saat ayah Vivian Luo mengajak Vivian Luo dan Stanley Yan, juga seluruh hadirin bersulang, juga tidak ada yang terjadi.

Saat mereka berjalan ke meja Yesi Mo, orang yang duduk di sekitar meja itu bergegas berdiri, dengan segelas champagne terangkat di tangan mereka.

Beberapa saat kemudian, ayah Vivian Luo, Maxim Luo, mempersilahkan para tamu hadirin untuk menikmati hidangan yang sudah disediakan.

Yesi Mo baru akan duduk, ketika dia melihat Mason Luo menghampirinya, dia menyeritkan dahi dan bertanya, "Ada apa? "

"Nyonya muda, aku baru saja mengamati dengan cermat, Felix Lu kemungkinan besar adalah tuan muda. "

"Oh? "Yesi Mo menatap Mason Luo dengan bingung, "Dari mana kamu tahu? "

"Saat dia mengangkat gelasnya, jari telunjuknya sesekali mengetuk pelan gelasnya, kebiasaan ini dimiliki oleh tuan muda. "Mason Luo menoleh melihat ke arah Felix Lu, "Kalau menghiraukan wajahnya, postur tubuh, suara, dan kebiasaannya, dia sungguh mirip dengan tuan muda, aku percaya dialah tuan muda. "

"Sekarang masih terlalu diniuntuk memutuskannya, sudahlah, jangan bahas hal ini lagi, mari kita makan dengan tenang. "

Novel Terkait

Wahai Hati

Wahai Hati

JavAlius
Balas Dendam
4 tahun yang lalu
My Secret Love

My Secret Love

Fang Fang
Romantis
5 tahun yang lalu
After The End

After The End

Selena Bee
Cerpen
5 tahun yang lalu
Back To You

Back To You

CC Lenny
CEO
4 tahun yang lalu
Istri Direktur Kemarilah

Istri Direktur Kemarilah

Helen
Romantis
4 tahun yang lalu
The Break-up Guru

The Break-up Guru

Jose
18+
4 tahun yang lalu
Cantik Terlihat Jelek

Cantik Terlihat Jelek

Sherin
Dikasihi
4 tahun yang lalu
Menunggumu Kembali

Menunggumu Kembali

Novan
Menantu
5 tahun yang lalu