Unlimited Love - Bab 151 Bagaimana Mungkin Ia Tega Mengkhianati Keluarga Ini? (2)
Selama ini, Yesi Mo selalu bersikap ramah dengan para bawahannya. Ia sama sekali tidak pernah memberikan raut dingin kepada mereka. Saat wajahnya seketika menjadi seperti ini, pengurus rumah Chen pun terkejut sampai merasa takut dan tidak berani banyak bicara lagi. Dengan diam ia menyuruh orang untuk menyiapkan mobil, takut tertimpa malapetaka.
Melihat mobil yang ditumpangi Yesi Mo meninggalkan vila kediaman keluarga Yan dan secepat kilat menghilang dari pandangannya, barulah pengurus rumah Chen dapat menghela napas lega. Ia segera mengeluarkan ponselnya dan menelepon Marson Luo.
Yesi Mo sama sekali tidak mengetahui soal ini. Sekarang, hal yang paling ingin ia lakukan hanyalah bertatapan muka dengan Stanley Yan dan bertanya sejelas-jelasnya.
Vila kediaman keluarga Luo sudah di depan mata, namun sebuah mobil Mercedes-Benz berwarna hitam menghentikan laju mobil yang ditumpangi Yesi Mo.
Amarah Yesi Mo pun sontak menggelegar. Ia baru saja membuka pintu mobil saat matanya melihat Marson Luo yang berlari tergopoh-gopoh turun dari mobil Mercedes-Benz itu.
“Bagaimana kamu bisa tahu aku ada disini?” Yesi Mo mengernyitkan alisnya.
“Aku dengar dari pengurus rumah Chen bahwa kamu terburu-buru pergi keluar dengan wajah pucat. Aku tahu kamu pasti datang ke kediaman keluarga Luo. Nyonya muda, tolong dengarkan bujukanku. Saat ini, kita tidak bisa bertindak sembarangan.”
“Kamu tidak perlu mengatakan apapun. Sekarang aku tidak ingin memikirkan apapun, aku hanya ingin dengar dari mulutnya sendiri bahwa ia tidak menginginkanku. Bahwa ia tidak menginginkan Didi lagi.”
“Apa maksudnya itu?” tanya Marson Luo bingung sambil mengernyitkan dahinya.
“Lihat sendiri.” Amarah Yesi Mo sudah berada di ubun-ubun. Ia langsung menyerahkan ponselnya pada Marson Luo.
Setelah melihatnya sekilas, Marson Luo tiba-tiba tertawa, “Nyonya muda, kurasa kamu terlalu sensitif.”
“Maksudmu, seharusnya aku tidak datang? Seharusnya aku tidak datang mencarinya dan bertanya dengan jelas di depan mukanya? Marson, sebenarnya kamu berdiri di pihakku atau di pihak Vivian? Sogokan apa yang ia berikan padamu!”
Kata-kata Yesi Mo ini sangat keras. Kalau hal ini dikatakan pada orang lain, pasti rasa malu yang awalnya mereka rasakan akan berubah menjadi amarah. Tapi, berbeda dengan Marson Luo. Bukan hanya tidak merasa marah, ia malah menertawai Yesi Mo. Masih lebih baik jika pria itu tidak tertawa. Semakin Marson Luo tertawa, amarah Yesi Mo semakin menjadi.
Saking marahnya, ia sampai memaki Marson Luo. Semakin memaki, suaranya semakin kencang. Semakin memaki, ia malah menjadi semakin beringas.
Untungnya saat ini mereka berada di dalam mobil yang memiliki kedap suara. Kalau sekarang mereka berada di pinggir jalan atau berada di suatu tempat umum, Yesi Mo pasti dianggap sebagai wanita gila oleh orang lain. Dianggap seperti binatang liar yang ganas.
Setelah Yesi Mo lelah memaki, barulah ia memelototi Marson Luo dan napasnya menderu tanpa henti.
“Nyonya muda, apa perasaanmu sudah terasa lebih baik? Mau minum air dulu sedikit baru melanjutkan?” Marson Luo tersenyum sambil menatap Yesi Mo dan bertanyai santai, kedua tangannya memegang segelas air dan menyodorkannya pada Yesi Mo.
Setelah selesai meluapkan segala amarahnya, barulah Yesi Mo perlahan menjadi lebih tenang. Sekarang, ia baru menyadari kalau tenggorokannya sangat kering seperti terkena radang. Ia mengambil segelas air yang disodorkan padanya dan meneguk beberapa teguk. Ia lalu menatap Marson Luo dan menundukkan kepalanya sedikit, “Maaf, Marson. Tidak seharusnya aku memakimu seperti itu barusan.”
“Nyonya muda, kamu tidak perlu meminta maaf padaku. Aku bisa mengerti perasaanmu. Kalau aku yang berada di posisimu, pasti aku akan lebih beringas dibandingkan dirimu.”
“Bagaimanapun juga, seharusnya aku berterima kasih padamu.”
“Kalau begitu... Sekarang kita boleh pulang, tidak? Aku memiliki sebuah rencana, kebetulan bisa mendiskusikannya denganmu.”
“Kita sudah datang, untuk apa pulang lagi?” Yesi Mo tersenyum sambil bertanya. Marson Luo pun langsung mengernyitkan alis, “Nyonya muda, kamu tidak mungkin bermaksud untuk tetap pergi ke kediaman keluarga Luo, bukan? Ini sama sekali tidak boleh. Kalau sampai ketahuan Vivian...”
“Tenang, aku sudah menghitungnya.”
Marson Luo menatap Yesi Mo sesaat. Melihat Yesi Mo yang sudah tenang, barulah ia memaksakan anggukan menyetujui.
“Baiklah kalau begitu. Tapi menurut perhitunganku, Vivian sepertinya tidak akan memperbolehkan kamu masuk. Sebelumnya aku juga pernah datang kesini beberapa kali. Setiap kali aku datang, aku selalu dihadang dan diusir pulang.”
“Ia tidak bisa menghalangiku.”
Vivian Luo memang tidak bisa menghalangi Yesi Mo, ia juga tidak memiliki akal untuk menghalanginya. Lagipula, maksud Yesi Mo datang ke kediaman keluarga Luo adalah untuk mencari Maxim Luo.
Saat ia melihat Maxim Luo di ruang tamu, pria itu baru saja selesai sarapan dan bersiap untuk pergi ke kantor. Saat ia melihat Yesi Mo, ia pun menjadi sangat ramah dan bersahabat. Maxim Luo mengundang Yesi Mo masuk untuk minum teh, serta mengobrol dan bertanya tentang maksud kedatangannya.
Yesi Mo tentu saja sudah bersiap dari awal. Ia beralasan bahwa ia baru saja kembali dari Amerika dan membawakan sedikit oleh-oleh khas Amerika. Ia juga mengada-ada tentang apa yang sudah berlalu.
Melihat Maxim Luo yang sesekali terus-menerus melihat jam tangannya, Yesi Mo pun tersenyum, “Kalau Presdir Luo terburu-buru, silakan pergi ke kantor. Tidak perlu menjamuku.”
“Bagaimana boleh seperti itu? Presdir Mo adalah tamu, bagaimana mungkin aku sebagai pemilik rumah malah menelantarkan tamuku begitu saja?”
Maxim Luo terus menggeleng, sedangkan Yesi Mo tertawa, “Presdir Luo terlalu sungkan. Sebenarnya maksud kedatanganku kali ini adalah pertama, aku ingin memberikanmu oleh-oleh khas Amerika. Kedua, aku datang untuk menjenguk Asisten Lu. Bagaimana pemulihan cidera kakinya? Apalagi ia adalah bawahanku, mana mungkin sebagai atasan aku tidak menanyakan kabarnya sama sekali? Kalau tidak bertanya, maka aku terlalu tidak berperasaan.”
Kata-kata Yesi Mo ini masuk akal dan Maxim Luo pun tidak berpikir banyak. Ia tersenyum dan berkata, “Tentu saja, tentu saja. Begini saja, aku akan menyuruh orang untuk mengantarkanmu keatas. Kalau begitu, aku tidak menemanimu. Ada rapat yang sangat penting di kantor pagi ini.”
Tatapan Yesi Mo mengantar Maxim Luo pergi keluar, barulah setelah itu ia mengikuti seorang pelayan wanita yang membawanya pergi ke kamar Stanley Yan yang ada di lantai atas.
Begitu sampai di lantai dua, yang menyapanya adalah wajah Vivian Luo.
“Presdir Mo, kenapa presdir datang kesini?”
Vivian Luo sedikit mengernyit, namun kemudian tersenyum.
“Aku baru saja kembali dari Amerika. Aku datang untuk memberikan Presdir Luo oleh-oleh khas Amerika, sekalian datang menjenguk Asisten Lu yang cidera untuk melihat apakah kondisinya sudah pulih atau belum.”
“Terima kasih atas perhatian Presdir Mo, Felix pulih dengan cukup baik.”
“Kalau begitu, aku akan pergi menjenguknya.”
Selesai bicara, Yesi Mo langsung mengarah ke kamar Stanley Yan. Ia tidak ingin Vivian Luo menjadi penghadangnya.
“Presdir Mo, Felix masih beristirahat. Lebih baik kita jangan mengganggunya. Aku akan memberitahunya mengenai kedatanganmu untuk menjenguknya.” Jelas terlihat bahwa Vivian Luo tidak ingin Yesi Mo menemui Stanley Yan.
Yesi Mo tersenyum dan menggeleng, “Nona Luo tenang saja. Aku hanya melihatnya sebentar, tidak akan membangunkannya.”
Di situasi normal, permintaan kecil seperti ini harusnya bisa dikabulkan. Tapi Vivian Luo tetap tidak setuju apapun yang terjadi. Ia terus mencari berbagai alasan untuk menolak Yesi Mo dan tidak mengijinkannya bertemu dengan Stanley Yan.
Setelah kedua orang itu berkelit sesaat, Yesi Mo pun akhirnya menyerah duluan. Ia mengangguk dan tersenyum, “Baiklah kalau begitu, aku tidak akan mengganggu Asisten Lu. Aku juga lelah setelah duduk di pesawat selama belasan jam, aku pamit dulu.”
Yesi Mo lalu membalikkan tubuhnya dan bermaksud untuk pergi. Ketika ia baru saja sampai di pertengahan tangga antara lantai satu dan lantai dua, Vivian Luo yang berdiri di lantai dua tiba-tiba memanggilnya dan menghentikan langkahnya.
“Presdir Mo, ada satu hal yang aku lupa beritahu padamu. Lusa malam aku dan Felix akan mengadakan perjamuan malam pernikahan kami di hotel bintang lima di kota R, kuharap kamu bisa menghadirinya. Aku sudah menyuruh orang untuk mengantar undangannya ke kantormu.”
Alis Yesi Mo mengernyit sesaat. Ia memejamkan mata dan menarik napas dalam tanpa menolehkan kepalanya, lalu berkata, “Baik, aku pasti akan tiba tepat waktu.”
Walaupun Yesi Mo tidak menoleh untuk melihat ekspresi Vivian Luo saat ini, namun ia masih dapat merasakan dengan jelas kecongkakkan wanita itu. Sambil menuruni anak tangga, Yesi Mo sambil mengeluarkan ponselnya dan mencoba menelepon ponsel Stanley Yan.
Saat sebelah kakinya baru saja menginjak lantai satu, Yesi Mo dapat mendengar jelas dering ponsel yang samar-samar berasal dari lantai dua. Dering ponsel itu hanya terdengar untuk beberapa detik sebelum berhenti dan di saat yang bersamaan, nada sambung di ponsel Yesi Mo pun terputus.
Yesi Mo memalingkan kepalanya dan menatap ke arah lantai dua. Matanya berkilat sekilas, ujung matanya menyiratkan ekspresi lega.
Ternyata, ponsel Stanley Yan ada di tangan Vivian Luo. Dengan begitu, artinya kata-kata yang terkirim di Wechat bukanlah hasil ketikan Stanley Yan sendiri.
Saat mobil Yesi Mo belum melaju pergi terlalu jauh, mobil Mercedes-Benz Marson Luo pun membuntuti.
Ia terus mengiringi mobil Yesi Mo sampai kembali ke kediaman keluarga Yan. Barulah setelah itu mobil Marson Luo memutar balik dan melaju pergi.
Setelah pergi ke kediaman keluarga Luo, suasana hati Yesi Mo menjadi jauh lebih baik. Setelah ia membasuh diri, ia langsung terlelap tidak lama setelah berbaring diatas kasur. Kali ini, Yesi Mo terlelap sampai keesokan paginya.
Yesi Mo yang terbangun karena lapar pun turun ke lantai bawah untuk sarapan sambil mengusap perutnya yang kelaparan. Saat itulah, ia melihat Marson Luo yang entah sejak kapan sudah duduk di sofa ruang tamu di lantai bawah. Ia sontak tersenyum dan bertanya, “Kapan datang?”
“Baru saja. Nyonya muda, kamu makan dulu saja. Tidak perlu mempedulikanku.”
Yesi Mo mengangguk dan memberikannya isyarat untuk menunggu sebentar. Ia lalu menyelesaikan sarapannya dengan kecepatan tercepatnya dan berjalan keluar dari ruang makan. Yesi Mo lalu memberi Marson Luo isyarat untuk mengikutinya ke ruang baca di lantai atas.
“Apakah ada masalah di kantor sampai kamu datang sepagi ini?”
Marson Luo menggeleng, “Perusahaan sangat baik, kamu tidak perlu khawatir. Aku kesini untuk berdiskusi perihal tuan muda denganmu.”
“Apa rencana bagusmu?” Yesi Mo menghela napas lega lalu duduk di kursi.
Marson Luo secara kasar mengutarakan rencananya. Sambil mengangguk, Yesi Mo sambil menimbang-nimbang tingkat keberhasilan rencana ini dalam hatinya.
Melihat Yesi Mo yang sedari tadi tidak bicara, Marson Luo pun bertanya dengan hati-hati, “Nyonya muda, apakah ada masalah dengan rencanaku?”
“Tidak ada, cukup baik.” Yesi Mo mengangguk padanya, “Kita lakukan berdasarkan rencanamu saja. Tapi masalah ini harus dilakukan dengan hati-hati, paling baik kalau tidak sampai ketahuan oleh orang lain.”
“Jangan khawatir, aku sudah memperhitungkan segala sesuatunya dengan baik. Tidak mungkin ada yang luput.”
Novel Terkait
Cinta Yang Tak Biasa
WennieAir Mata Cinta
Bella CiaoUnplanned Marriage
MargeryRahasia Istriku
MahardikaEverything i know about love
Shinta CharityMy Cold Wedding
MevitaDoctor Stranger
Kevin WongUnlimited Love×
- Bab 1 Pernikahan
- Bab 2 Dinikahi Orang Tolol Juga Bukan Hal yang Buruk
- Bab 3 Dia Telah Membohongi Semua Orang
- Bab 4 Merasakan Kelembutannya
- Bab 5 Teh Penghormatan Dari Menantu
- Bab 6 Tamu Tak Diundang
- Bab 7 Istri, Aku Datang Melindungimu!
- Bab 8 Dengan Kelembutanmu, Hangatkan Hatiku
- Bab 9 Apakah Karena Cinta?
- Bab 10 Pemilik Cheongsam Sesungguhnya
- Bab 11 Semua Penuh Jebakan
- Bab 12 Menjenguk Katty Yun
- Bab 13 Katty Yun Mengakui Kesalahan
- Bab 14 Aku Masih Belum Siap
- Bab 15 Karena Cinta
- Bab 16 Membawa Masalah Pada Diri Sendiri
- Bab 17 Sebenarnya Apa Itu Kebenaran?
- Bab 18 Kemarahan Stanley Yan
- Bab 19 Menghinanya Karena Dia Bodoh?
- Bab 20 Menerima Hukuman
- Bab 21 Apakah Aku Memaksamu?
- Bab 22 Gawat, Sungguh Memalukan
- Bab 23 Robin Xiao Datang Berkunjung
- Bab 24 Tidak Ada Rahasia Di Hadapannya
- Bab 25 Tidak Dapat Menghindarinya
- Bab 26 Dia Sudah Gila
- Bab 27 Siapapun Tidak Boleh Menyentuh Wanitaku!
- Bab 28 Supnya Bermasalah
- Bab 29 Untuk Apa Dia Datang?
- Bab 30 Stanley Yan, kamu itu koruptor!
- Bab 31 Temani Aku Semalam Maka Dianggap Selesai
- Bab 32 Permusuhan
- Bab 33 Aku Mencintainya Melebihi Segalanya
- Bab 34 Meninggalkan Rumah Keluarga Yan
- Bab 35 Tidak, Jangan Mendekat!
- Bab 36 Hati Yang Teramat Gelisah (1)
- Bab 36 Hati Yang Teramat Gelisah (2)
- Bab 37 Dia Pergi, Aku Juga Pergi! (1)
- Bab 37 Dia Pergi, Aku Juga Pergi! (2)
- Bab 38 Stanley Yang Cinta Mati Kepada Istrinya (1)
- Bab 38 Stanley Yang Cinta Mati Kepada Istrinya (2)
- Bab 39 Jangan Mencari Perhatian Istriku (1)
- Bab 39 Jangan Mencari Perhatian Istriku (2)
- Bab 40 Bertamu Ke Rumah Robin Xiao (1)
- Bab 40 Bertamu Ke Rumah Robin Xiao (2)
- Bab 41 Meraih Bintang Memberikannya Untukmu (1)
- Bab 41 Meraih Bintang Memberikannya Untukmu (2)
- Bab 42 Kamu Bisa-Bisanya Memperlakukanku Seperti Itu! (1)
- Bab 42 Kamu Bisa-Bisanya Memperlakukanku Seperti Itu! (2)
- Bab 43 Mereka Tinggal Bersama Sepanjang Malam (1)
- Bab 43 Mereka Tinggal Bersama Sepanjang Malam (2)
- Bab 44 Kecewa Pada Stanley Yan (1)
- Bab 44 Kecewa Pada Stanley Yan (2)
- Bab 45 Siapa Yang Istrimu? Lepaskan! (1)
- Bab 45 Siapa Yang Istrimu? Lepaskan! (2)
- Bab 46 Aku Tidak Punya Teman Seperti Kamu (1)
- Bab 46 Aku Tidak Punya Teman Seperti Kamu (2)
- Bab 47 Tidakkah Pria, Akan Tahu Jika Sudah Mencoba? (1)
- Bab 47 Tidakkah Pria, Akan Tahu Jika Sudah Mencoba? (2)
- Bab 48 Kemarahan (1)
- Bab 48 Kemarahan (2)
- Bab 49 Konflik Pecah (1)
- Bab 49 Konflik Pecah (2)
- Bab 49 Konflik Pecah (3)
- Bab 50 Suka? Ambil Saja Untukmu! (1)
- Bab 50 Suka? Ambil Saja Untukmu! (2)
- Bab 51 Buku Nikah (1)
- Bab 51 Buku Nikah (2)
- Bab 51 Buku Nikah (3)
- Bab 52 Menjadi seorang ayah! (1)
- Bab 52 Menjadi seorang ayah! (2)
- Bab 52 Menjadi seorang ayah! (3)
- Bab 53 Berada Dalam Berkah Tapi Tidak Merasa Berkah (1)
- Bab 53 Berada Dalam Berkah Tapi Tidak Merasa Berkah (2)
- Bab 53 Berada Dalam Berkah Tapi Tidak Merasa Berkah (3)
- Bab 54 Biarkan dia tidak pernah kembali (1)
- Bab 54 Biarkan dia tidak pernah kembali (2)
- Bab 55 Sakit Perut (1)
- Bab 55 Sakit Perut (2)
- Bab 55 Sakit Perut (3)
- Bab 56 Kepanikan Yang Berlebihan (1)
- Bab 56 Kepanikan Yang Berlebihan (2)
- Bab 57 Siapa Yang Melakukannya? (1)
- Bab 57 Siapa Yang Melakukannya? (2)
- Bab 57 Siapa Yang Melakukannya? (3)
- Bab 58 Rasa Yang Tidak Nyaman (1)
- Bab 58 Rasa Yang Tidak Nyaman (2)
- Bab 58 Rasa Yang Tidak Nyaman (3)
- Bab 59 Aku Tidak Ingin Melihatmu Lagi (1)
- Bab 59 Aku Tidak Ingin Melihatmu Lagi (2)
- Bab 59 Aku Tidak Ingin Melihatmu Lagi (3)
- Bab 60 Serangan Balik Stanley Yan (1)
- Bab 60 Serangan Balik Stanley Yan (2)
- Bab 60 Serangan Balik Stanley Yan (3)
- Bab 60 Serangan Balik Stanley Yan (4)
- Bab 61 Jangan Pernah Berpikir Untuk Meninggalkanku (1)
- Bab 61 Jangan Pernah Berpikir Untuk Meninggalkanku (2)
- Bab 62 Kesalahpahaman Harus Dikatakan Dengan Jelas (1)
- Bab 62 Kesalahpahaman Harus Dikatakan Dengan Jelas (2)
- Bab 63 Problema Diantara Suami Dan Istri (1)
- Bab 63 Problema Diantara Suami Dan Istri (2)
- Bab 64 Putriku? Lucu Sekali! (1)
- Bab 64 Putriku? Lucu Sekali! (2)
- Bab 65 Balasan Yang Pantas (1)
- Bab 65 Balasan Yang Pantas (2)
- Bab 66 Aku Akan Melahirkan (1)
- Bab 66 Aku Akan Melahirkan (2)
- Bab 67 Seorang Tuan Muda Kecil (1)
- Bab 67 Seorang Tuan Muda Kecil (2)
- Bab 68 Bibit Siapa Sebenarnya (1)
- Bab 68 Bibit Siapa Sebenarnya (2)
- Bab 69 Menjadi Abu (1)
- Bab 69 Menjadi Abu (2)
- Bab 70 Tinggalkan Dia (1)
- Bab 70 Tinggalkan Dia (2)
- Bab 71 Bisa Percaya pada Siapa lagi? (1)
- Bab 71 Bisa Percaya pada Siapa lagi? (2)
- Bab 71 Bisa Percaya pada Siapa lagi? (3)
- Bab 72 Kakak, Ibu (1)
- Bab 72 Kakak, Ibu (2)
- Bab 72 Kakak, Ibu (3)
- Bab 73 Ibu, Untukmu (1)
- Bab 73 Ibu, Untukmu (2)
- Bab 74 Menjadi Ibu Untuknya (1)
- Bab 74 Menjadi Ibu Untuknya (2)
- Bab 74 Menjadi Ibu Untuknya (3)
- Bab 75 Cappuccino? Apakah Ini Kebetulan? (1)
- Bab 75 Cappuccino? Apakah Ini Kebetulan? (2)
- Bab 76 Apa Ini Juga Sebuah Kebetulan? (1)
- Bab 76 Apa Ini Juga Sebuah Kebetulan? (2)
- Bab 77 Istriku Benarkah Ini Dirimu? (1)
- Bab 77 Istriku Benarkah Ini Dirimu? (2)
- Bab 78 Kamu Adalah Duniaku (1)
- Bab 78 Kamu Adalah Duniaku (2)
- Bab 79 Stanley Yan Datang Berkunjung (1)
- Bab 79 Stanley Yan Datang Berkunjung (2)
- Bab 80 Dia Seakan Telah Kembali! (1)
- Bab 80 Dia Seakan Telah Kembali! (2)
- Bab 81 Tanda Lahir (1)
- Bab 81 Tanda Lahir (2)
- Bab 82 Apa Yang Akan Kamu Lakukan Padanya? (1)
- Bab 82 Apa Yang Akan Kamu Lakukan Padanya? (2)
- Bab 83 Kebencian Tak Beralasan (1)
- Bab 83 Kebencian Tak Beralasan (2)
- Bab 84 Teman Lama Yang Saling Bertemu Namun Tidak Saling Mengenal (1)
- Bab 84 Teman Lama Yang Saling Bertemu Namun Tidak Saling Mengenal (2)
- Bab 85 Mengkhawatirkannya (1)
- Bab 85 Mengkhawatirkannya (2)
- Bab 86 Mengikuti Permainannya (1)
- Bab 86 Mengikuti Permainannya (2)
- Bab 87 Yesi Mo Adalah Angie Qin, Kalau Begitu Siapa Dia? (1)
- Bab 87 Yesi Mo Adalah Angie Qin, Kalau Begitu Siapa Dia? (2)
- Bab 88 Dia Tidak Memiliki Masa Lalu (1)
- Bab 88 Dia Tidak Memiliki Masa Lalu (2)
- Bab 89 Rahasia Mereka (1)
- Bab 89 Rahasia Mereka (2)
- Bab 90 Yesi Mo, Kamulah Angie Qin Yang Sebenarnya (1)
- Bab 90 Yesi Mo, Kamulah Angie Qin Yang Sebenarnya (2)
- Bab 91 Di Saat Terdesak, Ingatan Masa Lalu Hidup Kembali! (1)
- Bab 91 Di Saat Terdesak, Ingatan Masa Lalu Hidup Kembali! (1)
- Bab 92 Aku Tidak Setuju (1)
- Bab 92 Aku Tidak Setuju (2)
- Bab 93 Menikah Denganku, Dia akan Kulepaskan (1)
- Bab 93 Menikah Denganku, Dia akan Kulepaskan (2)
- Bab 94 Undangan Pernikahan (1)
- Bab 94 Undangan Pernikahan (2)
- Bab 95 Sudah Terlambat untuk Menyesalinya (1)
- Bab 95 Sudah Terlambat untuk Menyesalinya (2)
- Bab 96 Selalu Akan Ada Pertemuan Kembali Setelah Perpisahan (1)
- Bab 96 Selalu Akan Ada Pertemuan Kembali Setelah Perpisahan (2)
- Bab 97 Nenek Luar Kakek Luar Bukan Orang Lain (1)
- Bab 97 Nenek Luar Kakek Luar Bukan Orang Lain (2)
- Bab 98 Susah Dikatakan (1)
- Bab 98 Susah Dikatakan (2)
- Bab 99 Istri, Aku Yang Dibohongimu Sangat Menderita (1)
- Bab 99 Istri, Aku Yang Dibohongimu Sangat Menderita (2)
- Bab 100 Rico Mu, Kamu Pantas Mati (1)
- Bab 100 Rico Mu, Kamu Pantas Mati (2)
- Bab 101 Pertukaran Identitas, Mengorbankan Diri Untuk Orang Lain (1)
- Bab 101 Pertukaran Identitas, Mengorbankan Diri Untuk Orang Lain (2)
- Bab 102 Satu Keluarga Berkumpul (1)
- Bab 102 Satu Keluarga Berkumpul (2)
- Bab 103 Rico Mu Datang Mencari (1)
- Bab 103 Rico Mu Datang Mencari (2)
- Bab 104 Kesempatan Yang Diambil Sia-sia (1)
- Bab 104 Kesempatan Yang Diambil Sia-sia (2)
- Bab 105 Dijebak (1)
- Bab 105 Dijebak (2)
- Bab 106 Terbongkar (1)
- Bab 106 Terbongkar (2)
- Bab 107 Pertarungan Dua Wanita (1)
- Bab 107 Pertarungan Dua Wanita (2)
- Bab 108 Undangan Dengan Niat Buruk (1)
- Bab 108 Undangan Dengan Niat Buruk (2)
- Bab 109 Yang Lebih Peduli, Lebih Menderita (1)
- Bab 109 Yang Lebih Peduli, Lebih Menderita (2)
- Bab 110 Dia Bisa Menyerah? (1)
- Bab 110 Dia Bisa Menyerah? (2)
- Bab 111 Tidak Bisa Tersingkir (1)
- Bab 111 Tidak Bisa Tersingkir (2)
- Bab 112 Cengkeraman Dia (1)
- Bab 112 Cengkeraman Dia (2)
- Bab 113 Kamu Barang Palsu Ini (1)
- Bab 113 Kamu Barang Palsu Ini (2)
- Bab 114 Siapa yang Mengancam Siapa? (1)
- Bab 114 Siapa yang Mengancam Siapa? (2)
- Bab 115 Selesai Sudah (1)
- Bab 115 Selesai Sudah (2)
- Bab 116 Berita Kematian (1)
- Bab 116 Berita Kematian (2)
- Bab 117 Kebetulan? Siapa Percaya (1)
- Bab 117 Kebetulan? Siapa Percaya (2)
- Bab 118 Tunggu Sebentar (1)
- Bab 118 Tunggu Sebentar (2)
- Bab 119 Salah Sendiri (1)
- Bab 119 Salah Sendiri (2)
- Bab 120 Tidak Ada Hal Buruk yang Terjadi sejak Perpisahan (1)
- Bab 120 Tidak Ada Hal Buruk yang Terjadi sejak Perpisahan (2)
- Bab 121 Pendatang Yang Buruk (1)
- Bab 121 Pendatang Yang Buruk (2)
- Bab 122 Ini Hanya Permulaan (1)
- Bab 122 Ini Hanya Permulaan (2)
- Bab 122 Ini Hanya Permulaan (3)
- Bab 123 Memikat Musuh Keluar Dari Markas (1)
- Bab 123 Memikat Musuh Keluar Dari Markas (2)
- Bab 123 Memikat Musuh Keluar Dari Markas (3)
- Bab 124 Bencana Stanley Yan (1)
- Bab 124 Bencana Stanley Yan (2)
- Bab 124 Bencana Stanley Yan (3)
- Bab 125 Keputusan Yesi Mo (1)
- Bab 125 Keputusan Yesi Mo (2)
- Bab 125 Keputusan Yesi Mo (3)
- Bab 126 Tertangkap Basah (1)
- Bab 126 Tertangkap Basah (2)
- Bab 126 Tertangkap Basah (3)
- Bab 127 Kenyataan sangat Kejam (1)
- Bab 127 Kenyataan sangat Kejam (1)
- Bab 127 Kenyataan sangat Kejam (3)
- Bab 128 Kebaikan yang Tak Terlupakan (1)
- Bab 128 Kebaikan yang Tak Terlupakan (2)
- Bab 128 Kebaikan yang Tak Terlupakan (3)
- Bab 129 Roh Gentayangan di Kolam (1)
- Bab 129 Roh Gentayangan di Kolam (2)
- Bab 129 Roh Gentayangan di Kolam (3)
- Bab 130 Melewati Batas (1)
- Bab 130 Melewati Batas (2)
- Bab 130 Melewati Batas (3)
- Bab 131 Membalas Peach Dengan Plum (1)
- Bab 131 Membalas Peach Dengan Plum (2)
- Bab 131 Membalas Peach Dengan Plum (3)
- Bab 132 Orang Yang Terdesak Akan Melakukan Apapun (1)
- Bab 132 Orang Yang Terdesak Akan Melakukan Apapun (2)
- Bab 132 Orang Yang Terdesak Akan Melakukan Apapun (3)
- Bab 133 Setiap Rencana Jahat (1)
- Bab 133 Setiap Rencana Jahat (2)
- Bab 134 Menginginkan Uang Dan Lebih Menginginkan Nyawa (1)
- Bab 134 Menginginkan Uang Dan Lebih Menginginkan Nyawa (2)
- Bab 134 Menginginkan Uang Dan Lebih Menginginkan Nyawa (3)
- Bab 135 Harga Sebuah Keserakahan (1)
- Bab 135 Harga Sebuah Keserakahan (2)
- Bab 135 Harga Sebuah Keserakahan (3)
- Bab 136 Benar, Memang Sedang Mempermainkannya (1)
- Bab 136 Benar, Memang Sedang Mempermainkannya (2)
- Bab 136 Benar, Memang Sedang Mempermainkannya (3)
- Bab 137 Sebuah Tamparan Untuknya (1)
- Bab 137 Sebuah Tamparan Untuknya (2)
- Bab 137 Sebuah Tamparan Untuknya (3)
- Bab 138 Kabar dari Stanley Yan (1)
- Bab 138 Kabar dari Stanley Yan (2)
- Bab 138 Kabar dari Stanley Yan (3)
- Bab 139 Dia Ternyata sudah melamarnya (1)
- Bab 139 Dia Ternyata sudah melamarnya (2)
- Bab 139 Dia Ternyata sudah melamarnya (3)
- Bab 140 Berubah Pikiran (1)
- Bab 140 Berubah Pikiran (2)
- Bab 140 Berubah Pikiran (3)
- Bab 141 Itu Adalah Dia! (1)
- Bab 141 Itu Adalah Dia! (1)
- Bab 141 Itu Adalah Dia! (3)
- Bab 142 Tidak Peduli Akan Apapun Juga Untuk Melindunginya (1)
- Bab 142 Tidak Peduli Akan Apapun Juga Untuk Melindunginya (2)
- Bab 142 Tidak Peduli Akan Apapun Juga Untuk Melindunginya (3)
- Bab 143 Tidak Sabar (1)
- Bab 143 Tidak Sabar (2)
- Bab 143 Tidak Sabar (3)
- Bab 144 Tidak Bisa Menghindar dari Musuh (1)
- Bab 144 Tidak Bisa Menghindar dari Musuh (2)
- Bab 145 Di Bawah Atap yang Sama (1)
- Bab 145 Di Bawah Atap yang Sama (2)
- Bab 145 Di Bawah Atap yang Sama (3)
- Bab 146 Stanley Miliknya (1)
- Bab 146 Stanley Miliknya (2)
- Bab 146 Stanley Miliknya (3)
- Bab 147 Membicarakan Tentang Felix (1)
- Bab 147 Membicarakan Tentang Felix (2)
- Bab 147 Membicarakan Tentang Felix (3)
- Bab 148 Retribusi (1)
- Bab 148 Retribusi (2)
- Bab 148 Retribusi (3)
- Bab 149 Kejam (1)
- Bab 149 Kejam (2)
- Bab 149 Kejam (3)
- Bab 150 Menikah! Mana Mungkin? (1)
- Bab 150 Menikah! Mana Mungkin? (2)
- Bab 150 Menikah! Mana Mungkin? (3)
- Bab 151 Bagaimana Mungkin Ia Tega Mengkhianati Keluarga Ini? (1)
- Bab 151 Bagaimana Mungkin Ia Tega Mengkhianati Keluarga Ini? (2)
- Bab 151 Bagaimana Mungkin Ia Tega Mengkhianati Keluarga Ini? (3)
- Bab 152 Siapa Yang Bisa Memahami Rasa Sakitnya? (1)
- Bab 152 Siapa Yang Bisa Memahami Rasa Sakitnya? (2)
- Bab 152 Siapa Yang Bisa Memahami Rasa Sakitnya? (3)
- Bab 153 Semua Lancar (1)
- Bab 153 Semua Lancar (2)
- Bab 153 Semua Lancar (3)
- Bab 154 Gali Lubang, Tutup Lubang (1)
- Bab 154 Gali Lubang, Tutup Lubang (2)
- Bab 154 Gali Lubang, Tutup Lubang (3)
- Bab 155 Jebakan Andrew Ling (1)
- Bab 155 Jebakan Andrew Ling (2)
- Bab 155 Jebakan Andrew Ling (3)
- Bab 156 Ia Pernah Menyelamatkanku (1)
- Bab 156 Ia Pernah Menyelamatkanku (2)
- Bab 157 Melindunginya (1)
- Bab 157 Melindunginya (2)
- Bab 158 Berkah Setelah Kemalangan Untuk Stanley Yan (1)
- Bab 158 Berkah Setelah Kemalangan Untuk Stanley Yan (2)
- Bab 159 Tunggu Aku Kembali (1)
- Bab 159 Tunggu Aku Kembali (2)
- Bab 160 Di Luar Kendali (1)
- Bab 160 Di Luar Kendali (2)
- Bab 161 Percakapan Intim Semalam, Hanya Sekejap Saja
- Bab 162 Percakapan Intim Semalam, Hanya Sekejap Saja (2)
- Bab 163 Ada Aku di Sini/ Percakapan Intim Semalam, Hanya Sekejap Saja (2)
- Bab 164 Percakapan Intim Semalam, Hanya Sekejap Saja (3)
- Bab 165 Percakapan Intim Semalam, Hanya Sekejap Saja
- Bab 166 Rencana yang Telah Gagal
- Bab 167 Jangan Tinggalkan Aku/ Ucapan Cinta Semalam Berubah Menjadi Akhir Dunia
- Bab 168 Pengurus Rumah
- Bab 169 Bebas
- Bab 170 Mengapa Mereka Juga Datang?
- Bab 171 Ia Selalu Disini
- Bab 172 Kamu Tidak Bisa Membohongiku
- Bab 173 Apa Aku Melakukan Kesalahan?
- Bab 174 Kesalahan Yang Jelas
- Bab 175 Tunggu Aku
- Bab 176 Akhir Yang Luar Biasa (Awal)
- Bab 177 Akhir Yang Luar Biasa (Tengah)
- Bab 178 Akhir Yang Luar Biasa (Akhir)