Unlimited Love - Bab 171 Ia Selalu Disini

Begitu Didi melihat Yesi Mo berjalan menghampiri, ia langsung menyentakkan tangannya yang sedang digandeng Katty Yun dan dengan tidak sabar terbang berlari menghampiri ibunya.

“Ibu!”

Yesi Mo sontak berlutut untuk merengkuh Didi masuk ke dalam pelukannya, ia sampai harus berputar di tempat untuk menahan tubrukan yang terjadi.

Melihat Didi yang terlihat begitu membutuhkannya dan sekarang berada dalam pelukannya, kesedihan yang tertumpuk karena kematian Stanley Yan dalam hati Yesi Mo pun dengan segera menghilang.

Ibu dan anak itu sudah lama tidak bertemu, jadi tentu saja ada banyak sekali hal yang ingin mereka bicarakan. Tapi karena sekarang situasinya tidak tepat, Yesi Mo pun hanya berujar singkat pada Didi dan menurunkannya kembali. Ia lalu menggandeng tangannya dan berjalan menghampiri Robin Xiao yang menunggu mereka.

Setelah menyapa singkat Robin Xiao dan Katty Yun, Sara Xue pun menarik Rendy Mu mendekat.

“Sisi, sudah lama tidak bertemu. Bagaimana kabarmu akhir-akhir ini?”

Sara Xue berdiri di hadapan Yesi Mo dan bertanya sambil tersenyum.

“Lumayan baik. Bagaimana denganmu?”

“Kabarku juga baik.” Sara Xue tersenyum dan menarik tangan Yesi Mo, lalu bertanya, “Kali ini, berapa lama rencananya kamu akan tinggal disini?”

“Entahlah, tergantung situasi dan kondisi.”

Yesi Mo menarik tangannya secara spontan dan berujar sesantai mungkin.

Senyum Sara Xue membeku sesaat, sebelum kembali tersungging lebar dan cerah seolah-olah ia tidak mempedulikan apa yang baru saja terjadi.

“Nona Mo, kita bertemu lagi.”

Dibandingkan dengan Sara Xue yang bertindak secara impulsif, perilaku Rendy Mu justru lebih kaku. Ia hanya mengangguk pada Yesi Mo lalu menyapanya singkat, kemudian kembali bergeser ke samping.

Melihat sikapnya, Yesi Mo pun bertanya-tanya dalam hati.

Sepertinya pria itu tidak memiliki ketertarikan apapun terhadapnya, apakah dugaannya sebelumnya keliru?

Tepat saat ragu menyerang Yesi Mo, matanya menangkap kerlingan kagum yang dalam di balik tatapan Rendy Mu padanya. Ini membuat hatinya yang semula goyah pun kembali yakin.

Sepertinya dugaannya tidak salah, hanya saja Rendy Mu terlalu pintar menyembunyikannya.

Kalau tidak memperhatikannya dengan betul, maka gairah dibalik kesopanan pria itu sama sekali tidak akan terlihat.

Kedatangan Yesi Mo ke negara M disambut meriah oleh teman-temannya. Robin Xiao dan Katty Yun memesan sebuah restoran terbaik dan istimewa untuk menjamu Yesi Mo.

Tentu saja Sara Xue dan Rendy Mu juga ikut diundang.

Terlepas dari kondisi yang sebenarnya terjadi pada beberapa orang di balik layar, namun mereka semua tampak sangat harmonis dari luar.

Ditambah dengan kehadiran dua anak kecil, yakni Didi dan Tony, suasana makan malam itu pun sangat hidup.

Sedari awal sampai akhir, perhatian semua orang tertuju pada kedua anak itu. Yesi Mo sebagai tokoh utama pun tidak diacuhkan.

Yesi Mo sama sekali tidak menyangka ini akan terjadi, namun sebaliknya ia merasa senang.

Karena tidak ada yang memperhatikannya, Yesi Mo pun dapat dengan mudah mengamati Sara Xue dan Rendy Mu secara diam-diam.

Tapi yang membuatnya merasa kecewa adalah karena selama dua jam lebih menyantap makan bersama, pada akhirnya ia tetap tidak menemukan apapun yang mencurigakan dari Sara Xue dan Rendy Mu.

Sara Xue bersikap seolah-olah tidak pernah ada apapun yang terjadi, ia menikmati perjamuan makan dan minumnya. Rendy Mu awalnya bersikap hati-hati, namun seiring dengan acara makan yang berlanjut, ia pun menjadi lebih santai. Ia berulang kali bersulang dengan Robin Xiao, matanya sangat jarang melirik Yesi Mo kecuali saat mereka berdua bersulang.

Kalau bukan karena Yesi Mo menangkap kekagumannya yang terpendam dalam pandangannya saat di bandara tadi, ia pasti sudah berpikir otaknya tidak waras karena bisa-bisanya mencurigai Rendy Mu. Ia adalah seorang pria yang sopan dan tahu adat, ia mencintai segala sesuatu di sekitar Sara Xue termasuk dirinya karena ia adalah sahabat wanita itu.

Ketika makan malam usai, hari sudah sangat larut.

Setelah semua orang keluar dari hotel dan Yesi Mo berjanji pada Sara Xue untuk berjalan-jalan bersama keesokan harinya, ia dan Robin Xiao pun mengantarkan Sara Xue dan Rendy Mu ke mobil mereka. Kemudian, mereka kembali ke mansion keluarga Mo di pinggiran Washington.

Awalnya Robin Xiao dan Katty Yun bermaksud untuk membawa Tony pulang ke apartemen mereka, namun siapa sangka ternyata ia dan Didi tidak mau saling berpisah. Yesi Mo juga ingin bertanya pada Robin Xiao tentang suatu hal, sehingga ia membujuk mereka untuk tinggal bersamanya.

Setelah berhasil membujuk Didi untuk tidur, waktu sudah menunjukkan lewat tengah malam. Entah kenapa Yesi Mo tidak bisa tidur, jadi ia mengenakan sandal tidurnya dan membuka pintu untuk turun ke lantai bawah. Ia lalu duduk diatas sofa ruang tamu.

Sambil menyesap cappuccino yang dibuatkan oleh pelayan, benak Yesi Mo pun mengingat kembali segala jejak waktu yang ia lewati bersama Stanley Yan di mansion ini.

Perlahan, suasana hati Yesi Mo pun mengelam. Entah kapan kakinya melepaskan sandalnya lalu tertekuk diatas sofa, sekujur tubuhnya bergelung diatas sofa.

Cappuccino panas yang diletakkan diatas meja ruang tamu sudah tidak lagi panas, namun Yesi Mo tetap tidak bergerak sedikitpun.

Jam besar di pojok ruang tamu tiba-tiba berdentang sebanyak tiga kali, mengingatkan Yesi Mo betapa larutnya sekarang.

Suara dentang di tengah malam itu menarik Yesi Mo kembali dari nostalgianya, ia mengangkat kepalanya dan menatap ke arah jam besar. Seulas senyum pedih tersungging dan Yesi Mo kembali mengenakan sandalnya, perlahan menapaki anak tangga satu persatu untuk kembali ke kamarnya di lantai atas.

Saat melewati kamar tamu yang ditinggali oleh Robin Xiao sekeluarga, Yesi Mo samar-samar mendengar suara dari dalam kamar itu dan secara tidak sadar menghentikan langkahnya. Detik berikutnya, pintu kamar itu terbuka dan Robin Xiao yang sedang memegang cangkir teh melangkah keluar. Begitu melihat Yesi Mo di depan pintu kamar, ia pun mengernyitkan alisnya.

“ “Kamu... Kenapa belum tidur saat sudah selarut ini?”

“Tidak bisa tidur. Selamat malam.” Setelah tercenung sesaat, Yesi Mo akhirnya mengulas senyum singkat dan hendak berjalan pergi.

“Apa kamu masih merindukan kakak sepupu?”

Kata-kata Robin Xiao yang dipenuhi keraguan terdengar dari belakang Yesi Mo. Yesi Mo sangat ingin menyangkalnya, sangat ingin terlihat tegar di hadapan Robin Xiao. Tapi ia menyadari bahwa ia sama sekali tidak mampu melakukan itu.

Melihat Yesi Mo yang berdiri mematung di bawah temerang redup lampu dengan punggungnya yang terlihat sangat kurus, lemah dan tidak berdaya, hati Robin Xiao pun menjadi sangat pedih.

“Kalau ia bisa berbicara dari dunia kematian, ia pasti tidak ingin melihat kondisimu yang seperti sekarang.”

Yesi Mo perlahan membalikkan tubuhnya, sepercik harapan menyinari matanya yang tidak bersemangat dan sebuah pertanyaan meluncur dari bibirnya yang terkatup rapat.

“Robin, menurutmu... Apa di dunia ini benar-benar ada arwah? Benar-benar ada dunia kematian?”

“Ada.”

Robin Xiao adalah seorang ateis, tapi saat ini, ia harus bisa meyakinkan Yesi Mo meskipun itu melawan kehendak hatinya.

Ia tidak bisa hanya berpangku tangan saja dan diam saat melihat Yesi Mo yang setiap harinya bertambah depresi. Ia tidak bisa membiarkan kematian Stanley Yan semakin melukai Yesi Mo.

Walaupun sekarang Yesi Mo adalah istri kakak sepupunya dan janda Stanley Yan, namun ia dulu pernah mencintai wanita itu dengan dalam.

“Sungguh? Kamu tidak sedang membohongiku?”

“Bagaimana mungkin aku bisa membohongimu untuk hal semacam ini? Bahkan untuk pertanyaanmu barusan, sebenarnya para ilmuwan sudah memastikan bahwa arwah itu ada. Kalau untuk keberadaan dunia kematian, mungkin saja memang ada. Hanya saja, tentu tangan-tangan dari dunia itu tidak akan terjulur sampai ke negara M.”

Demi membangkitkan kembali suasana hati Yesi Mo, Robin Xiao bahkan sampai melucu walaupun ia jarang melakukannya.

“Ya. Aku juga percaya begitu.”

Entah karena suasana mansion yang sangat hening atau karena malam yang sudah begitu larut saat bumi diselimuti kegelapan, yang jelas ini adalah waktu paling sibuk di dunia lain sana. Yesi Mo tiba-tiba tersenyum, “Aku bisa merasakan sosok Stanley di sisiku, ia sama sekali tidak pernah pergi.”

Mendengar itu, Robin Xiao pun mengernyitkan alisnya. Tapi karena ia tidak bisa menyangkalnya, ia akhirnya hanya balas tersenyum tidak berdaya, “Baguslah kalau kamu berpikir begitu.”

“Kamu tidak percaya?” Yesi Mo dapat merasakan keraguan Robin Xiao dan rautnya menjadi sedikit bersemangat, “Robin, Stanley selalu berada di sisiku. Bahkan saat aku berada di pusat penahanan sebelumnya, aku bisa dengan jelas merasakan kehadirannya. Bahkan aku samar-samar bisa mendengar suara langkahnya.”

Semakin berujar, kata-kata Yesi Mo terdengar semakin berhalusinasi. Robin Xiao hanya bisa mengikuti alur kata-katanya. Namun benaknya diam-diam mulai mempertanyakan kondisi mental Yesi Mo.

Beberapa saat kemudian, percakapan kedua orang itu pun berakhir dan mereka kembali masuk ke dalam kamar masing-masing. Begitu pintu ditutup, keheningan kembali menyelimuti seisi mansion.

Stanley Yan melangkah keluar dari sebuah pojok gelap di lantai bawah dan menatap pintu kamar Yesi Mo yang tertutup, lalu bergumam, “Istriku, apa yang kamu katakan itu betul. Aku selalu berada di sisimu.”

Novel Terkait

Don't say goodbye

Don't say goodbye

Dessy Putri
Percintaan
5 tahun yang lalu
This Isn't Love

This Isn't Love

Yuyu
Romantis
4 tahun yang lalu
My Goddes

My Goddes

Riski saputro
Perkotaan
4 tahun yang lalu
Nikah Tanpa Cinta

Nikah Tanpa Cinta

Laura Wang
Romantis
4 tahun yang lalu
Wanita Yang Terbaik

Wanita Yang Terbaik

Tudi Sakti
Perkotaan
4 tahun yang lalu
Excellent Love

Excellent Love

RYE
CEO
4 tahun yang lalu
Cinta Seorang CEO Arogan

Cinta Seorang CEO Arogan

Medelline
CEO
4 tahun yang lalu
Beautiful Lady

Beautiful Lady

Elsa
Percintaan
4 tahun yang lalu