Unlimited Love - Bab 67 Seorang Tuan Muda Kecil (1)

Stanley Yan menggendong Angie Qin dengan panik sambil berlari keluar, sambil berteriak memanggil orang untuk menyiapkan mobil pergi ke rumah sakit.

Sepanjang perjalanan perut Angie Qin semakin sakit, dirinya juga semakin tegang, mencnegkram tangan Stanley Yan dengan kuat dan keningnya penuh dengan keringat dingin.

Stanley Yan yang melihatnya seperti ini, hatinya terasa sangat sakit, namun satu-satunya yang bisa dia lakukan sekarang hanya menenagkan Angie Qin, membuatnya tidak terlalu merasa tegang, dan takut.

Di perjalanan Marson sudah menghubungi pihak rumah sakit, saat mobil berhenti para dokter dan suster langsung menghampiri mereka.

Melakukan pemeriksaan sejenak, dokter menyuruh orang untuk membawa Angie Qin memasuki ruang bersalin, Stanley Yan ingin ikut masuk ke dalam namun dihentikan oleh dokter.

Hanya bisa menunggu di depan ruang bersalin dengan khawatir, tidak lama kemudian terdengar suara teriakan Angie Qin yang memekakkan telinga, membuat hati Stanley Yan semakin kacau, hampir kehilangan akal sehatnya.

Nenek Yan tiba dengan cepat, sekitar setengah jam setelah Angie Qin dibawa masuk ke dalam ruang bersalin, Nenek Yan telah muncul di depan ruang bersalin.

Melihat Stanley Yan yang berjalan mondar-mandir dengan tidak tenang, Nenek Yan berjalan menghampiri menariknya dan berucap menenangkan, “Stanley, jangan khawtair, Angie dan anak kalian akan baik-baik saja!”

Stanley Yan menganggukkan kepalanya, tidak berucap apapun, iris matanya yang dalam terus menatap pintu ruang bersalin, telinganya terus mendengar suara teriakan Angie Qin yang tidak berhenti, kepalan tangan Stanley Yan juga semakin mengerat, hingga buku-buku jarinya memutih, dia juga tidak merasakan apapun, dalam pandangannya, dalam hatinya, sekarang hanya ada teriakan kesakitan Angie Qin di dalam ruang bersalin, hanya ada sebuah nyawa yang ada di dalam perut Angie Qin yang akan hadir di dunia ini.

Nenek Yan yang melihatnya seperti ini tahu jika dia telah gagal menenangkan Stanley Yan, namun dia tidak mempermasalahkannya, menggelengkan kepalanya berjalan ke bangku yang ada di lorong.

Sebagai orang yang berpengalaman. Dia sangat tahu dengan jelas melahirkan anak bukanlah hal yang sebentar, tidak boleh merasa panik, membutuhkan kesabaran yang cukup, dan juga membutuhkan kesadaran yang kuat.

Kesadaran Stanley Yan sangat kuat, hampir tidak pernah panik saat menghadapi masalah apapun, namun asalkan berhubungan dengan Angie Qin, dia seperti berubah menjadi orang lain, berbagai ekspresi yang biasanya sulit untuk terlihat maka semuanya akan terlihat di wajahnya.

Melihat Stanley Yan yang semakin mengeratkan kepalan tangannya. Bahkan Nenek Yan berpikir, jika Angie Qin terus berteriak seperti ini, mungkin Stanley Yan akan menerobos ke dalam tanpa memeperdulikan apapun, Nenek Yan menolehkan kepalanya menatap pengurus rumah sejenak.

“Nyonya besar, apa kamu ada suatu perintah?” pengurus rumah mendekat bertanya dengan pelan.

“Panggil beberapa orang untuk mengawasi Tuan muda, jangan biarkan bertindak bodoh!”

Selesai berucap tatapan Nyonya Yan jatuh pada pintu ruang bersalin, raut wajahnya sedikit tegang namun lebih dominan dengan harapan yang besar.

Saat Bibi Liu datang, jarak dari Angie Qin memasuki ruang bersalin sudah lewat dari setengah jam. Suara teriakan Angie Qin semakin melemah, seperti sudah berusaha sekuat tenaga, namun suara tangisan sang anak masih belum terdengar, Nenek Yan mengerutkan alisnya, tiba-tiba dia merasa sedikit tidak tenang.

“Nyonya besar, apa Nyonya muda belum melahirkan?” Bibi Liy menatap pintu ruang bersalin dengan khawatir dan bertanya dengan pelan.

“Hmm, sepertinya harus melakukan operasi sesar!” Nenek Yan menganggukkan kepalanya, berucap pelan. Entah apa dia berucap pada Bibi Liu atau berucap pada kepanikannya, pada Stanley Yan yang hampir kehabisan kesabarannya.

Baru saja selesai berucap, pintu ruang bersalin terbuka, muncul seorang suster berucap, “Siapa keluarganya?”

“Aku, aku suaminya!” Staney Yan langsung menghampirinya, bertanya dengan tegang, “Bagaimana keadaan istriku sekarang, kenapa anakku sampai sekarang belum lahir?”

“Situasinya cukup baik, kamu tidak perlu tertalu khawatir! Oh iya, ini surat persetujuan untuk operasi sesar, kamu lihat dengan teliti lebih dulu kemudian tanda tangani!” suster tersenyum sejenak kemudian menyerahkan sebuah kertas pada Stanley Yan.

Stanley Yan tidak menerimanya, alisnya berkerut dalam, “Kenapa harus operasi sesar? Apa tidak bisa melahirkan normal?”

“Sekarang ini sepertinya sedikit sulit, namun kamu tenang saja, kami akan berusaha untuk melahirkan normal, maka dari itu memintamu untuk menandatangani ini untuk berjaga-jaga jika terjadi hal yang tidak diinginkan.” sang suster kembali menjelaskan, “Bagaimanapun disaat seperti itu, waktu adalah nyawa! Aku percaya kamu juga tidak ingin terjadi hal yang tidak diinginkankan?”

Stanley Yan tentu saja tidak ingin terjadi hal apapun yang buruk, Angie Qin dan anaknya yang berada di dalam perut bagi Stanley Yan sangat penting, mereka adalah hidupnya, jika kehilangan salah satu dari mereka, dia tidak akan bisa menerimanya.

Membawa surat persetujuan operasi sesar yang ditandatangani Stanley Yan, sang suster membalikkan tubuhnya berlari masuk ke dalam, menutup kembali pintu menghalangi pandangan orang-orang.

Di dalam ruang bersalin, terdengar suara tangisan bayi yang mengharukan, di saat yang bersamaan Angie Qin telah kehilangan kesadarannya, bahkan tidak sempat melihat putranya dan Stanley Yan.

Dokter menyerahkan bayi yang penuh dengan darah pada kedua suster, menyuruh mereka untuk membersihkan dan mencatat berat badan bayi, kemudian menyerahkan bayi ini pada keluarganya.

Selesai melakukan hal yang harus dilakukan sang dokter melepaskan maskernya, berjalan keluar ruang bersalin.

Kedua suster memeluk bayi yang baru lahir itu dengan berhati-hati, setelah memandikan dan menimbang beratnya. Salah satu suster membungkus bayi mungil yang masih merah itu dengan kain lembut dan membawanya ke dalam pelukannya dengan perlahan.

Suster lainnya keluar memeriksa sejenak, memastikan dokter dan suster lainnya telah mengantarkan Angie Qin ke ruang rawat, di dalam ruang bersalin hanya ada mereka berdua, kemudian berjala ke sudut membuka sebuah kotak plastik yang besar, di dalamnya terdapat bayi yang sedang tertidur pulas, sepertinya juga belum lama lahir, kulitnya masih terlihat berkeriput.

Mengulurkan tangannya menggendong bayi ini, dia menyaratkan suster yang satunya lagi untuk bersembunyi.

Setelah menoleh tidak lagi terlihat bayangannya. Dia baru membawa bayi yang ada di pelukannya keluar dari ruang bersalin.

Orang-orang yang ada di depan pintu tidak menyadari apa yang terjadi dalam beberapa menit yang singkat itu, anak Stanley Yan dan Angie Qin telah ditukar oleh seseorang.

Melihat nyawa kecil yang berada dalam bedongan, kedua tangan Stanley Yan bergetar menerimanya, bersemangat hingga wajahnya memerah, bibirnya tersenyum dengan sangat lebar.

Nenek Yan yang duduk di sisi lorong segera berlari menghampiri, mengulurkan tangannya yang bergetar menggendong anak yang ada dalam pelukan Stanley Yan, “Stanley, biarkan Nenek menggendongnya! Cepat! Cepat!”

“Nenek. Kamu berhati-hatilah sedikit, jangan menjatuhkannya!” Stanley Yan sedikit tidak rela menyerahkan anak yang ada di pelukannya kepada Nenek Yan, dan mengingatkan dengan tegang.

“Tenang saja, bagaimana mungkin Nenek menjatuhkan cicit tersayangku!”

Nenek Yan menerima anak itu dengan perlahan, tersenyum dan menatapnya dengan lama, kemudian dengan tidak rela membiarkan Bibi Liu membawanya, segerombol suster membawa nyawa kecil ini ke kamar rawat Angie Qin dengan berhati-hati.

Dengan cepat pintu ruang bersalin menjadi sunyi, beberapa menit kemudian seorang suster berjalan keluar sambil memeluk sebuah kotak plastik. Menaiki lift seolah tidak terjadi apapun dan langsung berlari ke parkiran, menyerahkan kotak yang ada di tangannya pada pria yang mengenakan topi baseball, membiarkannya membawa kotak itu masuk ke dalam mobil van, dengan cepat meninggalkan area parkir rumah sakit.

Saat Angie Qin membuka matanya, hal pertama yang dilihatnya adalah seorang bayi mungil yang sedang tertidur disisinya.

Melihatnya untuk pertama kali, Angie Qin tahu jika ini adalah anaknya, anaknya dengan Stanley Yan.

Dia mengulurkan tangannya yang bergetar mengelus pipi anak ini yang masih berkerut, benaknya merasa tidak tenang.

Anak ini kenapa tidak terlihat seperti yang dia ketahui bayi yang berkulit lembut dan bersinar, malah sebaliknya terlihat seperti orang tua, terlihat beberapa garis di keningnya, wajah dan tubuhnya penuh dengan kerutan, dan penuh dengan kemerahan.

“Tuan muda, Tuan muda! Nyonya muda sudah sadar!”

Mendengar suara teriakan Bibi Liu, Stanley Yan yang sedang merapikan pakaian anak langsung meletakkan pekerjaan yang sedang dia lakukan dan berlari menghampiri, menarik tangan Angie Qin tersenyum bertanya, “Istriku, bagaimana perasaanmu? Apa ada yang sakit?”

Angie Qin menggelengkan kepalanya, sangat menikmati perhatian dari Stanley Yan, namun dengan cepat tatapannya kembali pada bayi yang ada disisinya, bertanya dengan panik, “Kenapa putra kita bisa menjadi seperti ini? Apa dia sakit?”

“Sakit? Sakit apa?” Stanley Yan menatap Angie Qin tidak mengerti, hingga Angie Qin menjelaskan dia baru merasa tidak bisa berkata apapun, tertawa pelan mengulurkan tangannya menyentuh ujung hidung Angie Qin berucap, “Istriku yang bodoh! Apa yang kamu pikirkan? Anak kita sangat baik, penyebabnya seperti ini karena terlalu lama terendam di dalam air ketuban, ditambah lagi dengan udara beberapa hari lagi akan membaik!”

“Benarkah?” Angie Qin masih saja tidak tenang, mengerutkan alisnya bertanya, “Bagaimana bisa kamu tahu?”

“Setiap anak seperti ini, semua ini aku membacanya di buku! Jika kamu tidak percaya, kamu bisa bertanya pada Bibi Liu, apa memang seperti in!”

Walaupun Stanley Yan berucap dengan sungguh-sungguh, namun Angie Qin masih merasa tidak tenang mengalihkan tatapannya pada Bibi Liu.

Bibi Liu tertawa pelan, “Nyonya muda, apa yang dikatakan Tuan muda benar! Semua anak saat lahir memang seperti ini, akan membaik dalam beberapa hari! Kamu tidak perlu khawatir!”

Penjelasan Bibi Liu ini, membuat Angie Qin akhirnya menghela nafas lega, dalam benaknya menertawakan dirinya sendiri: Aku terlalu tegang.

Awalnya Stanley Yan ingin membiarkan Angie Qin tidur dengan baik, namun terlalu bersemangat melihat bayi yang ada disisinya membuatnya tidak bisa tertidur, Stanley Yan juga tidak memaksakannya, menarik bangku duduk menemani mereka, sambil mengobrol bersama Angie Qin.

Perasaan semangat di awal itu menghilang perlahan-lahan, Angie Qin merasa sedikit mengantuk, menutup matanya perlahan-lahan tertidur.

Stanley Yan berjaga di samping sejenak, baru saja bangkit berdiri ingin pergi ke toilet, tiba-tiba anak disisi Angie Qin menangis.

Tidak hanya mengejutkan Angie Qin, tapi membuat Stanley Yan sedikit tanggap, dengan hati-hati dia memeluk dan membujuk anaknya, namun bagaimanapun membujuknya anak ini tetap menangis, dan juga menangis semakin keras.

Stanley Yan sudah dipenuhi dengan keringat, melihat anaknya yang menangis kencangya di pelukannya dengan hati yang sakit, membuatnya menjadi panik.

“Stanley, cepat berikan padaku! Mungkin jagoan ini merindukan ibunya!”

Novel Terkait

My Goddes

My Goddes

Riski saputro
Perkotaan
3 tahun yang lalu
A Dream of Marrying You

A Dream of Marrying You

Lexis
Percintaan
3 tahun yang lalu
Adore You

Adore You

Elina
Percintaan
4 tahun yang lalu
Love Is A War Zone

Love Is A War Zone

Qing Qing
Balas Dendam
5 tahun yang lalu
Too Poor To Have Money Left

Too Poor To Have Money Left

Adele
Perkotaan
3 tahun yang lalu
My Tough Bodyguard

My Tough Bodyguard

Crystal Song
Perkotaan
4 tahun yang lalu
Si Menantu Buta

Si Menantu Buta

Deddy
Menantu
4 tahun yang lalu
Dipungut Oleh CEO Arogan

Dipungut Oleh CEO Arogan

Bella
Dikasihi
4 tahun yang lalu