Unlimited Love - Bab 79 Stanley Yan Datang Berkunjung (1)

"Yesi, apa yang kamu lakukan di sini? Aku sudah cukup lama mencarimu! "Rico Mu tiba-tiba muncul di belakang Yesi Mo, bertanya dengan khawatir, "Kamu tidak apa-apa bukan? "

Suasana hati Yesi Mo sekarang sedang sangat tidak baik, saat dia menatap Rico Mu dia berusaha memaksakan senyum, "Tidak apa-apa! "

"Sungguh? Apa jangan-jangan om belum keluar dari kondisi kritisnya? "

Rico Mu mengawasi pintu ruang operasi dengan cemas, Yesi Mo menggeleng dan berkata, "Ayah sudah melewati masa kritis, sekarang dia sudah berada di ruang rawat di lantai atas! "

Rico Mu bengong menatapnya, dia menunjuk ke pintu ruang operasi lalu bertanya, "Lantas, siapa yang berada di ruang operasi? "

"Tuan Yan! "

"Tuan Yan? "

"Hmph! "Yesi Mo mengangguk, dia melihat Rico Mu menyeritkan dahinya, dia bertanya, "Rico, apa kamu bisa menjawab satu pertanyaanku? "

"Ada pertanyaan apa pun, tanyakan saja. Asalkan aku mengetahui jawabannya, aku pasti akan memberitahumu! "Rico Mu mengangguk kemudian tersenyum menjawab.

Yesi Mo mengangguk, berterima kasih, lalu melihat ke dalam ruang operasi, dia menaikan alisnya dan bertanya, "Aku dulu pernah bertemu dengan Tuan Yan, apa itu benar? "

"Kenapa kamu tiba-tiba bertanya demikian? "Rico Mu menyertikan dahi dalam-dalam dengan cemas, dia bertanya dan menatap Yesi Mo dengan bingung.

"Aku punya firasat, sepertinya aku dulu pernah mengenalnya! Dan juga sangat akrab, tadi saat aku melihat seluruh tubuhnya berlumuran darah dan di bawa masuk ke dalam ambulans, aku merasa hatiku bersedih, sangat sedih! Tapi aku tidak tahu kenapa, apa kamu bisa memberitahuku?" Setelah bertanya demikian, raut wajah Yesi Mo tiba-tiba berubah, "Rico, katakan padaku, apa jangan-jangan aku ini...."

"Jangan-jangan apa? Penerbangan kamu terlalu lama, kamu pasti kelelahan! Ditambah lagi dengan kondisi ayahmu, semuanya tidak membuatmu tenang, maka kamu baru bisa mengada-ngada seperti ini! "

Rico Mu menarik tangannya dan menjelaskan, Yesi Mo menatap Rico Mu dengan bingung, dia bertanya dengan tidak yakin, "Apa benar begitu? "

"Pasti! Apa kamu rasa aku akan membohongimu? "

Yesi Mo menggeleng, "Aku tahu kamu tidak akan membohongiku, tapi aku selalu merasa ada yang tidak beres! Apa mungkin, tunggu aku nanti mengingat semua yang terlupakan, maka semua akan menjadi jelas! "

"Yang kamu katakan ada benarnya juga! "Rico Mu menyeritkan dahi berpikir, lalu bertanya, "Begini saja, besok pagi-pagi saat Berto Chen sudah pulang, biarkan dia mengobatimu lagi, kita liaht apakah dia bisa membantumu mengembalikan ingatanmu yang hilang! "

"Berto Chen akan pulang dari Shanghai? Bukankah yang lalu kamu berkata dia masih perlu menghadiri seminar medis untuk beberapa hari?" Yesi Mo bertanya dengan bingung, saat di kota R, Rico Mu pernah berkata dia ingin menyuruh Berto Chen untuk mengobati Yesi Mo, tapi kali ini Berto Chen sangat sibuk, jadi semuanya harus ditunda terlebih dahulu.

"Kalau seminarnya sudah selesai, Berto Chen akan pulang dengan sendirinya! Kalau begitu besok sore, kamu tunggu aku dan Berto Chen di rumah, jangan pergi ke mana-mana! "

"Baiklah! "Yesi Mo mengangguk, "Terima kasih. Rico! Kamu selalu baik padaku! "

"Bodoh, kamu adalah calon istriku, aku baik terhadapmu itu memang sudah sewajarnya! Lalu kenapa sungkan seperti itu kepadaku? Ayo, temani aku menjenguk ayahmu! "

"Ayahku sekarang sedang beristirahat, bagaimana kalau besok saja?" Kata Yesi Mo setelah ragu sejenak.

"Baiklah kalau begitu! Aku sekarang juga akan mengantarmu pulang untuk beristirahat! "

Rico Mu tidak memaksa lagi, dia menggandeng tangan Yesi Mo berjalan menuju ke luar ruamh sakit. Yesi Mo menoleh ke ruang operasi untuk terakhir kalinya, menggigit-gigit bibirnya kemudian berbalik dan berjalan keluar.

Sesampainya di rumah, Yesi Mo berbaring di tempat tidur, yang melayang-layang di dalam kepalanya hanyalah bayangan Stanley Yan yang sekujur tubuhnya berlumuran darah, dia tidak bisa menepis bayangan itu pergi.

Dia baru berhasil terlelap saat langit sudah mulai terang. Dia terbangun tengah hari.

Setelah menata tempat tidurnya, dia bergegas menuju ke rumah sakit, saat dia akan beranjak pulang dari ruang rawat Wirawan Mo, di tengah jalan, tanpa sengaja dia melihat Stanley Yan yang sedang duduk di atas tempat tidur pasien, tangannya dibalut perban, tidak tahu dia berdiri berdiam di situ berapa lama, tiba-tiba tanpa disadari dia melangkah masuk.

"Tuan Yan, apa kamu baik-baik saja! "

"Aku baik-baik saja! Oh iya, Nona Yesi Mo! "Stanley Yan menatap Yesi Mo, mengerutkan dahinya, "Kenapa kamu bisa berada di sini? "

"Aku datang untuk menjenguk ayahku, kebetulan aku melihatmu di sini, maka aku masuk menghampiri! "Yesi Mo memperhatikan perban di sekujur tubh Stanley Yan, lalu bertanya dengan cemas, "Apa kamu sungguh tidak apa-apa? Kemarin aku lihat kamu terluka sangat parah! "

"Kemarin? "Stanley Yan mengangkat alisnya.

"Hmph! Kemarin malam saat kamu dimasukan ke dalam ruang operasi, aku tanpa sengaja melihatmu! Oh iya. Kamu kenapa bisa terluka seperti ini? "

"Aku mengalami kecelakaan kecil! "Stanley Yan menjawab dengan acuh tak acuh, tapi tidak menyinggung Rico Mu berhubungan dengan semua ini.

"Oh! Kalau begitu istirahatlah! Aku masih ada urusan dan harus pamit! "Yesi Mo tahu Stanley Yan tidak ingin banyak berbincang, ditambah lagi mereka berdua tidak begitu akrab, maka dia tidak bertanya lagi dan langsung berpamitan.

Berdiri di koridor di depan ruangan, hati Yesi Mo mendadak merasa lega.

Tidak tahu apa itu semua karena dia mengetahui luka yang dialami Stanley Yan tidak parah.

Saat dia sampai di rumah, Rico Mu dan Berto Chen belum juga datang, setelah menunggu beberapa saat, mereka baru datang.

"Yesi. Sudah menunggu lama? "Rico Mu meminta maaf sambil memberi penjelasan, "Tadi hampir saja terjebak kemacetan, maka kita terlambat! "

"Tidak masalah! "Yesi Mo tersenyum sambil mengangguk, dia melihat Berto Chen dengan rambutnya yang sudah memutih seluruhnya berdiri di samping Rico Mu, lantas menyapanya, "Berto, maaf, aku hari ini sudah merepotkan anda! "

"Apa maksud Nona Yesi Mo? Ini semua sudah jadi tanggung jawabku!" Berto Chen tersenyum sambil mengangguk, lalu bertanya, "Kapan kita bisa mulai? "

"Sekarang bisa kita mulai! Ikuti aku! "

Setelah berkata demikian Yesi Mo menatap Rico Mu sejenak lalu berkata. "Rico, tolong tunggu kami sebentar di ruang tamu! "

Rico Mu mengangguk sambil tersenyum, kemudian menggunakan sorot matanya mengantar kedua orang itu, dari sudut bibirnya terukir sebuah senyum datar, setengah jam kemudian, Berto Chen berjalan turun dengan wajah kelelahan, dia lantas duduk di sebelah Rico Mu di sofa.

"Berto, bagaimana keadaannya? "

"Lumayan! "

Mendengar jawabannya, Rico Mu mengangguk dengan puas, "Baguslah kalau begitu! Silahkan minum! "

Sambil berkata demikian dia menyodorkan secangkir teh pada Berto Chen, Berto Chen juga tidak sungkan-sungkan, dia mengangkat cangkir itu ke bbibirnya, dan meneguknya, tersenyum, "Tehnya enak! "

Terdiam sejenak, Rico Mu kemudian bertanya, "Kali ini, kira-kira kapan dia bisa bangun? "

"Tidak ada komplikasi, dalam setengah jam sekiranya dia akan terbangun! Tapi, Tuan Rico Mu ini... "Berto Chen melihat pembantu wanita yang berada tidak jauh dari situ lalu menghentikan kalimatnya.

Rico Mu memahaminya, dia lalu menoleh dan berkata pada pembantu itu, "Di sini tidak ada yang perlu dikerjakan, pergilah mengerjakan yang lain! "

"Baiklah. Tuan Rico! "

Setelah pembantu itu pergi, Rico Mu seketika mengangkat alisya, "Berto Chen, apa yang perlu anda sampaikan? "

"Sebaiknya aku langsung berkata sejujurnya! Keadaan Nona Yesi Mo sepertinya lebih merepotkan dari yang aku kira, tidak tahu apa alasannya, ingatannya seakan pulih sendiri! Anda sebaiknya mempersiapkan diri, tidak tahu kapan, tapi suatu hari nanti dia akan terbangun dan mengingat semuanya! "

"Apa tidak ada cara lain untuk mengontrolnya? "Rico Mu menyeritkan dahi bertanya.

"Menurut apa yang aku tahu, sementara ini tidak ada cara lain! "Berto Chen menggelengkan kepala tak berdaya, "Tapi anda juga jangan terlalu mengkhawatirkannya, keadaan sekarang ini tidak terlalu parah! Dalam waktu dekat, dia tidak akan semudah itu teringat dengan masa lalunya! "

"Aku paham! "Rico Mu mengangguk.

Ketika Yesi Mo turun, Berto Chen sudah pergi. Rico Mu tersenyum menyambutnya, "Yesi, bagaimana keadaanmu? "

"Sangat baik! "Yesi Mo menambahkan, "Sangat enak, oh iya, aku tertidur berapa lama? "

"Tidak terlalu lama, tidak sampai setengah jam! "Rico Mu dengan berhati-hati bertanya pada Yesi Mo, "Yesi, apa kamu berhasil mengingat masa lalumu? "

Yesi Mo menggeleng dengan kecewa. "Tidak! "

Rico Mu diam-diam menghela nafas lega, dia tersenyum menenangkannya, "Tidak masalah, suatu hari nanti kamu akan mengingat semuanya! "

"Hmph! "

Novel Terkait

Love at First Sight

Love at First Sight

Laura Vanessa
Percintaan
4 tahun yang lalu
Loving The Pain

Loving The Pain

Amarda
Percintaan
5 tahun yang lalu
Cinta Seorang CEO Arogan

Cinta Seorang CEO Arogan

Medelline
CEO
4 tahun yang lalu
Dewa Perang Greget

Dewa Perang Greget

Budi Ma
Pertikaian
4 tahun yang lalu
Your Ignorance

Your Ignorance

Yaya
Cerpen
5 tahun yang lalu
His Soft Side

His Soft Side

Rise
CEO
4 tahun yang lalu
The Sixth Sense

The Sixth Sense

Alexander
Adventure
4 tahun yang lalu
Satan's CEO  Gentle Mask

Satan's CEO Gentle Mask

Rise
CEO
4 tahun yang lalu